"Ini perlu dijahit," kata Helen.Ada bagian yang lebih dalam. Ini akan sulit sembuh kalau tidak dijahit.Yasmin diberikan anestesi ketika dijahit, tapi dari tadi dia terlihat mati rasa.Daniel yang sedang berdiri di samping terus memperhatikan Yasmin. Seharusnya dia tidak memberikan Yasmin anestesi.Berani-berani Yasmin melawannya seperti ini!Awalnya dia berada di ruang kerja. Setelah dia berpikir-pikir, dia ingin duduk di ruang tamu luar kamar tidurnya saja untuk bekerja.Dia mendengar Yasmin sudah bangun, tapi kemudian tidak ada suara.Kalau bukan karena Daniel cepat menyadarinya, lengan Yasmin akan cacat.Saat Daniel memikirkan itu, jantung Daniel berdetak dengan sangat cepat."Selesai." Setelah Helen menjahit lukanya, dia mengoleskan obat dan membalutnya lagi. "Kamu nggak boleh melakukan ini lagi. Akan gawat kalau luka di lenganmu ini berbekas."Dia berharap Yasmin bisa lebih perhatian.Namun, Yasmin tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia seakan-akan tidak peduli sama sekali."Kamu
Anak-anak sedang berkumpul dan melihat mobil Helen keluar.Julia berkata, "Kakak nggak mau disuntik."Yang dimaksudnya adalah Julian. Julian berkata dengan sombong, "Aku nggak takut! Aku hanya nggak perlu disuntik! Kepalaku sudah sembuh!"Sebelumnya luka di keningnya sudah sembuh. Warna bekas lukanya juga sudah menjadi lebih terang. Biasanya anak kecil cepat pulih."Dia nggak perlu disuntik," ucap Julius juga.Tony tersenyum. "Dia datang bukan untuk menyuntik kalian."Julius bertanya, "Kalau begitu, untuk menyuntik siapa?"Tony juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. "Dia nggak menyuntik siapa-siapa. Dia hanya datang untuk melihat apa ada yang butuh disuntik. Jelas kalau nggak ada."Anak-anak pun keluar dari semak-semak.Yasmin berbaring di papan tempat tidur dan melihat tangannya yang diborgol. Dia menggeraknya sedikit. Karena rantai borgolnya sangat pendek, tangan kirinya tidak bisa meraih lengan kanannya. Dia benar-benar tidak bisa melukai dirinya sendiri lagi.Ketika dia sedang
"Kita akan tahu setelah kamu melakukan pemeriksaan di rumah sakit." Daniel mengelus pipi Yasmin dengan punggung tangannya. "Kalau kamu hamil, lahirkan."Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen mengambil darah Yasmin, kemudian melakukan USG.Embrio yang sedang berkembang terlihat jelas pada gambar komputer.Helen berkata, "Kamu sudah hamil hampir 30 hari."Yasmin yang sedang berbaring di ranjang terkejut. Dia sudah hamil 30 hari.Dia tidak tahu apa-apa dan bahkan tidak memiliki perasaan.Dia bahkan sudah lupa kapan dia datang bulan.Karena kematian orang tuanya, dia sama sekali tidak peduli.Bagaimana dia bisa hamil?Dia seperti terkena sambaran petir dan sulit untuk mencerna informasi ini."Tapi, Nona Irene memiliki tubuh yang lemah. Dia harus beristirahat yang cukup," pesan Helen."Aku mengerti." Daniel sama sekali tidak menduga kemunculan anak ini, tapi anehnya dia merasa bersemangat. Dulu dia tidak ada ketika Yasmin hamil anak kembar tiga mereka. Kini dia dapat melihat anaknya tum
"Ada hal yang akan membuatmu lebih terkejut!" Dahlia hampir tidak bisa bernapas."Apa sesuatu terjadi pada Yasmin?""Ya!"Irene bertanya dengan riang, "Apa dia menjadi gila dan sudah mati?""Mati? Dia hamil!" Dahlia tidak mengerti bagaimana Irene mempunyai suasana hati untuk bercanda."Apa katamu?!" Irene tiba-tiba berdiri. "Siapa hamil? Yasmin? Bagaimana mungkin? Apa kamu nggak salah? Dokter sudah pernah bilang dia nggak akan bisa hamil lagi!""Dari awal aku sudah memberitahumu kalau hal seperti itu nggak yakin! Lihat, dia benar-benar hamil!" Dahlia sangat gelisah. "Bagaimana sekarang? Dia hamil lagi, sedangkan apa pun nggak terjadi antaramu dan Daniel. Aku cemas sekali!""Daniel nggak akan membiarkannya melahirkan anak itu. Nggak ada gunanya kalau anak itu cacat!" Irene hampir pingsan dan tidak bisa berdiri dengan tegak. Dia duduk di bangku, kemudian berkata, "Nggak mungkin .... Apa kamu bisa memastikan kabar itu? Apa mungkin kamu salah?""Pembantu meneleponku dan bilang Daniel sudah
Setelah muka Irene pulih, dia bergegas ke Grup Naga.Setelah dia tiba, Daniel malah tidak ada di kantor.Dia bertanya pada Eric, "Di mana Daniel?""Tuan Daniel nggak datang karena dia ada urusan.""Kamu juga berkata seperti itu kemarin. Eric, apa kamu sedang mempermainkanku?" tanya Irene dengan kesal."Nggak." Eric menundukkan kepalanya sedikit. "Tuan Daniel benar-benar ada urusan di luar.""Urusan apa itu?""Tuan Daniel nggak memberi tahu saya."Irene tertawa sinis di dalam hati. Urusan apa lagi? Daniel selalu menemani Yasmin karena dia sudah hamil, 'kan?Rasa cemburu dan marah menyelimuti hati Irene.Dia sangat menantikan kematian Yasmin!Pintu lift terbuka, kemudian sepasang kaki jenjang melangkah keluar. Daniel sudah datang ke perusahaan.Irene segera berlari ke arahnya dengan anggun. "Daniel, kamu sudah datang? Kebetulan sekali, aku juga baru sampai."Jodoh seperti ini tidak bisa dibandingkan dengan Yasmin.Ekspresi Daniel tampak masam. "Ya."Irene mengikuti Daniel memasuki kantor
Setelah Irene merasa puas, dia baru keluar.Dia meminta sekretarisnya yang mengemudi mobil.Ketika Irene tiba, Daniel belum datang. Jadi, Irene duduk dan menunggunya.Bagaimanapun juga, dia yang telah datang lebih awal.Ketika sudah hampir jam setengah 12, batang hidung Daniel belum terlihat.Irene pun merasa sedikit gelisah.Daniel akan datang, 'kan?Saat Irene hendak mengeluarkan ponselnya, dia melihat Daniel turun dari mobil dari jendela kaca. Lalu, dia tersenyum.Setelah Daniel duduk, Irene berkata, "Kamu benar-benar hebat. Kamu tiba pas jam setengah 12."Selesai memesan makanan, mereka makan.Irene sesekali melihat wajah Daniel.Sepertinya gaun seksi yang dikenakannya tidak menarik perhatian Daniel.Irene tiba-tiba sadar pria tidak suka melihat kekasihnya memakai begini terbuka.Seharusnya Irene tidak mengenakan gaun dengan kerah serendah ini."Daniel, aku mendengar Yasmin sakit akhir-akhir ini? tanya Irene. "Orang dari perusahaan bilang dia sudah beberapa hari tidak datang bekerj
Kata-kata itu mengejutkan Irene dan dia mematung untuk waktu yang lama.Setelah mobil melaju jauh, air matanya baru menetes."Eh, bukankah itu si dewi pianis? Kenapa dia berdiri di depan pintu?""Dia terlihat sedih ...."Dia menyadari tatapan mata orang yang melewatinya dan ada yang mengambil videonya dengan ponsel. Jadi, dia buru-buru kembali ke restoran.Dia duduk di kursinya.Restoran ini sangat privat. Tidak ada orang yang akan memperhatikannya.Sekujur tubuh Irene gemetar. Dia sudah tidak bisa mengontrol emosinya.Kenapa Daniel mau membatalkan pertunangan dengannya? Kenapa?Hal yang paling ditakuti Irene akhirnya terjadi.Kenapa Daniel memperlakukannya seperti ini? Irene sudah pernah membuat kesalahan, tapi Daniel juga tidak berkata ingin membatalkan pertunangan mereka.Sekarang Daniel baru berkata ingin membatalkan pertunangan mereka. Kenapa ...?Irene mengingat Yasmin.Benar, Daniel melakukan itu pasti karena Yasmin sudah hamil.Semuanya gara-gara Yasmin!Tidak apa-apa. Lagi pul
Yasmin tidak ingin orang yang tidak bersalah terlibat.Dia duduk, kemudian mengambil mangkuk tersebut. Dia makan sedikit demi sedikit dengan sendok."Pelan-pelan, Nona Yasmin. Biarkan perut Anda menyesuaikan diri dulu. Tadi siang Anda makan sedikit saja," kata Emma.Sekarang Yasmin tidak boleh makan terlalu banyak dan terlalu cepat atau dia akan muntah.Agar dia tidak muntah, dia hanya bisa makan dengan pelan-pelan.Akhirnya dia bisa menghabiskan satu mangkuk kecil."Nona Yasmin, bagaimana perasaan Anda? Apa Anda merasa nggak enak badan?""Aku baik-baik saja," ucap Yasmin.Emma berpikir obat itu benar-benar lumayan ampuh.Yasmin berdiri, kemudian naik ke atas.Pembantu juga mengikutinya naik ke atas.Yasmin masuk ke dalam kamar dan pembantu berdiri di dekat pintu.Yasmin membiarkannya. Lagi pula, ini adalah perintah Daniel dan tidak ada yang bisa mengubahnya.Yasmin berbaring di tempat tidur dan mengelus perutnya yang terasa kurang nyaman.Seharusnya anak ini tidak datang.Kenapa meski
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump