Reyhan dengan cepat mendorong Miki menjauh dari tubuhnya. Miki mengangkat sebelah alis kirinya. Miki tahu kalau Reyhan tidak suka sapaan khas baratnya, tapi Reyhan tidak pernah begitu frontal sampai mendorongnya menjauh, bahkan itu di depan umum. Ah, sialan, batin Reyhan. Reyhan dan Miki sama-sama besar di Luar negeri. Budaya pelukan saat bertemu dianggap hal biasa. Dahulu Reyhan hanya merasa risih saja setiap hal seperti itu terjadi. Tapi sekarang berbeda, ada hati istrinya yang harus Reyhan jaga. Dia tidak boleh lengah. "Miki, kapan kamu ke Indonesia?" tanya Reyhan. "Kamu tidak mau mengucapkan selamat datang?" tanya Miki balik. "Seharusnya kamu berkabar jika ingin berkunjung, aku sedang banyak urusan pekerjaan akhir-akhir ini." kata Reyhan. "Tunggulah di lobi atau di ruanganku jika ada hal yang ingin kamu bicarakan. Pulanglah jika kamu datang hanya untuk menyapa," bisik Reyhan kemudian berjalan melewati Miki. Pria itu berjalan mendekat ke arah Yudha dan Keyra yang berdiri tak
"Apa? Kamu tidak kembali ke ruanganmu bahkan setelah Miki memintamu bertemu?" Keyra tak habis pikir dengan tingkah laku suaminya. Keyra tahu betul kalau Reyhan tidak pernah melayani tamu atau kolega yang tidak membuat janji temu terlebih dahulu. Tapi ini persoalan lain, Miki kan temannya, manusia yang bertumbuh bersamanya selama kurang lebih 20 tahun. "Untuk apa? Jadwalku sudah penuh sampai jam 7 malam. Dan jam 8 aku sudah harus di rumah untuk makan malam denganmu. Aku tidak mau mengorbankan waktu makan malamku. Dia tidak sepenting itu sampai bisa merenggut waktu yang akan kuhabiskan bersamamu."Keyra kehabisan kata-kata, di satu sisi dia ingin marah dan kesal dengan sikap apatis suaminya. Di sisi lain ia sedikit senang saat Reyhan mengkonfirmasi bahwa waktu quality time mereka berdua lebih berharga dari apapun. "Yah, mau bagaimana pun kamu sangat keterlaluan," sindir Keyra. "Aku sudah menghubungi Miki lewat telepon saat diperjalanan pulang. Jika ada hal yang ingin dia sampaikan ,b
Miki diam mematung. Seperti tersihir oleh ucapan Reyhan barusan. Miki memastikan kembali apa yang dia dengar. "Kamu apa tadi? Sudah menikah?" "Iya,"Miki tertawa terpingkal-pingkal. Baginya perkataan yang Reyhan lontarkan beberapa saat yang lalu adalah lelucon paling gila yang ia dengar hari ini. Suara tawa Miki perlahan memudar saat mendapati Reyhan yang menatapnya serius tepat di depannya. "Kamu serius?" tanya Miki lagi yang langsung dibalas anggukan oleh Reyhan. "Bagaimana ini mungkin? Aku tidak percaya. Kamu bahkan tidak mengadakan pesta pernikahan. Lelucon juga ada batasnya Rey." kata Miki, tangan gadis itu perlahan bergetar, ia menggenggam kuat garpu makannya. "Masalah itu, ceritanya panjang. Aku hanya bisa bercerita sampai sini saja. Agar kamu paham kenapa aku tidak akan melakukan pelukan lagi. Waktuku sudah habis, aku harus ke tempat lain. Kita ketemu lagi untuk perbincangan yang lebih lama saat Kenzo tiba di Indonesia." Reyhan langsung berdiri dan melangkah pergi bahkan s
"Sayang, sore ini ke rumah sakit tidak?" teriakan istri Lintang dari lantai atas menjeda percakapan Reyhan dan Lintang. "Kenapa?" Bukannya menjawab, Lintang balas bertanya. "Aku mau mengantar Geisha menonton lomba musikalisasi, teman sebangku Geisha yang lomba, dia ingin pergi menyemangati katanya. jadi tolong jagakan lagi toko untukku," balas istri Lintang dengan suara setengah berteriak. Lintang santai saja dengan model komunikasi itu, seakan menggambarkan bahwa itu sudah sering terjadi. "Iya pergi saja, biar aku yang jaga." balas Lintang. Percakapan singkat itu sudah lebih dari cukup bagi Reyhan untuk mengetahui bahwa toko yang mereka singgahi sekarang adalah toko milik istrinya Lintang, dan tentu saja Lintang masih bekerja sebagai seorang dokter. "Tunggu sebentar," kata Lintang pada Reyhan. Lintang mengeluarkan benda pipih dengan warna gold dari dalam saku celananya. Lintang melakukan panggilan pada salah satu staff di Rumah Sakitnya. "Hallo, Dokter Zen, tolong periksa kond
Reyhan melangkah masuk ke dalam Hotel Garnia. Dia meminta Yudha mengurusi pesanan ruangan pertemuannya sementara ia sendiri pergi ke toilet. Ketika di toilet, terjadilah insdien tidak mengenakkan itu. Dua orang pria masuk ke dalam toilet. Sama-sama Reyhan dapat mendengar suara mereka."Hey, siapa wanita tadi?" "Ah, dia wanita yang aku temui di bar." jawab pria satunya. "Oh, jadi dia incaran baru?""Boleh juga, tapi apa kamu tahu. Sekretaris G.Rio Cooperation sangat amat cantik. Aku ingin memburunya,""Sekretaris G.Rio Cooperation, berarti Mbak Keyra?" Mendengar nama Keyra dan perusahaannya disebutkan, Reyhan yang hendak keluar dari dalam toilet menghentikan langkahnya. Tangan Reyhan yang mengait di pintu toilet kini terlepas perlahan. Ia memilih mendengarkan kedua pria di luar yang tengah berbicara di depan wastafel. "Wah kamu kenal Keyra?""Aku sudah sering mendengar nama Mbak Keyra. Dia memang terkenal cantik di kalangan pria kantor. Wanita secantik dia siapa yang tidak tergoda
"Tunggu, Miki dengar baik-baik." Reyhan menghentikan langkah Miki yang tengah sibuk mencari lokasi yang pas untuk menaruh bunga segar bawaannya. Kring... Kring... Kring... Sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Miki. Wanita itu segera meletakkan buket bunga ke atas meja kerja Reyhan kemudian merogoh handphone di dalam tas kecilnya. "Miki, segera kembali ke London sekarang!" tanpa aba-aba, Ayah Miki memberi perintah dengan suara tinggi dari seberang. Miki dengan cepat menurunkan volume handphonenya. "Ayah, aku baru tiba di Indonesia," sambung Miki tak terima. "Kamu ke Indonesia bahkan sebelum pameran utamamu berakhir? Apa kamu gila? Ayah akan memblokir semua kartumu jika kamu tidak kembali sekarang juga!" tegas Ayah Miki. Miki sebenernya mendapat jatah libur ke Indonesia setelah sekian lama memohon pada Ayahnya. Awalnya, Miki bisa terbang ke Indonesia bersama Kenzo di awal bulan depan. Tapi karena banyak hal tidak biasa terjadi, seperti Reyhan yang untuk pertama kalinya tidak m
"Kita sudah sampai," kata Yudha lagi. "Pak Reyhan, kita sudah sampai." ucap Yudha yang ketiga kalinya. Reyhan yang duduk di kursi belakang terlihat diam dengan tatapan kosong. Sepanjang jalan menuju lokasi meeting Reyhan hanya menatap ke luar jendela."Ah, sudah sampai ya?"gumam Reyhan. "Saya rasa Anda sedang dalam kondisi yang tidak bagus untuk bertemu Pak Samuel," kata Yudha menerka. Yudha menatap khawatir ke arah Reyhan dari kaca spion. Reyhan adalah orang paling profesional dan realistis yang dia kenal. Bahkan ketika sedang sakit sekalipun Reyhan akan menjalani rapat dengan sempurna tanpa kesalahan. Kali ini berbeda, Yudha sangat khawatir jika suasana hati Reyhan dapat mempengaruhi pertemuan kali ini. Bagaimanapun juga, G.Rio Cooperation harus bisa bekerjasama dengan pihak Aman Group sebagai perusahaan nomer satu yang mengelola bahan tambang. "Bagaimana jika kita menghubungi Mbak Keyra saja. Biarkan beliau yang mengurus pertemuan ini. Anda istirahat saja." saran Yudha. "TIi
"Astaga," ucap Yudha pelan. Wajahnya terlihat jelas rasa kesal dan pasrah yang tercampur aduk. Yudha segera berdiri dan menarik Reyhan untuk berdiri dari tempat duduknya, "Pak Samuel. Maafkan kami, kami akan pulang duluan. Secepat mungkin untuk urusan penandatanganan kontrak akan kami jadwalkan. Saya harus membawa Pak Reyhan kembali," jelas Yudha. Samuel yang penuh pengertian membiarkan Yudha menyeret pergi Reyhan dari ruang makan. "Aku padahal tidak apa-apa. Untuk apa menghentikan makan malam ini? Tindakan bodohmh itu bisa membuat Pak Samuel tersinggung!" Reyhan protes dengan sikap semena-mena yang Yudha lakukan. Saat ini kondisi Reyhan sudah setengah tidak sadar. Yudha terus mendorong langkah kaki Reyhan menuju lift, "Semoga anda tetap sadar sampai rumah," balas Yudha. Bukannya merasa bersalah saat Reyhan memarahinya, Yudha malah berdoa semoga Reyhan tetap sadar.Ting! Pintu lift terbuka, Reyhan dan Yudha keluar dari lift tersebut. Beberapa menit berlalu sejak Reyhan meneguk alk