Amelia kembali ke dalam ruangannya. “William terlihat mencurigakan. Apa iya, dia tidak suka aku menikah sama Tio?” Wanita ini berniat menyelidikinya walau mungkin urusan ini akan dikesampingkan karena kini dirinya harus mengurus Cakra-satpam panatik pada ayahnya, sedangkan sejak tadi Amanda mencoba bicara pada pria tersebut, ditambah rayuan karena memanfaatkan ketertarikan Cakra padanya. “Kalau kamu memihak nona Amelia dan Kenzo, kamu akan selamat. Nona Amelia punya kunci kasih sayang tuan Adhinatha dan nyonya Sopia, tapi kalau kamu memihak tuan dan nyonya, kamu juga yang akan celaka, bagaimana jika nona Amei tidak ingin kembali, pergi karena sikap kamu.” “Saya juga sempat memikirkannya, tapi mana mungkin tuan dan nyonya menyalahkan saya karena saya sudah bekerja sangat propesional.” “Propesional saja tidak cukup jika akhirnya putri satu-satunya tuan dan nyonya pergi. Kamu tetap disalahkan!” Cakra tidak ingin terlihat lemah di hadapan Amanda walau keraguan dalam hatinya sedikit men
Bukan maksud William membongkar rahasia besar Amelia karena rahasia wanita itu termasuk rahasianya juga yang dianggap sebagai Erland, tetapi pria ini harus berusaha keras mencabut keinginan Tio menikahi Amelia. Sejenak, sahabatnya mengerjap, tetapi kemudian tertawa hambar. “Tidak mungkin. Keluarganya sangat mementingkan keselarasan dan sebagainya, bisa-bisa Amei dihukum gantung jika melakukannya.” “Bisa saja Amelia menyembunyikan kenyataan tentang anak yang disebutnya hanya anak adopsi.” Sebelah alis William terangkat seakan menunggu reaksi Tio. “Tunggu!” Alih-alih memberikan jawaban, Tio segera menyelidik sengit, “apa kau tidak setuju aku dan Amelia menikah? Sikap kamu selalu seperti ini. Mengaku saja, kamu keberatan kan!” tukasnya di akhir. “Tidak. Aku hanya kasihan pada Amei, setelah hatinya terluka lalu kamu akan membuat luka baru.” Datar William saat berdusta. “Ck. Aku tidak pernah menyakitinya, kamu sudah mendengar sendiri cerita sebenarnya. Sudahlah, mengaku saja!” “Jangan
Setelah kemeja William terbang entah kemana, kini giliran pakaian Amelia yang berusaha dimusnahkan olehnya. “Tu-tunggu,” cegah si wanita bersama desahan, “aku tidak mau melakukannya. Hidup Kenzo sudah cukup sulit, aku tidak mau melahirkan seorang manusia yang bernasib sama.” “Kamu tidak akan hamil.” Suara berat William yang sedang memaksa melepaskan pakaian Amelia. “Jangan lakukan.” Di titik ini bukan kenikmatan yang dicari Amelia, tetapi masa depan anaknya. Segera, kedua telapak tangannya mendesak William supaya menjauh, tetapi sayangnya kekuatan tenaga mereka berbeda hingga Amelia dibuat kalah seperti dua tahun lalu. Saat ini milik William segera masuk ke dalam inti si wanita hingga erangan kenikmatan keduanya menjadi satu-satunya musik di ruangan tersebut. “Sangat sempit.” Desah William yang baru pertama kali merasakan seorang wanita, sedangkan Amelia sibuk mencari cara untuk menghentikan si pria walau tubuhnya melarang karena gerakan pria ini memabukan, tetapi cukup berbeda deng
Amelia mengerutkan dahinya. “Ini bukan pertama kalinya kan, kita tidur bersama!” Ekspresi terakhirnya adalah kekecewaan karena kalimat William seolah mengatakan jika hubungan ranjang mereka dulu tidak pernah ada. Segera, William mengerjap. “Maaf, maksud aku ..., aku melakukan pengkhiatan dengan kamu di belakang Nitara.” Grogi William karena baru saja dirinya salah bicara. “Wil, kesadaran kamu belum sepenuhnya pulih ya? Lebih baik kamu beristirahat.” Namun, Amelia tidak memikirkan hal negatif sama sekali karena mungkin pengaruh alkohol masih menyelimuti William. Maka, saat ini si pria selamat. Dirinya segera berakting, memegangi dahinya. “Sepertinya begitu. Aku minta maaf.” “Mau aku antar pulang?” tawaran tulus Amelia yang ingin memastikan ayah dari putranya baik-baik saja, tetapi membuat William mengerjap canggung. “Ti-dak perlu!” “Kamu yakin bisa menyetir?” “Ya. Aku bisa menunggu sampai kesadaranku stabil atau aku bisa memanggil bawahan.” Senyuman lebar William yang masih dibua
Tujuan William adalah untuk mengulur Kenzo tinggal bersama keluarganya setidaknya hingga dirinya menikah, hal ini dilakukan untuk menghindari beberapa hal buruk yang salah satunya niat licik Bagaswara yang belum berhasil diatasi, selain itu andaikan Bagaswara mengizinkan Amelia menemui Kenzo maka kemungkinan besar wanita itu akan bolak-balik ke kediamannya dan perlahan akan mendengar tentang Erland. Intinya semakin sering Amelia berinteraksi dengan semua hal yang berhubungan dengan keluarganya, maka semakin besar bocornya rahasia tentang Erland. “Will!” protes tegas Amelia, “mana bisa aku menitipkan Kenzo di panti asuhan, itu tidak manusiawi!” “Tidak ada jalan lain, Mei. Kamu harus tenang dulu, panti asuhan tidak seburuk seperti yang kamu pikirkan.” William mencoba membujuk. “Tapi mana mungkin ....” “Ini mendadak. Hanya beberapa hari saja, Mei!” desak William untuk menghindari Amelia dan Kenzo yang entah sampai kapan? Maka, malam ini hati dan pikiran Amelia diliputi banyak hal ne
Tepat tengah hari Bagaswara mengunjungi panti asuhan guna mengambil Kenzo, tetapi bagaimanapun usahanya pengurus panti asuhan tidak memberikan izin karena Amelia sudah berpesan Kenzo hanya akan dijemput olehnya, jangan izinkan siapapun membawa anaknya. Maka, rencana pria ini gagal. Ingin mengatakannya pada William, tetapi hingga saat ini putranya tidak dapat dihubungi, keberadaannya pun tidak diketahui karena bawahannya sedang mencari. “Apa William tahu tentang ini? Bukankah mereka sudah berjanji sebelumnya akan menitipkan Kenzo pada kamu, Wil!” pertanyaan ini belum bisa diungkapkan oleh Bagaswara. Beberapa jam kemudian, Amelia tiba di kota tujuan, tetapi waktu kedatangan ibunya masih beberapa jam ke depan. Maka wanita ini beristirahat di hotel. “Ma, kalau Amei bilang Kenzo adalah cucu mama, apa mama akan pingsan atau ..., menendang Amei dari rumah? Tapi itu lebih baik, tidak apa Amei tidak jadi anak mama asalkan Amei bisa sama Kenzo.” Kalimat ini ingin dikatakan secara gamblang, te
“Hah, menikah!” Sontak rasa kantuk yang baru saja memeluknya segera sirna. “Iya ....” Sopia masih membelai lembut rambut di sisi wajah putrinya. “Ma, jangan paksa Amei menikah, pacar saja tidak punya!” rajuknya supaya terhindar dari jenis orangtua yang akan selalu menanyakan rencana pernikahan anak-anaknya. “Tidak apa walau saat ini Amei tidak punya pacar. Mama sama papa tahu kok.” Santai Sopia bersama tatapan lain hingga Amelia segera membaca hal misterius. “Kalau Mama sama papa tahu, jadi itu artinya Amei tidak akan dipaksa menikah, kan?” “Kami tidak akan memaksa, tapi ... Mama sama papa sudah menemukan pria yang tepat buat Amei!” “Hah!” Kedua mata Amelia membelalak lebar, bukan hanya itu, tapi tubuhnya juga segera duduk tegap, “Ma, kok mau jodohin Amei sih ....” Sopia menyusul duduk di hadapan putrinya. “Mama sama papa sudah memilihkan pria terbaik, tapi keputusan kembali pada kamu, Mei.” “Amei tidak mau!” tolak tegas Amelia. “Jangan menolak sekarang dong, berkenalan saja
Tengah hari datang, pria kepercayaan Adhinatha menghubungi Amelia saat nona muda sedang duduk di sisi ibunya. “Ma, Amei mau terima telepon dulu.” Amelia segera menyingkir sejauh mungkin dari persekitaran ibunya. “Ada apa?” “Saya sudah menemukan si pelaku!” “Apa, siapa?” Excited Amelia. “Sahabat Nona sendiri.” Berat, pria ini mengatakannya, tetapi inilah kenyataan. “Apa, jangan mengada-ngada!” “Nona bisa datang kesini, memeriksa sendiri.” Santai pria ini. Tentu saja kebingungan mencambuk hati dan pikiran Amelia. “Tidak mungkin Nitara. Bagaimana dia menggeruk dana perusahaan padahal jabatannya jauh dari keuangan, terus Nitara juga karyawan baru yang pasti tidak banyak tahu tentang perusahaan. Yang terpenting kita bersahabat!” Di titik ini tidak mungkin Amelia menghakini sahabatnya sendiri, tetapi akhirnya dirinya memutuskan pergi. “Ma, Amei ada perlu sebentar di perusahaan,” ragunya karena Sopia sudah melarangnya kemanapun. “Ada perlu apa, sangat penting?” “Ada dokumen yang haru
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka