Mata anak-anak berkaca-kaca, lalu mereka berlutut dengan patut untuk bersujud kepada kakek mereka.Daniel yang berpakaian semua hitam membungkukkan badannya, setelah itu dia menyalakan dupa untuk Andy.Yasmin melihat anak-anak bersujud, kemudian air matanya mengalir lebih deras."Mama, jangan menangis lagi." Julia menyeka air mata Yasmin."Kakek akan sedih melihat Mama seperti ini," kata Julian."Mama, kami akan menemani Mama," ucap Julius.Yasmin melihat anak-anak berusaha menahan air mata, kemudian dia mengusap kepala mereka dengan lembut. "Jangan khawatir. Mama kuat."Dahlia dan Irene yang sedang berlutut di sebelah merasa kesal melihat gambar keluarga bahagia itu.Yasmin mengira siapa dia kalau bukan karena dia memiliki tiga anak itu?Daniel bahkan tidak akan meliriknya sekali!Namun sekarang, semenjak Daniel melangkah masuk, dia tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Yasmin. Orang lain hanyalah latar belakang bagi Daniel.Saat ini muncul suara lagi di luar. Sepertinya ada yang
"Mama, apa kami memanggilnya Kakek Buyut?" tanya Julia.Yasmin menjawab, "Benar."Anak-anak melihat Yasmin tidak meminta mereka menyapa Juan, jadi mereka tidak banyak bertanya."Bawa anak-anak. Aku mau pulang untuk melihat ibuku," kata Yasmin kepada Daniel. Lalu, dia berkata kepada anak-anak untuk mengikuti papa mereka.Anak-anak sangat baik dan tidak membuat keributan.Yasmin keluar dari aula berkabung. Matahari di luar tidak terik, tapi dia merasa pusing.Dia tahu ini karena dia terlalu sedih atas kematian ayahnya. Dia sudah menangis seharian, jadi kesehatannya kurang baik.Dia pulang untuk melihat ibunya, tapi dia bertanya-tanya apa itu hanya akan membuat mereka berdua makin sedih.Sebelum Yasmin mencapai mobil, dia merasa tubuhnya menjadi ringan dan digendong.Dia tidak melawan sedikit pun, kemudian dia digendong masuk ke dalam mobil.Irene yang sedang di ruang makan melihat itu, lalu dia buru-buru ingin berdiri.Namun, dia mengingat Juan dan Evan berada di depannya. Jadi, dia mena
"Ada Irene dan Dahlia di sana. Kakek dan Paman juga sudah datang. Nggak apa-apa kalaupun aku nggak ada," jawab Yasmin."Mereka juga sudah datang? Ngapain mereka datang? Ketika orang masih hidup, mereka nggak mau datang. Setelah orang sudah meninggal, mereka baru sibuk ...." Suara Klara tercekat."Bu, jaga kesehatanmu. Aku sudah kehilangan Ayah, jadi kamu harus baik-baik saja." Yasmin sangat mengkhawatirkan Klara.Klara juga paham, tapi sekarang dia tidak bisa peduli pada dirinya sendiri. Dia sangat sakit hati."Menurutmu, apa semua ini nggak nyata? Sebenarnya ayahmu hanya sedang bersembunyi dan masih hidup?" Klara ingin berpikiran optimis."Aku juga berharap seperti itu, tapi ayah sudah dibunuh. Ibu, kamu tenang saja. Aku pasti akan menemukan pembunuhnya."Klara mengangguk kepalanya dengan lelah."Apa kamu ingin pergi melihat Ayah?" tanya Yasmin.Klara menggelengkan kepalanya. "Lupakan saja. Biarkan dia pergi dengan damai. Aku juga nggak bisa melakukan apa-apa untuknya."Yasmin pun tid
"Bagaimana kamu bisa yakin ponselnya nggak dipasang alat pendengar?"Yasmin tercengang.Benar. Evan adalah Gilbert dan dia sudah berusaha keras untuk menemukan Lauren serta membawanya pulang. Bagaimana mungkin dia tidak mengawasi Lauren?Sama seperti ponsel Yasmin yang pernah dilakukan seperti itu sebelumnya. Itu tidak asing ....Daniel meraih pergelangan tangan Yasmin, kemudian membawanya ke ruang tunggu di sebelah aula berkabung.Anak-anak ada di dalam ruangan.Yasmin menoleh. Dia melihat Daniel mengeluarkan ponselnya, kemudian bertelepon sambil berjalan keluar.Apa dia pergi untuk menyelidiki Evan?“Pasang alat pemantau pada pengawal terdekat Evan. Jangan tinggalkan jejak.""Baik."Menurut logika, memasang alat pemantau di tubuh lebih mudah ketahuan daripada memasangkannya di mobil.Namun, Keluarga Samson mempunyai sejarah yang kotor. Orang-orang seperti mereka pun lebih berhati-hati.Daniel khawatir alat pemantaunya akan dibuang.Kalau dia memasangkannya di tubuh anak buah Evan, di
Andy sudah meninggal, tapi Dahlia tidak merasa lebih tenang.Andy sudah mati, tapi perusahaannya masih milik Yasmin. Bagaimana Dahlia bisa melampiaskan amarah ini?Dia pun menarik Irene untuk membahas strategi. "Cepat atau lambat, perusahaan akan jatuh ke tangan kita. Raffie bertanggung jawab atas perluasan pabrik sekarang. Suruh dia kacaukan proyeknya sedikit. Setelah ada yang meninggal, meskipun Yasmin memiliki Daniel untuk membantunya menekan opini publik, eksekutif perusahaan juga nggak akan memaafkannya. Kalau kita ikut campur, Yasmin pasti akan menjadi kacau dan nggak mampu menangani perusahaan. Setelah itu, kita muncul. Bagaimanapun juga, kamu adalah putrinya Andy. Selama para eksekutif perusahaan mendukungmu, semuanya akan baik-baik saja."Ekspresi Irene menjadi masam. Apa dia putrinya Andy?Selama tidak ada yang tahu, maka Irene adalah putrinya Andy.Tidak ada yang akan berubah."Selama Ayah meninggal, Yasmin akan kesakitan dan sedih.""Klara juga harus kesakitan." Setelah Dah
Lauren bertanya dengan heran, "Siapa yang tega melakukan itu kepada orang koma? Apa itu perlu? Bagaimanapun juga, peluang ayah Anda siuman sangat kecil, 'kan?"Yasmin seolah-olah baru diingatkan. Ya, ini tidak masuk akal ....Dia ingin membahas Evan dengan Lauren, tapi dia takut mereka sedang diawasi. Jadi, Yasmin sengaja berkata, "Sebentar, aku mau mengecek apa ada yang mengupingku di luar. Dulu Daniel pernah memasang alat di ponselku dan mengetahui segalanya. Itu sangat menakutkan ...."Yasmin sengaja membuat suara, lalu dia membuka dan menutup pintu.Otak Lauren juga seolah-olah sudah dinyalakan.Ponselnya dipantau .... Apa Yasmin sedang memberinya kode?Kemudian, Yasmin berkata, "Ada orang di sini. Mari kita bicara malam ini.""Baik." Telepon dimatikan.Lauren menatap ponselnya. Apa ponselnya diawasi Evan?Untuk berjaga-jaga, dia tidak lanjut menggunakan ponselnya.Malam hari, Lauren ditekan Evan di tempat tidur. "Apa kamu kesepian tidur sendirian?"Lauren melawan dengan lemah. "Ja
Gilbert adalah monster dan bajingan dengan energi yang tak ada habisnya.Bagaimana dia bisa mempunyai penyakit jantung?Yasmin berkata dengan heran, "Kalau dia bukan Evan dan Gilbert juga tidak memiliki penyakit jantung, maka kemungkinannya hanya satu. Atau ... kamu bisa mencari tahu apakah Evan yang dulu mempunyai penyakit.""Baik. Saya akan memikirkan cara untuk memberi tahu Anda kalau saya menemukan apa-apa," kata Lauren."Kamu hati-hati."Setelah menutup telepon, Lauren berterima kasih pada staf toko, lalu dia keluar dari toko hewan peliharaan.Dia berjalan dengan tenang, tapi sebenarnya dia sedang mencari toko obat.Dia mendongak, kemudian menemukan sebuah toko obat tak jauh darinya.Lauren menenangkan hatinya, lalu dia berjalan ke sana.Setelah dia memasuki toko obat, dia berjalan mengelilingi rak produk kesehatan. Staf toko bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?""Aku mau ini." Lauren memilih sebotol vitamin C. Kemudian, dia bertanya dengan ragu, "Apa ada pil KB?""Ada." Staf toko
Lauren langsung menjawab, "Nggak."Di kegelapan, Evan meraih tangannya. "Dulu kita juga pernah menonton film bersama. Apa kamu mengingat film apa itu?"Melihat Evan mengalihkan topik pembicaraan, Lauren pun menghela napas lega. Setelah itu, dia menjawab, "Aku sudah lupa.""Itu film romantis."Setelah itu, Lauren terpaksa memikirkan film romantis itu.Selesai menonton film itu dan pulang ke rumah, dia menemukan orang tuanya sudah tewas dalam kebakaran. Rumah mereka habis terbakar.Dia hanya mengingat Evan yang berdarah dingin dan melupakan yang lainnya.Tidak ada cinta sama sekali di antara mereka berdua. Kehidupan mereka hanya saling terkait, kemudian pada akhirnya berubah menjadi lelucon."Dalam film kriminal, penjahat nggak pernah bisa menjadi protagonis. Itu nggak diperbolehkan oleh dunia." Lauren melihat layar besar. Penjahat itu sudah menipu wanita ke rumahnya, lalu dia membunuh mereka dan menguburkan mayat mereka di halaman belakang rumahnya.Evan berkata, "Benar. Peraturan dunia