"Kenapa diam saja?" tanya Keyra geram. Apakah sesulit itu untuk meminta maaf saat berbuat kesalahan. Gadis-gadis itu terlihat enggan, namun mau tidak mau karena merasa terancam, mereka pun meminta maaf kepada Rachel. "Ma-maaf," ucap mereka terbata-bata. Setelah insiden tadi, Keyra mengajak Rachel keluar dari ruangan itu. "Kita mau kemana?" tanya Rachel. "Aku ingin berbicara denganmu." jawab singkat Keyra, tangannya menyeret tangan Rachel. Rachel menghentikan pergerakan tangan Keyra, "Jika ingin berbicara empat mata, jangan lakukan di gedung ini, ada banyak CCTV dan mata-mata. Mari berbicara di tempat lain," ucapnya. "Baiklah, kalau begitu ayo kita keluar dari sini," ajak Keyra. Gadis itu melangkah keluar. "Jangan lewat sana," ucapan Rachel membuat Keyra terdiam. "Ada banyak wartawan di depan, aktor senior kami baru saja kembali dari Belanda. Kita lewat pintu belakang saja." ucap Rachel. Keyra yang menyadari situasi itu hanya bisa mengikutinya. *** "Ini dimana?" tanya Ra
Dari kejauhan dapat Keyra lihat sosok Mario yang duduk dengan gelisah di sopa yang berjarak beberapa meter dari meja resepsionis. "Kamu benar-benar ya," ucap Mario saat Keyra duduk di depannya. Tidak perlu banyak penjelasan, dari rayt wajah saja sudah terlihat bahwa Mario sangat geram dengan Keyra. "Ada urusan mendesak apa Pak Mario. Saya tidak menduga seorang CEO Star Amiro akan mencari saya secara langsung ke perusahaan. Bukankah penandatanganan kontrak masih ada waktu dua minggu lagi?" tanya Keyra. Sebenarnya Keyra sangat tahu alasan utama Mario datang padanya pagi ini. Bukan perihal kontrak kerjasama. Mario pasti ingin membahas perihal Rachel dengannya. "Saya tidak datang untuk membahas kontrak," "Jadi bukan karena kontrak? Lalu hal penting apa yang membuat Anda repot-repot datang ke G.Rio Cooperation?" Keyra menyilangkan kedua tangannya. "Kamu tidak memberiku pilihan. Sejak kemarin saya sudah menghubungi anda untuk meminta bertemu. Tapi anda selalu menolak dan mengh
Mata Keyra terbuka perlahan, lantai-lantai kamar yang putih bersih dan tampak begitu asing baginya. Hening, suasana yang begitu sepi hingga hanya suara AC saja yang terdengar samar. "Apa yang terjadi? Apa aku mati?" gumam Keyra yang merasa sedikit kedinginan. Matanya menoleh ke arah tangan kanannya yang bertaut dengan selang infus. Gadis itu akhirnya sadar, ia tengah berada di salah satu ruangan VIP di rumah sakit. "Mbak Keyra sudah sadar?" tanya Yudha yang baru saja masuk ke ruangan. "Bagaimana aku bisa di sini?""Pak Reyhan yang membawa anda ke sini selepas kejadian di basement waktu itu," jelas Yudha sembari meletakkan beberapa buah segar di atas nakas samping tempat tidur Keyra. "Beliau sekarang masih ada pertemuan dengan beberapa kolega dari Eropa, sebentar lagi akan ke sini katanya," sambung Yudha lagi. Keyra mencoba bangun perlahan, "Biar saya bantu Mbak," ucap Yudha. Pria itu dengan segera mengatur kasur Keyra hingga menekuk seperti kursi duduk. "Sudah berapa lama saya t
Suara sepatu Reyhan terdengar jelas berdentum dengan lantai gedung. Pria itu berjalan dengan gagah ke lift menuju lantai atas. "Selamat pagi Tuan," segerombolan pria dengan badan kekar dan pakaian jas serba hitam itu menyambut kedatangan Reyhan saat pintu lift terbuka. "Paul, masuk ke ruanganku!" seru Reyhan. Seorang pria dengan kulit sawo matang dan segaris luka yang tergambar jelas di alis kanannya langsung bergerak mengikuti Reyhan. Namanya Paul, pria blasteran Indonesia dan Belanda, tahun ini genap berumur 28 tahun. Dia adalah seorang mantan pembunuh bayaran yang telah bersumpah setia untuk mengabdi kepada Reyhan sejak 8 tahun yang lalu. Keberadaan Paul pada dasarnya sudah diketahui oleh Keyra dan Yudha. Akan tetapi, mereka hanya mengetahui bahwa Reyhan memiliki seorang penjaga tanpa tahu seperti apa paras Paul sebenarnya. Paul tidak pernah menunjukkan wajahnya pada semua kenalan Reyhan di kantor. Bahkan pada Keyra dan Yudha sekalipun. Reyhan duduk di kursinya saat memasuki r
"Kamu mungkin sudah melihat beritanya. Aku ingin menjatuhkan Mario sejatuh-jatuhnya." ucap Reyhan. Pernyataannya yang terkesan blak-blakan itu membuat Rachel diam mematung. "Tinggal satu langkah terakhir yang harus aku tuntaskan. Aku butuh pernyataanmu, kamu adalah salah satu korban yang harus bersaksi kali ini. Seperti yang kamu tahu, skandal Mario telah menjadi tranding topik saat ini, sebentar lagi pihak polisi dan kejaksaan pasti akan mengusut tuntas masalah ini. Aku mungkin bisa saja memenjarakannya dengan bukti penyerangan yang dia lakukan pada Keyra. Tapi aku berjanji juga pada Keyra untuk membantu menyelesaikan masalahmu hingga tuntas." Reyhan mulai membuka pembicaraan. "Anda ingin saya melakukan apa? Jangan bilang saya harus mengaku telah dilecehkan olehnya?" tanya Rachel. "Iya, aku memintamu melakukannya.""Omong kosong. Kalau begitu karirku bisa hancur." ucap Rachel tak terima. Jika Rachel mengaku telah dilecehkan Mario, bisa-bisa dia akan menjadi bahan bullyan satu nege
"Bi Misun?" kata Keyra saat membuka gerbang rumahnya. "Ini Bibi buatkan sup daging. Ini resep andalanku. Cobalah sedikit saja, semoga kamu sehat terus ya Key." kata Misun sembari menyodorkan rantang besi ke tangan Keyra. "Bi Misun apa tidak mau masuk dulu?" tawar Keyra."Tidak usah, bibi ada urusan." kata Misun cepat. Misun memang hanya berniat memberi Keyra sup daging andalannya. Dia tidak punya niat berkunjung lama-lama. "Apa yang Bibi bawa?" Keyra melempar tanya saat melihat selebaran poster di antara sikut dan pinggang Misun. "Ini poster promosi kompleks. Hari ini kebetulan ada ospek mahasiswa baru di kampus depan. Kami para ibu-ibu berniat promosi.""Promosi?""Iya, kebetulan sudah banyak pembangunan baru di sini. Suami Mbak Keyra juga sudah mengizinkan kami melakukan promosi." kata Misun. "Kalau begitu Keyra ikut Bi.""Tidak bisa!" tolak Misun cepat. "Kenapa?""Meski sudah keluar dari rumah sakit. Kami tidak bisa memberikan Keyra ikut promosi. Bagaimana jika kelelahan dan
"Kamu keterlaluan," kata Keyra menyela. "Aku keterlaluan? Sepertinya kamu harus berkaca. Kamu lah yang keterlaluan. Untuk apa kamu mengurusi hidup orang lain? Apa mereka orang tua kandungmu? atau mereka saudara kandungmu? Tidak keduanya bukan. Jadi kenapa kamu melakukan banyak hal yang membuatku marah begini?" tanya Reyhan dengan sura tinggi. "Apa kamu harus berkomunikasi dengan cara seperti ini. Sudahkah, aku tidak bisa meladenimu," ungkap Keyra kesal, ia masuk duluan ke dalam kediaman. "Kau mau pergi begitu saja? Pembicaraan kita bahkan belum selesai. Bagaimana mungkin kita hidup tenang bersama dalam kondisi adu argument seperti ini. Apa kamu tidak memikirkan hal-hal seperti ini?" Reyhan terus menghalangi kepergian Keyra dengan perkataannya. Keyra yang hendak masuk ke rumah menghentikan langkahnya, kemudian berbalik, "Iya, aku memang tidak memikirkan hal-hal seperti ini. Aku memang tidak menggunakan otakku sepertimu, aku hanya mengandalkan perasaanku. Lantas kamu? Hanya tahu
"Apa yang terjadi?" tanya Nadine pada Hazel yang baru saja duduk di kursi kerjanya. Naumi, Surya dan Rivaldi ikut mendekat ke kursi Hazel. Sesekali mereka melirik ke arah Keyra yang tengah tersenyum-senyum sendiri. "Aku tidak tahu," jawab Hazel pelan. Kedua tangannya terangkat, tanda benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada Keyra. "Apa karena kepala beliau dipukul tongkat bisbol dia jadi tidak bisa berpikir dengan benar?" tanya Nadine lagi. "Apa Mbak Keyra jadi gila?" tanya Naumi menimpali. "Hey, jaga ucapanmu." sela Rivaldi. "Lalu kenapa beliau terseyum dari tadi?" Naumi kembali membuka suara. Ini adalah hari pertama Keyra masuk kerja setelah kemarin diliburkan secara paksa karena insiden penyerangan di basement parkiran mobil beberapa hari yang lalu. Kini Keyra hadir dengan aura baru, gadis yang biasanya memasang muka serius seakan siap bertempur kapan saja itu kini berubah memasang wajah sumringah. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Keyra yang sukses membuat keli