Namun, Evan mengelak. Dia menahan Lauren dan berkata, "Lauren, kamu melawanku dengan seni bela diri yang kuajari padamu? Apa yang kamu pikirkan?""Lepaskan aku ...." Lauren meronta dan napasnya terengah-engah.Gilbert tumbuh besar sering berkelahi dan dia adalah pejuang yang tidak peduli dengan nyawanya.Lauren hanyalah ikan teri di matanya.Evan menariknya ke arah mobil diparkir. "Mobil bukan di sini."Anak bawah Evan sudah mengemudi mobil keluar dari tempat parkir. Evan langsung memasukkan Lauren ke dalam mobil, lalu menahannya di kursi. Ekspresinya berubah menjadi penuh dengan semangat. "Aku tahu kamu nggak mungkin menggugurkan anakku. Ternyata kamu punya alasan!"Lauren menatap wajah Evan yang sinting, lalu tubuhnya gemetar. "Walaupun begitu, kamu nggak seharusnya memukul orang sampai seperti itu ....""Nggak seharusnya? Berani-beraninya dia menginginkanmu ketika aku nggak ada. Dia juga sudah menyebabkanmu keguguran. Orang sepertinya pantas mati seribu kali!"Lauren merasa sangat k
Lauren mengalihkan pandangannya.Dia tidak lupa dia lolos ujian masuk perguruan tinggi dan diterima di universitas bergengsi.Alhasil, orang tua angkatnya tidak memberinya uang untuk kuliah. Mereka berkata apa gunanya wanita berpendidikan tinggi. Cepat atau lambat dia akan menikah dan mempunyai anak.Dulu Lauren tahu jalan pintas paling efektif untuk keluar dari daerah kumuh adalah dengan berpendidikan tinggi.Maka itu, dia memulai mengutip sampah.Klub mahyong memiliki paling banyak sampah, kemudian dia bertemu dengan Gilbert yang bermain mahyong di sana."Apa yang sedang kamu pikirkan?" Evan menggigit bibir Lauren.Lauren kesakitan dan kembali sadar. Dia melihat Evan dengan kesal."Dilarang melamun ketika bersamaku," ancam Evan."Aku hanya sedang ... memikirkan masa di daerah kumuh dulu. Aku pergi ke klub mahyong untuk mengutip sampah, kemudian aku melihatmu sedang bermain. Tanpa mengatakan apa-apa, kamu memberiku uang yang kamu menangkan .... Itu pertama kalinya aku melihat begitu b
Evan mengangkat dagu Lauren. "Kalau itu wanita lain, mereka akan sangat senang. Hanya kamu yang seperti itu padaku. Tapi ... aku suka."Dia langsung memeluk kaki Lauren.Lauren menarik kembali kakinya. Dia menutupi kakinya dengan selimut, lalu berbaring. "Aku nggak mau pergi hari ini. Aku lelah dan ingin beristirahat."Lauren beristirahat sepanjang hari. Besoknya, dia pergi ke perusahaan untuk wawancara. Dia lulus dengan kemampuannya sendiri.Dia pergi ke departemen HRD dulu, kemudian dia pergi ke departemen sekretaris.Orang yang mewawancarainya adalah atasan langsungnya, Ricky Gozali, sekretarisnya Evan.Ricky melihat resume di tangannya sambil berkata, "Setelah membaca tiga resume yang dikirim oleh departemen HRD, aku memilihmu. Dulu kamu pernah menjadi asisten dan bahkan di Kota Imperial. Aku berharap kamu nggak mengecewakanku."Lauren yang sedang berdiri di sebelah berkata, "Aku pasti akan bekerja dengan baik."Ricky meletakkan resumenya, lalu dia memperhatikan Lauren dengan saksa
"Tuan Evan, saya akan kembali bekerja sekarang." Lauren berbalik pergi.Evan merasa sikap Lauren yang sopan menggemaskan.Keputusannya menyuruhnya pergi kerja di perusahaan memang benar.Evan tidak pernah takut identitasnya terungkap karena dia tidak merasa dirinya adalah Gilbert.Ponselnya di atas meja berdering. Evan meliriknya sekilas, lalu mengangkat telepon. Dia mendengar Tuan Besar Samson berkata, "Nanti malam makan di rumahku.""Aku tahu."Saat pulang kerja, Lauren melihat Evan sudah tidak berada di kantornya.Dia tidak menyangka Evan akan pulang terlebih dahulu.Karena CEO tidak ada dan sudah saatnya pulang kerja, Lauren tidak punya alasan untuk menetap di sini lagi.Lauren keluar dari gedung perusahaan, lalu berjalan menuju stasiun kereta api bawah tanah.Dia datang diantar sopir, tapi dia tidak berani turun di depan pintu gedung perusahaan. Dia takut orang-orang mengira dia adalah orang kaya ketika melihat mobilnya.Setelah dia berjalan jauh dari pintu masuk, dia tidak meliha
"Aku makan malam bersama orang tua itu di rumahnya. Aku akan pulang selesai makan."Lauren menganggukkan kepalanya.Evan baru saja turun dari mobil, kemudian dia langsung merasakan keberadaan mobil tak jauh darinya.Dia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia menggantungkan jasnya di lengan, kemudian masuk ke dalam rumah.Begitu dia masuk, dia mendengar suara tawa yang ceria.Di dalam, Sofia sedang duduk bersama Juan sambil mengobrol dan meminum teh.Saat Sofia melihat Evan, matanya berkilau sesaat.Namun, sebagai sosialita, dia mempunyai harga dirinya sendiri. Dia belum melupakan bagaimana Evan mempermalukannya beberapa hari yang lalu.Evan sangat tidak memberinya muka."Kamu telat." Juan berkata dengan tegas, "Untung ada Sofia menemaniku. Menyuruhmu menemaniku lebih sulit daripada menunggu hujan."Evan melemparkan jasnya ke sofa. Dia duduk, lalu menarik dasinya sambil berkata, "Kamu tahu aku sibuk.""Meskipun kamu sibuk, kamu nggak boleh mengabaikan orang-orang penting di sisimu," ka
"Menurutmu?"Lauren pun memanggil pembantu untuk mengganti seprei. Setelah itu, ketika dia hendak naik ke tempat tidur, Evan memeluknya."Kalau anjingmu ketahuan olehku dia naik ke tempat tidur lagi, aku akan memasaknya!""Jangan menindas yang lemah," kata Lauren."Apa kamu lemah?" Evan menekan tubuh Lauren sehingga dia tidak bisa bangkit."Kalau aku nggak lemah, kamu sudah mati sekarang," kata Lauren dengan penuh kebencian.Namun, kata-kata ini sangat berbobot. Itu mengingatkan Evan bagaimana Gilbert berakhir di penjara.Itu karena pengkhianatan dari istrinya.Setelah Lauren mengatakan itu, dia merasa masalah ini akan menjadi besar. Jadi, dia mengalihkan topik pembicaraan. "Aku mau tidur ....""Apa kamu masih akan mengkhianatiku?" tanya Evan.Begitu Lauren memiliki kesempatan, dia pasti akan mengumumkan kebenarannya kepada publik."Lauren, kalau kamu melakukannya lagi, jangan bilang suamimu sangat kejam." Lalu, Evan mencium pipi Lauren.Lauren ketakutan dan jantungnya berdebar.Dia pe
"Apa kamu percaya aku akan menelanjangimu di sini?"Lauren tercengang. Kalau itu Gilbert, dia pasti akan melakukannya. "Jangan membuatku membencimu.""Tenang saja. Tak peduli berapa banyak wanita yang kumiliki di luar, posisi Nyonya Samson hanya milikmu. Siapa pun nggak bisa merebutnya." Senyuman Evan terlihat jahat."Terserahmu." Lauren mendorong tangan Evan, lalu berkata, "Aku masih punya pekerjaan. Lepaskan aku.""Tugasmu adalah melayaniku." Evan tidak mau melepaskannya. Dia juga tidak ingin bekerja.Hanya saja, ponsel di atas meja berdering.Setelah Lauren melihat siapa yang menelepon Evan, dia berkata, "Aku nggak mau mengganggumu lagi. Aku keluar dulu."Dia berdiri, lalu keluar dari kantor.Evan melihat pintu ditutup, kemudian dia bersandar ke kursi dan langsung mengangkat kedua kakinya ke tepi meja.Tatapan matanya sinis ketika dia mengangkat telepon. "Aku sedang sibuk.""Apa kamu sudah melihat foto yang beredar di internet? Aku kesal sekali. Entah siapa yang memfoto kita. Mereka
Setelah Yasmin tiba di rumah sakit, dia turun dari taksi, lalu berlari ke pintu masuk rumah sakit."Eh, kamu belum bayar!" Sopir taksi segera mengejar Yasmin. Dia menarik Yasmin, lalu berkata, "Nona, apa kamu lupa untuk membayar?"Yasmin baru tersadar. Tadi dia keluar dengan terburu-buru, jadi dia tidak membawa ponsel dan tas, apalagi uang."Apa kamu kira kamu dapat naik taksi dengan gratis?" Sopir taksi memiliki firasat buruk saat melihat ekspresi linglung Yasmin."Maaf, aku lupa membawa uang ....""Apa? Kamu benar-benar mengira taksiku gratis? Nggak boleh, nggak boleh. Aku nggak peduli. Kalau kamu nggak punya uang, telepon keluargamu untuk membayarku. Aku nggak bisa mengantarmu dengan percuma!" Karena Yasmin belum membayarnya, sopir taksi tidak mengizinkannya pergi."A ... aku nggak punya keluarga. Orang tuaku sudah mati ...." Mata Yasmin memerah. "Pak, beri aku alamatmu. Nanti aku baru membayarmu, ya?""Anggap saja aku sila!" Sopir taksi masuk ke dalam mobilnya dengan kesal.Yasmin
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati
Sayangnya, Lauren mengkhianati Gilbert.Sekarang Evan bisa mengabaikan semuanya karena anaknya.Layar ponselnya yang diletakkan di meja samping tempat tidur menyala. Ia bahkan tidak bergetar sedikit pun.Evan mengambil ponselnya. Ketika dia melihat siapa yang meneleponnya, dia keluar dari kamar."Datang ke sini untuk makan malam," kata Juan dari ujung telepon.Evan mematikan telepon. Dia tahu kalau ini bukan "makan malam" yang sederhana.Sebelum dia keluar, dia memesankan pembantu untuk mengawasi Lauren dengan baik. Kalau terjadi apa-apa pada Lauren, mereka akan mati.Para pembantu tentu harus bekerja keras.Mobil Bentley hitam berhenti di depan pintu rumah utama. Pengurus rumah melangkah maju untuk membukakan pintu.Dia berkata dengan hormat, "Tuan Muda sudah kembali. Tuan Besar sedang di ruang kerja.Setelah Evan masuk ke ruang kerja, dia melemparkan jasnya di atas sofa sebelum duduk. "Ada apa kamu mencariku?""Apa aku nggak boleh mencarimu kalau nggak ada apa-apa?" Juan mengambil te
Selama Evan memikirkannya, dia akan membawanya ke rumah. Dia seperti sedang memenuhi tanggung jawabnya sebagai "ayah" dengan serius.Evan mempunyai rapat sore ini, jadi dia pergi ke Grup Samson.Kebetulan James mencari Evan karena ada urusan pekerjaan. Dia menjepit dokumen di bawah ketiaknya sambil berjalan dengan santai.Dia baru ingin mengetuk pintu ketika Ricky datang. "Tuan James, Tuan Evan sudah keluar.""Kemarin aku datang, kamu juga bilang dia sudah keluar. Sepertinya Tuan Evan sangat sibuk akhir-akhir ini?" James mengerutkan alisnya.Ricky hanya menjawab, "Iya, dia agak sibuk."James mengangkat alisnya, lalu pergi.Dia baru saja memasuki kantornya, lalu dia melihat ada seorang wanita sedang duduk di sofanya. "Ada angin apa tiba-tiba Nona Sofia datang ke sini?""Aku ini kakakmu. Kurang ajar sekali," tegur Sofia."Aku sangat sibuk. Aku nggak punya waktu menemanimu minum teh." James duduk di sofa, kemudian kedua kakinya yang panjang mengenai meja kopi.Sofia merasa jijik dengan si
"Jangan terlalu banyak berpikir. Serahkan semuanya kepadaku. Aku akan mengaturnya." Evan mendekat untuk menggendong Lauren."Aku bisa jalan sendiri," tolak Lauren.Setelah mereka turun, mobil di luar sudah menunggu.Lauren menggendong Miumiu dan ingin pergi mengambil makanannya, tapi Evan menyuruh pembantu yang melakukannya.Setelah mengambil makanan anjing, mereka naik mobil.Rumahnya berbentuk vila dan tidak jauh dari pusat kota. Ia mempunyai pemandangan yang indah serta halaman yang asri. Tempat ini cocok menjadi tempat istirahat orang.Lauren keluar dari mobil, kemudian melihat sekeliling rumah tersebut.Evan berkata, "Rumah ini penuh dengan orangku. Tempat ini termasuk kawasan perkotaan, tapi lingkungannya tenang dan suhunya normal sepanjang tahun. Aku cuman mengatur dua pembantu dan mereka bukan orang sembarangan."Dua pembantu berdiri di depan pintu dan menunggu dengan sopan.Lauren bertanya, "Kamu ingin mengurungku di sini?""Apa kamu nggak suka tinggal di sini? Kamu ingin ting
Ketika saatnya makan siang, Evan secara pribadi mengantar makanan.Lauren masih memeluk Miumiu dan bersandar di papan tempat tidur dengan pasrah."Makanlah." Evan duduk di tepi tempat tidur.Lauren tidak menjawab, seolah-olah dia tidak mendengar Evan. Pupilnya bahkan tidak bergerak sedikit."Lauren, aku sudah bilang aku akan berubah setelah anak kita lahir. Apa begitu pun belum cukup?" tanya Evan.Lauren masih bergeming."Selesai makan, aku akan membawamu pergi dari sini. Aku akan membawamu ke rumahku yang lebih tersembunyi dan melindungimu sampai anak kita lahir," ujar Evan.Melihat Lauren tidak bereaksi, Evan langsung mencekik leher Miumiu, lalu mengangkatnya.Miumiu terkejut dan menggonggong."Ngapain kamu?" Akhirnya Lauren bereaksi dan ingin pergi merebut Miumiu. "Kembalikan Miumiu!"Evan menghalangi Lauren dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain mencekik Miumiu. Anjing ini sangat kecil dan lemah. Selama Evan mengepalkan tangannya, dia bisa mencekiknya sampai mati."Makan
Evan mendekat dan memegang bahu Lauren. Mereka saling bertatapan mata, lalu Evan berkata, "Lauren, ini anak kita. Aku harus mempunyai anak ini. Kalau kamu berani menggugurkannya, aku akan membunuh Yasmin!""A ... apa katamu?" Lauren menatap Evan dengan terkejut. "Yasmin itu ... keponakanmu. Bagaimana kamu bisa ....""Menurutmu, apa aku peduli?"Lauren menatap Evan yang sinting ini dan terdiam.Setelah itu, dia ditarik keluar dari toilet oleh Evan.Mereka pergi ke rumah sakit. Selama perjalanan, Lauren merasa kedua kakinya lemas.Dia masih berharap tes kehamilan itu salah dan sebenarnya dia tidak hamil.Namun, ketika dokter memegang hasil tes darah dan berkata, "Kamu sudah hamil selama 15 hari. Gejalanya cukup awal. Sulit untuk melakukan USG sekarang, jadi aku menyarankan menunggu satu bulan lagi agar nggak terjadi apa-apa pada kandungan."Lauren sangat terkejut sehingga dia langsung terjatuh dari kursi.Evan di sebelah segera memeluknya agar Lauren tidak terjatuh ke lantai."Eh, apa ka