Amelia tidak kaget sama sekali dengan kedatangan Tio yang mendadak, tanpa angin dan badai. Gelas berkaki diraihnya sangat anggun, kemudian memberikan jawaban sangat santai, “Hubungan kami baik-baik saja.” Air jeruk di dalamnya disesap perlahan.“Ternyata aku salah menilai kalian,” kekeh Tio seakan kehadirannya disyukuri, seakan dirinya adalah manusia paling menyenangkan di mata semua orang. Namun, sejurus kemudian pria ini berdeham pelan karena guyonannya tidak ditanggapi, kemudian melambaikan tangan, meminta sebuah jus pada pelayan. Seiring menunggu, basa-basi diperlukan. “Mei, bagaimana kabar kamu hari ini, apa setelah ini kamu ada waktu?”“Setelah ini aku tetap bersama papa. Aku akan kembali ke perusahaan.”“Ah ..., begitu rupanya, jadi intinya hari ini kamu tidak punya waktu senggang.” Tio mengusap-usap dagunya. Wajah dan penampilannya memang tidak buruk, setidaknya itu adalah penilain para wanita yang pernah terlibat kencan buta dengannya, kumpulan wanita yang ditolak mentah-ment
Satpam diperintahkan untuk tidak memberi tahukan informasi apapun tentang Erland, mereka juga mendapatkan tugas supaya Kenzo tetap berada di dalam area tanpa boleh disentuh orang luar kecuali Amelia. “Iya, balita itu bernama Kenzo.”“Saya harus menemui cucu saya. Kenapa Kenzo bisa bersama pria yang tidak bisa berjalan!” cemas Sopia hingga dirinya ingin menelesup lewat celah dua orang bodyguard itu tetapi jelas usahanya gagal.“Maaf Nyonya. Tuan dan nyonya besar sedang tidak di tempat, kami tidak bisa meloloskan siapapun.” Santun satpam, tetapi tetap bersama sikap tegas.“Tapi yang di dalam itu cucu saya. Dan kalian sangat tidak sopan menahan saya di sini, saya besannya nyonya Miranda dan tuan Bagaswara!” lantang Sopia. Namun, sayangnya tidak satu pun dari pria ini yang percaya karena yang mereka tahu besan tuan dan nyonya besar hanya orangtuanya Nitara, sedangkan pernikahan William dan Amelia tidak bocor pada siapapun termasuk satpam.“Maaf Nyonya, jika Nyonya ingin menemui tuan dan n
William adalah orang yang senyumannya paling cerah. “Tara, kamu hamil?”“Eu, entahlah ....” Nitara tidak dapat memberikan jawaban pasti karena alasan tidak nafsu makannya karena perang dingin dengan Erland, tetapi andaipun benar hamil dirasa tidak aneh karena sudah beberapa bulan mereka menikah.“Besok kita periksa, ya.” Senyuman William semakin cerah merona saja.“Iya ....” Malu Nitara bersama ketidak yakinan. Adhinatha dan Miranda dibuat sangat bahagia andai menantunya hamil dengan cepat, tetapi lain halnya dengan Erland.‘Aku bahagia saat saudaraku bahagia, tapi haruskan kamu mendapatkan seorang anak dari wanita jahat?’Malam ini semua orang sangat bahagia kecuali Erland dan Nitara dengan alasan berbeda. Namun, setidaknya Erland dapat menemukan kebahagiaannya kembali saat bermain dengan buah hatinya dan tidur bersamanya.Keesokan paginya, seperti biasa Nitara dan William hendak pergi ke perusahaan, tetapi sayangnya kali ini Miranda tetap berada di rumah maka Kenzo tidak dapat disem
William tidak lantas memberikan jawaban, hanya senyuman yang melengkung tipis sebagai sahutannya hingga Nitara melanjutkan pertanyaannya, “Siapa yang paling kamu sayangi. Anak kita atau Kenzo?” Dalam bola matanya terdapat keraguan sekaligus harapan.Saat ini barulah William memberikan jawaban, “Sama, Sayang, tapi ..., rasa sayangnya berbeda makna.” Hatinya melanjutkan. ‘Karena Kenzo adalah keponakan yang juga harus disayangi sepenuh hati, tetapi anak kita nanti adalah segalanya. Aku tidak akan menumpahkan semua kasih sayang pada Kenzo toh Kenzo sudah mendapatkan kasih sayang dari Erland dan Amelia, begitupun anak kita yang akan mendapatkan kasih sayang tambahan dari mereka.’“Berbeda makna bagaimana, bisa kamu jelaskan?” pertanyaan Nitara yang ini kembali membuat William bungkam sesaat.“Kamu akan melihatnya sendiri nanti.” Entah bagaimana caranya menjelaskan, maka William pikir lebih baik sepasang mata indah Nitara yang langsung menilai.Nitara sudah mendapatkan jawaban dari suaminya
Malam tiba, rupanya William memiliki rencana sendiri menemui Kenzo, bukan karena Kenzo tantrum atau apapun itu. Sebuah mainan menjadi buah tangannya. “Terimakasih.” Senyuman Amelia penuh syukur.“Ini bukan apa-apa.” Senyuman teduh William. Dirinya mendapatkan amanah dari Erland untuk memberikan mainan yang dibelikan olehnya, tetapi tentu saja itu adalah rahasia. Hanya William dan Bagaswara yang tahu.Kenzo segera merangkul William serta mainannya, balita ini juga tersenyum ceria hingga suasana seisi rumah ikut masuk ke dalam perasaan bahagia Kenzo.Sementara, lagi-lagi Nitara merasa tidak aman ditinggalkan oleh William, tetapi curiga juga mulai membumbuinya. “Kenapa William sering sekali pergi di luar jam kerja. Apa benar menemui rekan kuliahnya?” Hal ini terlalu sering maka wajar saja seorang istri menanamkan kecurigaan.Nitara hanya mondar-mandir di dalam kamarnya, tidak berani keluar dari area yang dianggapnya paling aman karena tidak mungkin Erland menjangkaunya. Namun, seorang pe
Saat ini Nitara masih menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. “Beli di mana?”“Di outlet langganan keluarga.” Senyuman cerah William yang kemudian menatap dirinya dalam pantulan cermin, “ini sangat bagus. Bagus sekali.” Pria ini merasa mantelnya sangat spesial, entah kenapa?Namun, di balik sumringahnya terdapat Nitara yang semakin memiliki perasaan tidak nyaman. “Sudah malam, apa kamu mau tidur sekarang?”William segera berbalik meninggalkan pantulan cermin untuk menatap Nitara. “Tidur saja duluan, aku masih lelah, aku mau merokok sebentar.” Wajah teduh William tidak hilang, tetapi senyuman cerahnya tanpak sangat asing bagi Nitara.‘Apa seperti ini sikap William saat membeli pakaian baru? Itu berlebihan. Selama ini pakaian William sering baru, tapi William bersikap biasa saja.’ Tatapan Nitara serta senyumannya tidak menunjukan apapun yang ada di hatinya, dirinya menyembunyikan perasaan tidak nyaman ini dengan rapih. Maka, si wanita menjamah tempat tidur terlebih dahulu, sedangkan su
“Amei cuma lelah, Ma ...,” alasan yang dilontarkan Amelia.“Kalau lelah beristirahat saja, jangan memaksakan diri, kasihan Kenzo.” Lembut Sopia bersama belaian di lengan putrinya. Sentuhan lembut nan sayang selalu bisa menenangkan karena dirinya juga seorang ibu, dirinya sangat memahami betapa pentingnya sentuhan dan pelukan bagi seorang anak.Jadi, kini Kenzo diasuh oleh Sopia sedangkan Amelia hanya terpaku di dalam kamar. Adhinatha tidak kemanapun, jadwalnya hari ini sangat tipis, dirinya hanya akan memeriksa perusahaan selama beberapa jam saja. Maka, waktunya dengan Kenzo begitu banyak.“Mana Amei?”“Di kamar, katanya lelah ....”Adhinatha baru saja melihat benjolan di dahi Kenzo. Sontak, dirinya juga sangat khawatir, “Kenzo kenapa, Ma?”“Terbentur ranjang, Amei sedikit tledor. Jadi Mama mengambil Kenzo.”Belaian lembut Adhinatha mengusap dahi cucunya. “Kenzo bermain sama nenek dan kakek saja ya, kasihan mamanya Kenzo,” kekehnya begitu hangat nan penuh kasih sayang.Satu jam berlal
Miranda kembali pada keluarganya setelah Erland menghabiskan semua makanan yang diberikan dengan penuh kasih sayang olehnya. Ternyata semua peserta pesta sederhana ini telah berhenti mengunyah, perut mereka diisi oleh makanan, sedangkan hati mereka diisi oleh kebahagiaan. Tidak berapa lama setelah kedatangannya, ibunya Nitara yang bernama Sania meminta putrinya untuk mengantarnya ke toilet, maka dengan senang hati istri dari keturunan terpandang ini menemani ibunya. “Ma, kita ke toilet di kamar Tara saja ya. Lagian ..., Mama belum pernah masuk ke kamar Tara.” “Iya, terserah Tara saja ....” Sania terkekeh sangat bahagia melihat kebahagiaan putrinya. Sesampainya di dalam kamar, ukuran kamar yang dihuni putrinya lebih besar dari ukuran rang tengah keluarga mereka. Maka, senyuman segera ditarik Sania. “Ma, selama ini Tara tidur di sini, andai Tara bisa membangunkan rumah yang kamarnya yang sebesar ini pasti Mama sama papa sangat nyamana saat tidur.” “Bicara apa kamu ini, Nak ... Willi
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka