Satu per satu orang-orang pun membubarkan diri, takut kena damprat oleh si pahlawan kesiangan. Polisi tersebut telat datang. Dia mendapat laporan dari seseorang bahwa telah terjadi keributan di lokasi tersebut namun belum sempat berada di lokasi, dia melihat si pelaku sudah pergi melarikan diri.
“Aku telah berkoordinasi dengan para polantas di jalan yang sedang bertugas. Mudah-mudahan Max berhasil ditangkap.”
Ramsey mendengus marah, lalu membalik badannya dan melangkah ke mobil. Di dalam mobil, dia menggerutu kesal karena telah melewatkan satu kesempatan besar. Dia yakin bahwa Max merupakan pesuruh The Darky.
Saat sedang berkendara, Ramsey malah tak tenang. Tiap kali ada kendaraan di depan, samping, dan belakangnya, dia berharap itu adalah Max Rodri. Akhirnya dia pun tahu bahwa ternyata Max Rodri merupakan mantan pasukan khusus militer yang dipecat secara tidak hormat. Polisi tadi yang menceritakannya.
“Ramsey, kita mau ke mana? Sebaikny
Ramsey memberikan info kepada Quinn tentang ciri-ciri Max dan jika nanti Quinn bertemu dengan orang yang dimaksud, dia harus menangkapnya hidup-hidup. Ramsey sangat yakin bahwa Max tahu tentang keberadaan The Darky.Sementara itu, sore harinya, tepat ketika Ramsey sedang beristirahat di kamarnya, tiba-tiba Robert mengetuk pintu kamarnya. Tumben Robert ingin berbicara sesuatu bersama Ramsey.Ramsey membuka pintu kamarnya lalu berkata, “Ada apa, Tuan?” Ramsey kira, Robert ingin membahas soal kejadian tadi siang di sekitar halaman parkir, ternyata bukan. Dia memperhatikan mimik wajah Robert yang tampak riang gembira, itu berarti tidak mungkin membahas tentang kejadian tadi siang.“Ramsey, The Rock Holding Company akhirnya mencapai kesepakatan dengan Winsor Energy terkait jual beli Glorisium dalam jumlah besar,” ungkap Robert dengan mata yang berseri-seri.Mengetahui berita gembira itu, Ramsey tersenyum dan menjawab dengan antusi
“Kau juara satu, Nak? Luar biasa! Ayah sangat senang mendengarnya. Selamat ya!” Robert menciumi pipi anaknya beberapa kali sebelum bertanya, “Jadi, siapa orang yang mengajari mu? Bukankah kau memang kursus renang?”Qiarra berjingkrak-jingkrak heboh seperti kuda yang kakinya patah satu, rambutnya yang terurai panjang pun ikut terpantul-pantul mengiringi langkahnya yang anggun. Dia pun duduk pas di samping ayahnya.“Siapa lagi kalau bukan Ramsey?” Qiarra menaikkan kedua alisnya dan memperlihatkan gigi serinya yang putih bersih. “Ayah, Ramsey lebih jago dari pada pengajarku selama ini. Berkat pengajarannya, aku bisa jadi juara satu. Bukan main!” Qiarra tidak bisa menahan rasa senang yang meledak di wajahnya.Bagi Robert, tidak pernah dia melihat anaknya sangat senang seperti sekarang ini. Bahkan, dia sangat jarang duduk berdua pas di samping anaknya. Entah kapan terakhir dia duduk ngobrol berdua dengan penuh kehangata
Malam harinya, Ramsey mengajak Qiarra berjalan ke mall. Setidaknya, ada dua tujuan yakni selain menghibur Qiarra, dia pun ingin agar dipertemukan kembali dengan Max, sangat berharap agar kiranya Max tetap melakukan pengincaran terhadap Qiarra malam ini.Namun, begitu berada di dalam mall, Qiarra mendapat kabar bahwa Lita sedang berada di dalam mall yang sama dan mendapat perlakuan yang kurang pantas dari Jansen dan Gerry.Dua pria yang merupakan saudara sepupu tersebut sengaja mengundang Lita. Kata mereka, toko baju milik keluarga Jansen sedang ada diskon besar-besaran bagi teman sekolahan yang sebentar lagi akan tamat dan masuk universitas.Lita yang merupakan orang kurang mampu tersebut lantas pergi ke mall dan berharap memang mendapatkan diskon besar-besaran. Dia ingin punya beberapa setel pakaian untuk kuliah nanti.Namun, Jansen dan Gerry telah menipu Lita. Alasannya karena dua pria tersebut tidak suka dengan sikap baik Lita selama ini terhadap
Jansen menampakkan wajah sedihnya. “Uh, kasihan sekali. Tapi, untunglah teman mu satu-satunya sudah tiba tepat waktu.”Gerry menimpali sembari menerbitkan senyuman licik yang intimidatif. “Ya, karena kalau telah sedikit saja, kau akan kena seret oleh security.”Jansen dan Gerry kaget karena lagi-lagi Qiarra berada di samping pria hitam manis bertubuh cukup kekar di sampingnya.“Qiarra, kenapa kau selalu bersama satpam pribadi mu?” Jansen mengoles dagu dan pandangannya nanar ke arah Ramsey. “Aneh, apa kau takut kena bully sampai-sampai ke mana-mana kau selalu bawa satpam? Hahaha!”Gerry tidak bisa menahan geli yang menggelitik di perutnya. “Ya, dia sekarang sudah dijaga ketat oleh seorang satpam. Boleh juga! Jangan-jangan, pas dia masuk wc, satpam itu malah masuk juga. Hehe.”Jansen dan Gerry menikmati candaan murah itu tanpa peduli terhadap sekitar. Sebagai dua pria bengal yang hobi mem-bu
Jansen sangat kaget. “Apa?” Dia menuding ke arah Ramsey tanpa rasa hormat sedikit pun. “Kau! Apa-apaan kau bicara seperti itu ha?! Tidak, tidak ada diskon sama sekali di sini!”Ketika Qiarra membuka dompet dan mau membayar sebesar seribu dua ratus dollar, Ramsey langsung mencegahnya.“Tidak usah, Qiarra! Tidak perlu. Tunggu sampai teman-teman mu datang saja. Jangan pedulikan mereka.” Santai, Ramsey duduk pas di samping Qiarra dan di waktu bersamaan, Jansen dan Gerry semakin bingung dibuatnya, kira-kira apa yang mau dilakukan si satpam?“Apa-apaan kau, Satpam?!” seloroh Jansen, darahnya mulai naik. “Biarkan Qiarra memberikan uangnya kepada kami, lalu pergilah kalian semua dari sini.”Masa bodoh, Ramsey malah bersikap dingin dan tidak begitu peduli. Berulang kali dia mengingatkan kepada Qiarra dan Lita agar tetap tenang dan tidak terintimidasi.Jansen dan Gerry sudah keterlaluan, tidak hanya
Kay menyeret Jansen agar segera masuk lagi ke dalam toko. Di dalam, dia berbicara di depan kuping anaknya. “Apa yang kau bicarakan bersama pria itu? Jansen, aku mendapat telepon dari perwakilan The Rock Holding Company. Kalau saja kita melukai perasaan pria bernama Ramsey itu, hidup kita bakal melarat dan kau tidak akan pernah menjadi mahasiswa, selamanya!”Setelah menceramai putranya yang bengal, lalu Kay mendekati Ramsey dengan pandangan penuh iba. Kay memelas, meminta maaf jika anaknya barusan ada salah. Dia bingung bagaimana cara menjelaskannya.Dari dalam, Jansen dan Gerry terbengong-bengong saat menyaksikan Kay seperti orang yang sedang tertangkap basah menjual narkoba di hadapan polisi. Kelakuan Kay sangat aneh. Jansen dan Gerry sangat tidak mengerti atas apa yang terjadi.“Hm, Kay. Tenanglah terlebih dahulu. Kami sedang menunggu kehadiran teman-teman satu kelas mereka.” Ramsey menepuk-nepuk pundak Kay dan menyuruhnya agar berhenti
Hingga akhirnya lebih dari tiga puluh orang sudah hadir dan menyesaki toko. Mereka semua dengan begitu semangatnya memborong baju, jaket, celana, topi, aksesoris dan lainnya.Jansen ingin marah menyaksikan ini semua namun ketika dia melihat ayahnya tidak bertindak apa pun, dia lantas memilih diam dan hanya bisa pasrah atas apa yang ada sekarang.Dunia makin aneh .....Seiring berjalannya waktu yang amat cepat itu, Quinn dan tiga anak buahnya masuk ke dalam toko. Quinn mencari seseorang. “Siapa di antara kalian yang bernama Lita?”Lita tidak tidak tanggap karena kurang fokus. Begitu Qiarra menyenggolnya, lamunannya pun buyar. “Eh! Ya, ada apa?” ucapnya gelagapan.“Oh, kau rupanya wanita bernama Lita. Baiklah, silakan suruh tiga pria di dekat kasir itu untuk menjauh atau kalau kau ingin mengusir mereka pergi, silakan saja.” Quinn jongkok di hadapan Lita yang sedang duduk di bangku.“Ha? Mengusir Jansen
Hukuman tersebut jauh lebih pedas dari pada dua tamparan tadi. Sangat memalukan.Quinn mempersilakan mereka pergi. “Semua masalah sudah clear. Tidak ada lagi yang perlu kita persoalkan. Sekarang, silakan pergi dari sini!”“Baik Tuan, baik. Kami akan pergi segera,” ucap Kay lalu menyeret Jansen dan Gerry agar pergi dari sini.Pihak mall sudah menutup rapat K-Store karena sudah tidak ada lagi barang di dalamnya.Qiarra menenteng tujuh kantong besar dan Lita menenteng lima kantong besar plus uang seratus tiga puluh ribu dollar.***Di rumah Lita.Keluarganya yang miskin tercengang dan bahagia.“Apa yang harus kami lakukan?” ibunya Lita menatap bingung. Seumur-umur, mereka tidak punya uang lebih dari seratus ribu dollar. Itu adalah uang yang sangat banyak bagi mereka yang miskin.Ramsey menjawabnya dengan nada yang penuh keakraban. “Selama ini, Lita menjad