"Menurutmu?"Lauren pun memanggil pembantu untuk mengganti seprei. Setelah itu, ketika dia hendak naik ke tempat tidur, Evan memeluknya."Kalau anjingmu ketahuan olehku dia naik ke tempat tidur lagi, aku akan memasaknya!""Jangan menindas yang lemah," kata Lauren."Apa kamu lemah?" Evan menekan tubuh Lauren sehingga dia tidak bisa bangkit."Kalau aku nggak lemah, kamu sudah mati sekarang," kata Lauren dengan penuh kebencian.Namun, kata-kata ini sangat berbobot. Itu mengingatkan Evan bagaimana Gilbert berakhir di penjara.Itu karena pengkhianatan dari istrinya.Setelah Lauren mengatakan itu, dia merasa masalah ini akan menjadi besar. Jadi, dia mengalihkan topik pembicaraan. "Aku mau tidur ....""Apa kamu masih akan mengkhianatiku?" tanya Evan.Begitu Lauren memiliki kesempatan, dia pasti akan mengumumkan kebenarannya kepada publik."Lauren, kalau kamu melakukannya lagi, jangan bilang suamimu sangat kejam." Lalu, Evan mencium pipi Lauren.Lauren ketakutan dan jantungnya berdebar.Dia pe
"Apa kamu percaya aku akan menelanjangimu di sini?"Lauren tercengang. Kalau itu Gilbert, dia pasti akan melakukannya. "Jangan membuatku membencimu.""Tenang saja. Tak peduli berapa banyak wanita yang kumiliki di luar, posisi Nyonya Samson hanya milikmu. Siapa pun nggak bisa merebutnya." Senyuman Evan terlihat jahat."Terserahmu." Lauren mendorong tangan Evan, lalu berkata, "Aku masih punya pekerjaan. Lepaskan aku.""Tugasmu adalah melayaniku." Evan tidak mau melepaskannya. Dia juga tidak ingin bekerja.Hanya saja, ponsel di atas meja berdering.Setelah Lauren melihat siapa yang menelepon Evan, dia berkata, "Aku nggak mau mengganggumu lagi. Aku keluar dulu."Dia berdiri, lalu keluar dari kantor.Evan melihat pintu ditutup, kemudian dia bersandar ke kursi dan langsung mengangkat kedua kakinya ke tepi meja.Tatapan matanya sinis ketika dia mengangkat telepon. "Aku sedang sibuk.""Apa kamu sudah melihat foto yang beredar di internet? Aku kesal sekali. Entah siapa yang memfoto kita. Mereka
Setelah Yasmin tiba di rumah sakit, dia turun dari taksi, lalu berlari ke pintu masuk rumah sakit."Eh, kamu belum bayar!" Sopir taksi segera mengejar Yasmin. Dia menarik Yasmin, lalu berkata, "Nona, apa kamu lupa untuk membayar?"Yasmin baru tersadar. Tadi dia keluar dengan terburu-buru, jadi dia tidak membawa ponsel dan tas, apalagi uang."Apa kamu kira kamu dapat naik taksi dengan gratis?" Sopir taksi memiliki firasat buruk saat melihat ekspresi linglung Yasmin."Maaf, aku lupa membawa uang ....""Apa? Kamu benar-benar mengira taksiku gratis? Nggak boleh, nggak boleh. Aku nggak peduli. Kalau kamu nggak punya uang, telepon keluargamu untuk membayarku. Aku nggak bisa mengantarmu dengan percuma!" Karena Yasmin belum membayarnya, sopir taksi tidak mengizinkannya pergi."A ... aku nggak punya keluarga. Orang tuaku sudah mati ...." Mata Yasmin memerah. "Pak, beri aku alamatmu. Nanti aku baru membayarmu, ya?""Anggap saja aku sila!" Sopir taksi masuk ke dalam mobilnya dengan kesal.Yasmin
"Saya sudah mengirimkan foto ke ponsel Anda, tapi Anda nggak membalas saya. Jadi, saya menelepon Anda."Daniel tidak mematikan telepon. Dia pergi ke beranda untuk membuka aplikasi pesan, kemudian dia melihat foto yang dikirimkan Rafael.Itu foto dari rekaman CCTV.Rachel memasuki RS Bedah Plastik Sempurna untuk melakukan operasi wajah dulu. Sebelum dia pergi, dia pergi ke kamar pasien Irene.Namun, mereka tidak memiliki bukti Rachel pergi mencari Irene. Meskipun mereka menangkapnya, Rachel bisa berkata dia pergi menyapa temannya."Awasi dia dan perhatikan setiap gerak-geriknya!""Baik!""Selain itu, wanita ini adalah seorang profesional. Jangan sampai ketahuan olehnya," peringati Daniel."Baik!"Setelah menutup telepon, sorot mata Daniel menjadi menyeramkan. Apa ini ada hubungannya dengan Martin?Daniel kembali ke kamar, lalu duduk di tepi tempat tidur. Dia menatap Yasmin yang sedang tidur. "Setelah aku mengetahui apa yang terjadi, kamu nggak akan sesengsara ini lagi."Semenjak pernika
Helen bergegas datang untuk memeriksa Yasmin. Yasmin sudah pingsan, tapi tubuhnya baik-baik saja.""Suasana hatinya nggak stabil karena dia sedang hamil. Tuan Daniel hanya perlu menurutinya," ujar Helen."Menurutinya? Dia mau menggugurkan anaknya! Dia mau pergi!" Ekspresi Daniel terlihat masam. Dia tidak bisa melakukan itu!Pengawal bahkan berkata dia melarikan diri ketika melihat anak-anak."Kecuali itu, ibu hamil perlu dilayani dengan baik."Wajah Daniel tampak tegang. Dia sudah sangat baik pada Yasmin. Dia bersabar dan tidak pernah naik darah.Apa itu masih belum cukup?Dia melambaikan tangannya dengan kesal.Helen pun keluar.Daniel menatap wajah Yasmin yang perlahan-lahan tambah kurus. Bagaimanapun juga, Yasmin tidak boleh meninggalkannya dan menggugurkan anaknya. Kalau yang lain, Daniel mengizinkannya.Besok harinya, Yasmin juga bangun pagi. Dia bangun di pelukan Daniel.Dia duduk, lalu hendak turun dari tempat tidur.Daniel memeluk pinggangnya. "Ngapain?""Aku mau pergi ke perus
Kalau Yasmin ingin pulih, dia hanya bisa meninggalkan Daniel.Dia tidak boleh berada di sisi Daniel dan melahirkan anaknya.Dia bukan orang yang mengalami keterbelakangan mental. Dia adalah manusia dan memiliki hak. Semua kesakitan yang disebabkan oleh Daniel padanya mulai membesar di dalam hatinya dan hampir menghancurkan tubuhnya ....Saat mereka keluar dari restoran, Yasmin bahkan merasa sinar matahari sangat menyilaukan dan tubuhnya terasa sangat tidak nyaman."Aku mau pulang ...." Yasmin masuk ke dalam mobil.Daniel khawatir suasana hatinya tidak stabil, jadi dia menuruti keinginan Yasmin dan membawanya pulang ke rumah.Begitu Yasmin memasuki rumah, dia langsung menuju ke atas.Kakinya baru menginjak anak tangga pertama ketika tubuhnya mendadak terasa ringan dan digendong.Dia tidak menunjukkan reaksi apa-apa.Daniel meletakkannya di atas tempat tidur, lalu berkata, "Tidurlah. Aku akan menemanimu di sini.""Keluar ...." ucap Yasmin dengan sangat lembut.Daniel tetap mendengarnya.
"Bukankah kamu ingin beristirahat? Perusahaan nggak akan pergi ke mana-mana," ucap Daniel. "Sekarang yang paling penting untukmu adalah istriahat yang cukup."Yasmin mencari alasan, "Aku harus mencari kesibukan atau otakku akan berpikir yang nggak-nggak."Daniel setuju. "Pergilah besok pagi, tapi sore kamu harus sudah pulang, ya.""Ya," sahut Yasmin.Selama dia bisa keluar dan memiliki kebebasan, dia bisa memikirkan cara untuk kabur.Tempat ini sudah tidak ada benda miliknya lagi.Mengenai anak-anak, mereka akan hidup lebih baik bersama Daniel.Setelah Yasmin kabur, dia akan menggugurkan anaknya. Dengan begitu, dia tidak perlu melahirkan untuk Daniel lagi.Karena Yasmin sudah mempunyai rencana, malam itu Yasmin tidur jauh lebih pulas.Sebelumnya, dia merasa sedang bermimpi buruk meskipun dia sedang tidur.Daniel menatap wajah tenang di pelukannya itu. Selama Yasmin menurutinya, dia mengizinkan Yasmin pergi ke perusahaan.Pagi hari, Yasmin pergi ke perusahaan naik mobil Rolls Royce.Saa
Yasmin baru melewati alun-alun kota. Ketika dia menoleh, dia melihat pengawal sedang berlari ke arahnya. Yasmin ketakutan dan langsung berlari.Padahal dia sedang memakai sepatu hak tinggi, tapi dia sudah tidak peduli. Hanya ada satu pikiran di dalam benaknya, yaitu lari! Cepat lari! Lebih baik lari makin jauh!Dia berlari sambil memikirkan taksi. Dia harus menghentikan taksi di jalan.Namun, tidak ada taksi yang kosong.Saat dia berlari ke jalan raya, dia bahkan hampir tertabrak.Setelah Daniel mendapatkan kabar, ekspresinya menjadi sangat menyeramkan. "Lebih cepat!"Pengemudi tidak bisa menginjak gas pedal sampai habis karena ada banyak mobil dan trotoar di jalan.Melihat itu, Daniel pun menelepon dan meminta semua lampu lalu lintas menyalakan lampu merah.Dengan begitu, mobil-mobil lainnya akan berhenti. Di jalan, hanya mobil Rolls Royce-nya yang tidak bisa dihentikan.Akhirnya Yasmin mendapatkan taksi. Dia masuk ke dalam, kemudian meminta sopir segera jalan.Pengawal naik mobil men
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump