Para perawat lainnya mulai bergosip."Ada apa itu?""Nggak tahu."Stella datang, lalu berkata, "Apa lagi? Dia pasti mau dipecat! Lihat penampilannya yang sial itu!"Yasmin dituntun sampai depan pintu kantor. Tanpa perlu bertanya, dia tahu siapa yang ada di dalam.Yasmin mengetuk pintu. Setelah mendapat jawaban dari dalam, Yasmin baru masuk.Seorang pria berpakaian serba hitam sedang duduk di kursi kantor. Tatapan matanya yang sulit dibaca itu seolah-olah sedang menatap mangsanya."Ada apa kamu mencariku?" Yasmin merinding saat dia menatap balik mata gelap itu."Tubuhmu pulih dengan baik."Yasmin menundukkan kepalanya sedikit. Kalimat itu memicu sebuah ingatan buruk sehingga tubuhnya pun meringkuk.Daniel sengaja datang kemari bukan hanya untuk menanyakan itu, 'kan?"Kemari," ucap Daniel dengan tenang, tapi nadanya mengandung perintah yang tak boleh dibantah.Jantung Yasmin berdebar. Dia tidak berani lama-lama. Sambil menekan rasa takutnya, dia melangkah maju ke arah iblis itu.Begitu Y
"Tuan Daniel, saya datang untuk mengantarkan kopi."Yasmin tertegun ketika mendengar suara yang tidak asing itu. Stella? Kenapa Stella mengantarkan kopi?Yasmin melirik wajah Daniel yang tampak sinis.Stella sedang berdiri di luar pintu dan dia benar-benar sedang memegang secangkir kopi. Hanya saja, dilihat dari ekspresi genitnya, dapat diketahui kalau dia mempunyai tujuan lain.Dia meminta izin dari eksekutif senior itu.Kalau Daniel menyukai Stella, eksekutif senior tersebut juga akan terbantu.Eksekutif senior itu percaya karena rumor tentang "Tuan Daniel melihat Stella ketika dia masuk" terdengar nyata.Mata Daniel mendarat di wajah tertegun Yasmin."Masuk."Yasmin terkejut dan menatap Daniel.Kalau Stella masuk, bagaimana dengannya?Kalau seorang rekan kerja melihat situasi Yasmin saat ini, akan terjadi banyak masalah yang tidak diperlukan!Stella membuka pintu dan melihat pria berkarisma yang sedang duduk di kursi itu. Dalam sekejap, dia merasa gelisah.Dia menutup pintu, lalu me
Hanya Daniel yang dari tadi memasang ekspresi datar, seakan-akan semua ini tidak ada kaitannya dengannya.Daniel memeluk pinggang Yasmin, kemudian menariknya."Em!" Yasmin pun terjatuh ke atas tubuh Daniel. Dia tidak bisa berdiri dan lengan yang melingkari pinggangnya seerat rantai besi."Sudah selesai menonton?" Daniel pelan-pelan menggigit kuping Yasmin.Sekujur tubuh Yasmin gemetar. Dia memejamkan matanya dan tidak berani memberontak.Tentu saja Stella sudah mengerti setelah melihat adegan itu.Ada orang yang naik ke tempat tidur Daniel lebih cepat darinya!Kebetulan itu adalah orang yang paling dibencinya, Yasmin!"Ambil kopimu dan pergi!" kata Daniel dengan tajam.Wajah Stella pun memucat. Dia menggunakan pakaian untuk menutup tubuhnya dengan satu tangan, sedangkan satu tangan lagi untuk mengangkat kopi. Dengan penampilan yang menyedihkan, dia membuka pintu, lalu keluar.Dia juga tidak peduli apa penampilannya akan dilihat oleh orang atau tidak di luar."Kamu ... membuatku punya m
"Ibu masak apa?" Yasmin mendekat dan melihat ibunya sedang menggoreng telur menjadi bentuk kepala hewan kecil. Sangat menggemaskan. Yasmin pun tersenyum, "Nggak usah begini repot. Mereka sangat rakus dan nggak pilih-pilih makanan.""Aku nggak peduli, tapi aku ingat melihat wajah gembira mereka."Hati Yasmin terasa hangat. Dia senang dia telah memaafkan ibunya.Tidak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya. Pasti ada alasan yang tidak bisa dihindari.Terlebih lagi, Yasmin bukannya tidak tahu bagaimana kehidupan orang tuanya ketika mereka masih bersama. Ayahnya adalah seorang tiran yang tidak memedulikan kesulitan istrinya dalam menjaga anak dan keluarga. Ayahnya adalah seorang penjudi. Dia akan minum sampai mabuk ketika dia kalah. Ketika dia mabuk, dia akan memukul orang. Ayahnya bahkan menggunakan uang membeli beras untuk pergi berjudi.Ibunya pernah menghentikan ayahnya beberapa kali, tapi sang ayah akan memukuli ibunya sampai kepala berdarah dan tubuh penuh dengan memar.Yasmin yang sa
"Kalau nggak ada apa-apa, aku tutup ...."Klara segera bertanya, "Apa kamu masih ingat bagaimana William meninggal?"Sofia melirik ke arah anak-anak dengan panik. Tangannya menggenggam tepi meja dan dia mencoba menenangkan dirinya. "Dia ... sudah mati? Aku nggak tahu.""Malam itu gelap dan berangin. Di puncak Gunung Utomo. Apa kamu benar-benar nggak ingat?"Wajah Sofia langsung memucat. "Kamu ....""Sayangnya, aku melihatnya hari itu.""Apa ... apa maumu?""Bukankah sudah jelas sekali? Menjauhlah dari Yasmin, lebih jauh lebih baik. Jangan pernah kembali lagi untuk selamanya! Sofia, aku beri kamu tiga hari. Kamu mau pergi atau masuk penjara, pilihan di tanganmu."Setelah panggilan berakhir, Sofia masih bengong.Setelah ingatan itu terbenam beberapa tahun, dia mengira dia telah menyembunyikannya dengan baik.Dia tidak menyangka ada orang yang tahu dan orang itu malah Klara ....Apa yang harus dilakukan Sofia? Pergi?Sofia melihat anak-anak yang sedang bermain, kemudian matanya pun berkac
Stefani menerimanya, kemudian meletakkannya di meja kantor.Raymond Gunawan menaikkan kacamatanya sambil berkata, "Aku nggak terima sogokan.""Apa itu sogokan?" tanya Julian.Yasmin berbisik, "Sapa Pak Raymond ....""Halo, Pak!" kata anak-anak dengan serentak."Menjilat lebih nggak berguna." Raymond menopang dagu dengan tangannya yang sedang memegang pen. Sambil memutar pen itu, dia bertanya, "Apa tingkat pendidikan Ibu? Apa pekerjaan Ibu? Berapa pendapatan keluarga?""Sa ... saya nggak lulus kuliah. Sekarang saya bekerja di Rumah Sakit Bedah Plastik Jelita. Pendapatan saya nggak sampai 20 juta ...." Yasmin tahu bahwa kekurangannya sangat banyak.Namun, ini bukan mewawancarai anak-anak, melainkan orang tua ....Raymond mengernyit dan bertanya, "Di mana ayah anak-anak ini?""Ayah anak-anak ... sudah tiada ..." jawab Yasmin."Ibu kuliah di universitas mana?""Hambridge."Raymond berpikir kenapa Yasmin tidak lulus di universitas yang begitu bagus? Apa dia tidak sedang membual?"Syarat Ibu
"Bu, kalau kamu pergi, nggak ada orang membantuku menjaga anak-anak ..." kata Yasmin."Bukankah kamu bilang meskipun orang tua nggak menjemput anak-anaknya, sekolah tetap akan menjaga mereka?"Yasmin bersandar ke dinding untuk mencari pendukung. "Apa Ibu begitu nggak menginginkanku?""Yasmin, maaf ...."Panggilan terputus.Yasmin tidak bisa menerima ini.Kenapa ibunya mau pergi? Kenapa ....Yasmin mengingat kartu yang diberikan ibunya semalam.Jangan-jangan karena dia sudah tidak punya uang, jadi dia pergi bekerja?Bukan. Ada yang aneh.Ibunya sangat menyayangi anak-anaknya, kenapa malah mau pergi?Yasmin meminta cuti dengan Supervisor, lalu pergi ke rumah Sofia.Ketika dia masuk, rumahnya kosong.Baju-baju di dalam lemari masih ada.Yasmin menelepon Sofia, tapi tidak ada yang mengangkat telepon.Ada apa ini?Apa ... telah terjadi sesuatu?Setelah langit menggelap, Yasmin harus pergi menjemput anak-anak.Dia tidak boleh meninggalkan anak-anak di sekolah pada hari pertama.Anak-anak aka
"Ah!" Yasmin yang tiba-tiba ditarik masuk ke kursi kulit merasa pusing."Kamu datang kapan pun aku memanggilmu. Mengerti?" ucap Daniel.Yasmin ketakutan ketika dia merasakan aura bahaya yang pekat dari tubuh Daniel."Ada apa?""Kamu sudah tahu jawabannya, untuk apa kamu bertanya?""Jangan ...." Yasmin tidak menyangka Daniel ingin langsung melakukannya di dalam mobil. Selain itu, di depan masih ada pengemudi.Daniel melirik ke arah pengemudi, lalu berkata, "Evan."Evan segera keluar dari mobil. Dia menutup pintu, kemudian berjalan ke seberang jalan.Yasmin menggigit bibirnya, lalu dia memejamkan matanya.Dia tahu untuk sementara Daniel tidak akan melepaskannya.Bagaimana dengan anak-anak di rumah?Tidak bisa!Yasmin membuka matanya. Dia duduk di pangkuan Daniel sambil memegang bahunya. Kemudian, dia mencium bibir Daniel dengan kuat.Daniel tercengang sejenak. Setelah itu, dia menekan balik bibir Yasmin. "Dasar aneh," katanya sambil tersenyum sinis.Yasmin tahu Daniel sudah mengetahui re