Lauren tidak menolak sedikit pun dan membiarkan Evan melakukan sesuka hatinya.Dari mobil sampai kamar, Lauren benar-benar tidak sadar. Dia melakukan apa pun yang diminta Evan.Saat Lauren bangun besok paginya, dia mengingat apa yang terjadi semalam dan merasa sangat konyol.Namun, dia tidak menyesal meminum dua gelas itu. Dia juga tidak menyesal pergi ke kelab malam.Kalau dia tidak pergi, bagaimana dia bisa mengetahui tentang Dennis dan yang lainnya?"Guk!"Lauren menoleh. Dia melihat Miumiu di karpet dan ia sedang menggoyangkan ekornya ke arah Lauren."Nanti aku baru menggendongmu, ya." Lauren perlu membersihkan tubuhnya dulu.Sore hari, Lauren membawa Miumiu jalan-jalan karena tidak ada yang perlu dia lakukan.Siapa sangka, dia berpapasan dengan Sofia.Mereka bertemu di luar sebuah toko bermerek.Sofia juga sangat terkejut melihat Lauren. Dia sedang berjalan-jalan dengan temannya."Apa kamu datang ke sini untuk membeli baju juga?" Sofia memperhatikan Lauren sejenak. Sekujur tubuh L
Kenapa Evan datang?Apa dia juga datang untuk menghadiri pesta ulang tahun Sofia?Saat Lauren meneleponnya, dia tidak mengungkit sepatah kata pun ....Sebelum dia sadar, sebuah sosok cantik melewatinya dari samping.Sofia berjalan ke depan Evan. "Evan, kamu sudah datang? Aku kira kamu nggak akan menghadiri pesta ulang tahunku. Ternyata kamu masih peduli padaku ...."Sofia mematung setelah dia berkata sampai akhir karena Evan tidak berhenti dan lanjut berjalan ke depan. Dia seolah-olah tidak melihat Sofia.Evan terus berjalan sampai dia berhenti di depan Lauren.Saat para sosialita yang lainnya melihat itu, mereka merasa bingung. Kedua orang itu tidak mungkin benar-benar mempunyai hubungan, 'kan?Tadi mereka semua melihat Evan langsung mengabaikan Sofia. Saat ini ekspresi Sofia tampak sangat menarik.Lauren hanyalah wanita berasal dari daerah kumuh yang naik ke tempat tidur Evan. Dia tidak mungkin bisa dibandingkan dengan Sofia dan bahkan tidak ada yang perlu dibandingkan.Maka itu, ada
"Hei, masuk ...." Lauren baru ingin menghentikannya.Tiba-tiba, Evan mengangkat Miumiu ke udara.Miumiu menggerakkan keempat kakinya dengan panik."Jangan mengangkatnya seperti itu." Lauren mengambil kembali Miumiu, lalu memeluknya.Ekspresi Evan menjadi masam. "Hati-hati suatu hari aku memasaknya untukmu."Lauren ketakutan. "Kamu dendam dengan Miumiu? Aku hanya takut dia menggigitku. Apa kamu sudah makan?"Emosi Evan langsung menghilang. Pintu lift terbuka, kemudian dia berjalan keluar sambil merangkul Lauren. "Ayo pergi makan."Evan sudah membuat reservasi di lantai sembilan. Sebelah mereka adalah jendela kaca. Mereka bisa makan sambil menikmati pemandangan malam di luar.Tempat ini terletak di pusat kota yang paling makmur dan indah."Hadiah apa yang kamu berikan padanya? Tunjukkan padaku," tanya Evan.Lauren tidak mengerti kenapa Evan tertarik dengan hadiah tersebut. Dia mengeluarkannya dari tas, lalu menyerahkannya pada Evan.Evan membuka kotak tersebut. Setelah dia melihat gelang
"Apa maumu?" Lauren langsung mengenali pria yang membuatnya merasa jijik ini. Dia sedikit panik ketika dia mengingat masa lalu.Leo mengenakan seragam, tapi itu berbeda dengan seragam pelayan. Seharusnya dia adalah pekerja pembersihan."Aku cuman teman lama yang mengenang masa lalu!" Leo bertanya, "Apa kamu menemukan pacar kaya? Apa pacarmu tahu kamu pernah keguguran dulu?"Nadanya terdengar seperti ancaman.Lauren menjaga jarak darinya. Dia takut Leo akan menyentuhnya lagi."Tenang saja. Selama kamu jadi anak patuh, aku nggak akan memberi tahu siapa pun." Tatapan mesum Leo tampak sangat menjijikkan. Lalu, dia meraih tangan Lauren.Lauren segera menendang lutut bagian dalam Leo."Akh!" Leo langsung berlutut. Dia menjadi marah karena merasa malu. Dia berdiri, kemudian menunjuk Lauren sambil berkata, "Kamu sungguh nggak tahu diri! Aku tahu kamu masih marah, tapi kalau saat itu kamu nggak melawan, kamu nggak akan kehilangan anakmu, 'kan?"Sepatu kulit hitam itu langsung berhenti.Lauren m
Namun, Evan mengelak. Dia menahan Lauren dan berkata, "Lauren, kamu melawanku dengan seni bela diri yang kuajari padamu? Apa yang kamu pikirkan?""Lepaskan aku ...." Lauren meronta dan napasnya terengah-engah.Gilbert tumbuh besar sering berkelahi dan dia adalah pejuang yang tidak peduli dengan nyawanya.Lauren hanyalah ikan teri di matanya.Evan menariknya ke arah mobil diparkir. "Mobil bukan di sini."Anak bawah Evan sudah mengemudi mobil keluar dari tempat parkir. Evan langsung memasukkan Lauren ke dalam mobil, lalu menahannya di kursi. Ekspresinya berubah menjadi penuh dengan semangat. "Aku tahu kamu nggak mungkin menggugurkan anakku. Ternyata kamu punya alasan!"Lauren menatap wajah Evan yang sinting, lalu tubuhnya gemetar. "Walaupun begitu, kamu nggak seharusnya memukul orang sampai seperti itu ....""Nggak seharusnya? Berani-beraninya dia menginginkanmu ketika aku nggak ada. Dia juga sudah menyebabkanmu keguguran. Orang sepertinya pantas mati seribu kali!"Lauren merasa sangat k
Lauren mengalihkan pandangannya.Dia tidak lupa dia lolos ujian masuk perguruan tinggi dan diterima di universitas bergengsi.Alhasil, orang tua angkatnya tidak memberinya uang untuk kuliah. Mereka berkata apa gunanya wanita berpendidikan tinggi. Cepat atau lambat dia akan menikah dan mempunyai anak.Dulu Lauren tahu jalan pintas paling efektif untuk keluar dari daerah kumuh adalah dengan berpendidikan tinggi.Maka itu, dia memulai mengutip sampah.Klub mahyong memiliki paling banyak sampah, kemudian dia bertemu dengan Gilbert yang bermain mahyong di sana."Apa yang sedang kamu pikirkan?" Evan menggigit bibir Lauren.Lauren kesakitan dan kembali sadar. Dia melihat Evan dengan kesal."Dilarang melamun ketika bersamaku," ancam Evan."Aku hanya sedang ... memikirkan masa di daerah kumuh dulu. Aku pergi ke klub mahyong untuk mengutip sampah, kemudian aku melihatmu sedang bermain. Tanpa mengatakan apa-apa, kamu memberiku uang yang kamu menangkan .... Itu pertama kalinya aku melihat begitu b
Evan mengangkat dagu Lauren. "Kalau itu wanita lain, mereka akan sangat senang. Hanya kamu yang seperti itu padaku. Tapi ... aku suka."Dia langsung memeluk kaki Lauren.Lauren menarik kembali kakinya. Dia menutupi kakinya dengan selimut, lalu berbaring. "Aku nggak mau pergi hari ini. Aku lelah dan ingin beristirahat."Lauren beristirahat sepanjang hari. Besoknya, dia pergi ke perusahaan untuk wawancara. Dia lulus dengan kemampuannya sendiri.Dia pergi ke departemen HRD dulu, kemudian dia pergi ke departemen sekretaris.Orang yang mewawancarainya adalah atasan langsungnya, Ricky Gozali, sekretarisnya Evan.Ricky melihat resume di tangannya sambil berkata, "Setelah membaca tiga resume yang dikirim oleh departemen HRD, aku memilihmu. Dulu kamu pernah menjadi asisten dan bahkan di Kota Imperial. Aku berharap kamu nggak mengecewakanku."Lauren yang sedang berdiri di sebelah berkata, "Aku pasti akan bekerja dengan baik."Ricky meletakkan resumenya, lalu dia memperhatikan Lauren dengan saksa
"Tuan Evan, saya akan kembali bekerja sekarang." Lauren berbalik pergi.Evan merasa sikap Lauren yang sopan menggemaskan.Keputusannya menyuruhnya pergi kerja di perusahaan memang benar.Evan tidak pernah takut identitasnya terungkap karena dia tidak merasa dirinya adalah Gilbert.Ponselnya di atas meja berdering. Evan meliriknya sekilas, lalu mengangkat telepon. Dia mendengar Tuan Besar Samson berkata, "Nanti malam makan di rumahku.""Aku tahu."Saat pulang kerja, Lauren melihat Evan sudah tidak berada di kantornya.Dia tidak menyangka Evan akan pulang terlebih dahulu.Karena CEO tidak ada dan sudah saatnya pulang kerja, Lauren tidak punya alasan untuk menetap di sini lagi.Lauren keluar dari gedung perusahaan, lalu berjalan menuju stasiun kereta api bawah tanah.Dia datang diantar sopir, tapi dia tidak berani turun di depan pintu gedung perusahaan. Dia takut orang-orang mengira dia adalah orang kaya ketika melihat mobilnya.Setelah dia berjalan jauh dari pintu masuk, dia tidak meliha
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati