Yasmin tidak ingin orang yang tidak bersalah terlibat.Dia duduk, kemudian mengambil mangkuk tersebut. Dia makan sedikit demi sedikit dengan sendok."Pelan-pelan, Nona Yasmin. Biarkan perut Anda menyesuaikan diri dulu. Tadi siang Anda makan sedikit saja," kata Emma.Sekarang Yasmin tidak boleh makan terlalu banyak dan terlalu cepat atau dia akan muntah.Agar dia tidak muntah, dia hanya bisa makan dengan pelan-pelan.Akhirnya dia bisa menghabiskan satu mangkuk kecil."Nona Yasmin, bagaimana perasaan Anda? Apa Anda merasa nggak enak badan?""Aku baik-baik saja," ucap Yasmin.Emma berpikir obat itu benar-benar lumayan ampuh.Yasmin berdiri, kemudian naik ke atas.Pembantu juga mengikutinya naik ke atas.Yasmin masuk ke dalam kamar dan pembantu berdiri di dekat pintu.Yasmin membiarkannya. Lagi pula, ini adalah perintah Daniel dan tidak ada yang bisa mengubahnya.Yasmin berbaring di tempat tidur dan mengelus perutnya yang terasa kurang nyaman.Seharusnya anak ini tidak datang.Kenapa meski
Sebenarnya, pembantu itu ingin menyembunyikan ponselnya di bunga. Ketika dia menyembunyikannya, Lauren tidak sengaja melihatnya.Maka itu, dia diam-diam menelepon Yasmin.Lauren baru saja duduk di tempat tidur ketika ponselnya di meja kopi berdering.Dia mengambil ponselnya dan melihat itu telepon masuk dari Evan.Dia mengangkat telepon, lalu berkata, "Halo.""Kamu sedang ngapain?""Aku sedang di dalam kamar dan nggak ngapa-ngapain.""Nanti malam aku nggak pulang makan, ya. Kamu nggak perlu menungguku." Evan seperti suami yang memberi laporan kepada istrinya.Lauren tidak pernah menunggunya dan lebih tidak peduli kapan dia pulang.Kalau boleh, dia berharap Evan jangan pernah muncul lagi.Hanya saja, pikiran seperti itu tidak realistis."Oke."Lauren makan malam sendirian. Selesai makan, dia membawa Miumiu kembali ke kamarnya.Sampai jam sembilan, Evan belum juga pulang.Ketika Evan melihat siapa yang meneleponnya, dia sedang minum bersama orang di ruangan pribadi. Dia tampak agak terke
Evan memainkan rokok di jarinya. "Siapa pun nggak boleh menyentuhnya. Terlebih lagi, kalau bukan karena dia, apa kalian bisa hidup dengan nyaman seperti sekarang?"Dennis tertawa dan bersandar ke sofa. "Ternyata aku benar, ini berkah tersembunyi. Lagi pula, Kak Evan saja nggak keberatan, ngapain kita berkoar-koar? Kapan kita hidup susah?"Zarco dan yang lainnya masih merasa ini tidak masuk akal, tapi mereka hanya bisa menahan diri.Apa yang bisa mereka lakukan kalau Evan menginginkan wanita itu?Evan melihat mereka semua dengan dingin. "Belajarlah dari Dennis. Kalau kalian merusak apa yang milikku, aku nggak akan memaafkan kalian."Dulu mereka mengikuti Gilbert, jadi tentu saja mereka sangat menurutinya.Lauren turun dari mobil. Kemudian, dia langsung melihat Evan yang memasukkan kedua tangannya di dalam saku sedang menunggunya.Evan berjalan ke arahnya. Dia memeluk pinggang Lauren, kemudian menundukkan kepalanya untuk menggigit bibir Lauren."Mm .... Bau alkohol ...." Lauren menolak.
"Yang benar saja, Kak? Bagaimana orang nggak berbudaya seperti kami bisa bekerja di Grup Samson? Kami nggak mau mempermalukan Kak Evan." Dennis bercanda. "Kelab malam ini milikku dan mereka semua membantuku. Kadang-kadang Kak Evan akan datang ke sini untuk minum-minum. Kamu tahu sekarang Kak Evan menangani Grup Samson, jadi dia sangat sibuk. Tapi, kamu tenang saja. Kami akan membantumu mengawasi Kak Evan. Kalau dia mencari wanita lain, kami akan melaporkannya padamu."Lauren tidak peduli apa mereka akan melakukan itu atau tidak.Yang dia peduli adalah ternyata kelab malam ini milik Dennis.Tempat seperti apa kelab malam? Ini penuh dengan berbagai macam orang dan sangat cocok untuk mereka.Ketika Lauren masuk, dia bisa melihat bisnis kelab malam ini sangat bagus. Sepertinya Dennis menanganinya dengan sangat baik.Jangan-jangan mereka semua berubah seperti Evan setelah mereka masuk penjara?Bagaimana mungkin ...?"Kak Lauren, ayo minum bersama sekali." Dennis menuangkan bir.Lauren tidak
Lauren tidak menolak sedikit pun dan membiarkan Evan melakukan sesuka hatinya.Dari mobil sampai kamar, Lauren benar-benar tidak sadar. Dia melakukan apa pun yang diminta Evan.Saat Lauren bangun besok paginya, dia mengingat apa yang terjadi semalam dan merasa sangat konyol.Namun, dia tidak menyesal meminum dua gelas itu. Dia juga tidak menyesal pergi ke kelab malam.Kalau dia tidak pergi, bagaimana dia bisa mengetahui tentang Dennis dan yang lainnya?"Guk!"Lauren menoleh. Dia melihat Miumiu di karpet dan ia sedang menggoyangkan ekornya ke arah Lauren."Nanti aku baru menggendongmu, ya." Lauren perlu membersihkan tubuhnya dulu.Sore hari, Lauren membawa Miumiu jalan-jalan karena tidak ada yang perlu dia lakukan.Siapa sangka, dia berpapasan dengan Sofia.Mereka bertemu di luar sebuah toko bermerek.Sofia juga sangat terkejut melihat Lauren. Dia sedang berjalan-jalan dengan temannya."Apa kamu datang ke sini untuk membeli baju juga?" Sofia memperhatikan Lauren sejenak. Sekujur tubuh L
Kenapa Evan datang?Apa dia juga datang untuk menghadiri pesta ulang tahun Sofia?Saat Lauren meneleponnya, dia tidak mengungkit sepatah kata pun ....Sebelum dia sadar, sebuah sosok cantik melewatinya dari samping.Sofia berjalan ke depan Evan. "Evan, kamu sudah datang? Aku kira kamu nggak akan menghadiri pesta ulang tahunku. Ternyata kamu masih peduli padaku ...."Sofia mematung setelah dia berkata sampai akhir karena Evan tidak berhenti dan lanjut berjalan ke depan. Dia seolah-olah tidak melihat Sofia.Evan terus berjalan sampai dia berhenti di depan Lauren.Saat para sosialita yang lainnya melihat itu, mereka merasa bingung. Kedua orang itu tidak mungkin benar-benar mempunyai hubungan, 'kan?Tadi mereka semua melihat Evan langsung mengabaikan Sofia. Saat ini ekspresi Sofia tampak sangat menarik.Lauren hanyalah wanita berasal dari daerah kumuh yang naik ke tempat tidur Evan. Dia tidak mungkin bisa dibandingkan dengan Sofia dan bahkan tidak ada yang perlu dibandingkan.Maka itu, ada
"Hei, masuk ...." Lauren baru ingin menghentikannya.Tiba-tiba, Evan mengangkat Miumiu ke udara.Miumiu menggerakkan keempat kakinya dengan panik."Jangan mengangkatnya seperti itu." Lauren mengambil kembali Miumiu, lalu memeluknya.Ekspresi Evan menjadi masam. "Hati-hati suatu hari aku memasaknya untukmu."Lauren ketakutan. "Kamu dendam dengan Miumiu? Aku hanya takut dia menggigitku. Apa kamu sudah makan?"Emosi Evan langsung menghilang. Pintu lift terbuka, kemudian dia berjalan keluar sambil merangkul Lauren. "Ayo pergi makan."Evan sudah membuat reservasi di lantai sembilan. Sebelah mereka adalah jendela kaca. Mereka bisa makan sambil menikmati pemandangan malam di luar.Tempat ini terletak di pusat kota yang paling makmur dan indah."Hadiah apa yang kamu berikan padanya? Tunjukkan padaku," tanya Evan.Lauren tidak mengerti kenapa Evan tertarik dengan hadiah tersebut. Dia mengeluarkannya dari tas, lalu menyerahkannya pada Evan.Evan membuka kotak tersebut. Setelah dia melihat gelang
"Apa maumu?" Lauren langsung mengenali pria yang membuatnya merasa jijik ini. Dia sedikit panik ketika dia mengingat masa lalu.Leo mengenakan seragam, tapi itu berbeda dengan seragam pelayan. Seharusnya dia adalah pekerja pembersihan."Aku cuman teman lama yang mengenang masa lalu!" Leo bertanya, "Apa kamu menemukan pacar kaya? Apa pacarmu tahu kamu pernah keguguran dulu?"Nadanya terdengar seperti ancaman.Lauren menjaga jarak darinya. Dia takut Leo akan menyentuhnya lagi."Tenang saja. Selama kamu jadi anak patuh, aku nggak akan memberi tahu siapa pun." Tatapan mesum Leo tampak sangat menjijikkan. Lalu, dia meraih tangan Lauren.Lauren segera menendang lutut bagian dalam Leo."Akh!" Leo langsung berlutut. Dia menjadi marah karena merasa malu. Dia berdiri, kemudian menunjuk Lauren sambil berkata, "Kamu sungguh nggak tahu diri! Aku tahu kamu masih marah, tapi kalau saat itu kamu nggak melawan, kamu nggak akan kehilangan anakmu, 'kan?"Sepatu kulit hitam itu langsung berhenti.Lauren m
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump