"Bukankah kamu ingin beristirahat? Perusahaan nggak akan pergi ke mana-mana," ucap Daniel. "Sekarang yang paling penting untukmu adalah istriahat yang cukup."Yasmin mencari alasan, "Aku harus mencari kesibukan atau otakku akan berpikir yang nggak-nggak."Daniel setuju. "Pergilah besok pagi, tapi sore kamu harus sudah pulang, ya.""Ya," sahut Yasmin.Selama dia bisa keluar dan memiliki kebebasan, dia bisa memikirkan cara untuk kabur.Tempat ini sudah tidak ada benda miliknya lagi.Mengenai anak-anak, mereka akan hidup lebih baik bersama Daniel.Setelah Yasmin kabur, dia akan menggugurkan anaknya. Dengan begitu, dia tidak perlu melahirkan untuk Daniel lagi.Karena Yasmin sudah mempunyai rencana, malam itu Yasmin tidur jauh lebih pulas.Sebelumnya, dia merasa sedang bermimpi buruk meskipun dia sedang tidur.Daniel menatap wajah tenang di pelukannya itu. Selama Yasmin menurutinya, dia mengizinkan Yasmin pergi ke perusahaan.Pagi hari, Yasmin pergi ke perusahaan naik mobil Rolls Royce.Saa
Yasmin baru melewati alun-alun kota. Ketika dia menoleh, dia melihat pengawal sedang berlari ke arahnya. Yasmin ketakutan dan langsung berlari.Padahal dia sedang memakai sepatu hak tinggi, tapi dia sudah tidak peduli. Hanya ada satu pikiran di dalam benaknya, yaitu lari! Cepat lari! Lebih baik lari makin jauh!Dia berlari sambil memikirkan taksi. Dia harus menghentikan taksi di jalan.Namun, tidak ada taksi yang kosong.Saat dia berlari ke jalan raya, dia bahkan hampir tertabrak.Setelah Daniel mendapatkan kabar, ekspresinya menjadi sangat menyeramkan. "Lebih cepat!"Pengemudi tidak bisa menginjak gas pedal sampai habis karena ada banyak mobil dan trotoar di jalan.Melihat itu, Daniel pun menelepon dan meminta semua lampu lalu lintas menyalakan lampu merah.Dengan begitu, mobil-mobil lainnya akan berhenti. Di jalan, hanya mobil Rolls Royce-nya yang tidak bisa dihentikan.Akhirnya Yasmin mendapatkan taksi. Dia masuk ke dalam, kemudian meminta sopir segera jalan.Pengawal naik mobil men
Gedung-gedung tinggi memenuhi dua sisi sehingga sinar matahari terhalang. Jalan itu sangat gelap.Di depan ada cahaya yang seakan-akan menuntun Yasmin. Selama dia berlari ke cahaya itu, dia akan terselamat.Wajah Yasmin bahkan tampak gembira.Keluar dari jalan kecil adalah jalan raya. Yasmin sama sekali tidak berhenti dan bergegas ke jalan raya yang ramai.Yasmin berhenti, lalu menoleh. Dia melihat sebuah mobil melaju ke arahnya dengan cepat.Dia menatap itu dengan ekspresi kosong atau mungkin dia sudah tidak sempat menunjukkan ekspresi apa pun.Semuanya terjadi dengan lambat."Yasmin!" Daniel sudah berlari dengan secepatnya. Tanpa memedulikan bahaya, dia bergegas ke jalan raya untuk mendekati Yasmin.Namun, tangan Daniel masih tidak cukup panjang untuk meraih Yasmin. Tepat di depan matanya, dia melihat Yasmin ditabrak ...."Bam!"Yasmin terhempas beberapa meter, lalu dia menghantam tanah dengan keras dan berguling beberapa kali."Ugh ...." Darah keluar dari mulutnya.Namun, dia masih
Rafael menarik perawat itu, lalu menyuruhnya pergi.Apa mereka tidak bisa melihat darah di tubuh Daniel?Tidak ada yang berani berbicara dengan Daniel.Selama Yasmin sedang diperasi, Daniel menunggunya di luar. Satu jam demi satu jam berlalu, tapi dia tidak pernah bergerak, apalagi duduk.Lalu, pintu ruang operasi terbuka.Daniel tersentak, lalu dia bertanya dengan suara serak, "Bagaimana kondisinya?"Perawat itu menjadi gugup. Dia keluar hanya untuk mengambil barang. "Dok ... Dokter Helen dan dokter lainnya masih sedang menyelamatkan pasien.""Aku bertanya bagaimana kondisinya?!" Daniel mengepalkan tangannya, lalu berjalan mendekat.Rafael bergegas menasihati, "Tuan Daniel, Nona Yasmin masih dioperas ...." Lalu, dia menyuruh perawat itu pergi.Perawat itu pun segera melarikan diri.Daniel menahan emoisnya. Dia berjalan ke dinding, lalu menopang tangannya di dinding. Darah di tangannya menodai dinding yang putih. Pemandangan itu tampak sangat menakutkan.Pembuluh darah di keningnya men
Daniel baru turun dari mobil dan anak-anak sudah mengelilinginya dengan tidak sabar. Mereka berdiri di depan kakinya."Kenapa Papa baru pulang sekarang?""Apa semalam Papa dan Mama pergi berkencan?""Di mana Mama? Kami sudah lama nggak melihat Mama!"Sebelum Daniel bisa menjawab mereka, mata tajam Julius melihat darah di tangannya. "Apa itu darah di tangan Papa?"Daniel mengepalkan tangannya, kemudian berkata, "Bukan, itu cat. Nanti kita baru berbicara, ya. Papa kembali ke kamar dulu."Kemudian, dia meninggalkan anak-anak.Ketiga anak kecil itu melihat punggung papa mereka dengan bingung. Bagaimana tangan Daniel bisa terkena cat?Apa Daniel mewarnai seperti mereka?Shower dinyalakan, lalu air membasahi tubuh Daniel. Pakaian yang dia lepaskan dibuang ke lantai sebelah shower.Air di bawah kakinya langsung menjadi air darah.Daniel tercengang. Dia menatap itu dan mematung.Itu semua adalah darah Yasmin.Daniel merasa tubuhnya mematung, gemetaran dan dingin. Air panas tidak bisa menghanga
"Apa kalian bisu?" Aura Daniel terasa sangat menakutkan.Helen berkata, "Tuan Daniel, Nona Yasmin belum bangun pasti karena ada kaitannya dengan otaknya. Masa pemulihannya pun lebih lambat dan waktu bangunnya akan tertunda. Tapi, saya jamin dia pasti akan bangun.""Satu minggu, satu bulan atau satu tahun? Aku nggak bisa menunggu begitu lama," kata Daniel."Seharusnya nggak sampai satu bulan," kata direktur rumah sakit."Seharusnya?" Daniel meliriknya dengan sinis.Direktur rumah sakit segera menundukkan kepalanya. "Cedera Nona Yasmin nggak termasuk serius atau ... atau kondisinya nggak akan seoptimis itu. Tuan Daniel perlu bersabar menunggu ....""Kalau aku nggak sabar, kamu sudah nggak ada di sini sekarang," kata Daniel dengan sinis.Kening direktur rumah sakit langsung berkeringat dingin."Apa mungkin dia nggak bersedia bangun? Beberapa orang lebih lambat bangun kalau keinginan mereka untuk bertahan hidup nggak kuat ...." Kata-kata dewan rumah sakit membuat Daniel menoleh ke arahnya,
"Aku nggak tahu apa dia sudah mati atau belum, tapi sesuatu pasti sudah terjadi padanya. Susan bilang Yasmin nggak pulang ke rumah ataupun Taman Royal. Dia juga bilang tiga hari yang lalu ketika Daniel pulang, ada darah di tangannya.""Tiga hari yang lalu? Sebelumnya ngapain dia?""Dia pasti sedang mengumpulkan informasi. Hanya saja, Daniel menutupi informasi ini sangat ketat. Tidak ada yang keluar sedikit pun. Bahkan Emma saja nggak tahu apa-apa," kata Dahlia."Kenapa ada darah di tangannya? Apa itu darah Yasmin?" tebak Irene. "Dia pasti sudah meninggal!""Aku juga merasa seperti itu." Dahlia berkata, "Makanya, aku meneleponmu untuk memberitahumu kabar baik ini. Mungkin beberapa hari lagi kita akan menerima kabar tentang kematian Yasmin. Kamu bisa lebih lega sekarang dan jangan merasa tertekan. Sekarang pikirkan bagaimana mendapat kembali Daniel.""Tentu saja aku tahu itu."Setelah Irene menutup telepon Dahlia, dia tenggelam dalam pikirannya.Darah .... Darahnya Yasmin .... Jangan-jan
Hanya saja, Irene tidak bisa berkata kalau dia mendapat informasi itu dari Rachel.Dia bersembunyi di pojok dan melihat Eric memasuki kamar pasien dari kejauhan. Sepuluh menit kemudian, dia keluar dan pergi.Pengawal berjaga di depan pintu dengan ketat. Irene pasti tidak bisa menyelinap masuk.Namun, dia merasa Daniel tidak akan menghalanginya.Bukankah lebih baik Daniel menemani Yasmin yang sedang menginap di rumah sakit sekarang?Irene berjalan ke pintu. Ketika dia ingin melewati garis kuning itu, dia dihalangi oleh para pengawal. "Kamu nggak boleh masuk.""Apa kalian nggak mengenaliku? Aku Irene. Aku datang untuk melihat Yasmin. Daniel juga ada di dalam, 'kan?""Maaf, siapa pun nggak boleh masuk," ucap pengawal."Kenapa? Ini aku, Irene. Apa kalian nggak mengenaliku? Kalau kalian nggak membiarkanku masuk dan Daniel mengetahui kalian menghalangiku, dia pasti nggak akan senang," kata Irene seperti itu untuk menakuti mereka.Akan tetapi, pengawal tidak takut dan diam saja. Mereka juga t