"Tuan Daniel, saya datang untuk mengantarkan kopi."Yasmin tertegun ketika mendengar suara yang tidak asing itu. Stella? Kenapa Stella mengantarkan kopi?Yasmin melirik wajah Daniel yang tampak sinis.Stella sedang berdiri di luar pintu dan dia benar-benar sedang memegang secangkir kopi. Hanya saja, dilihat dari ekspresi genitnya, dapat diketahui kalau dia mempunyai tujuan lain.Dia meminta izin dari eksekutif senior itu.Kalau Daniel menyukai Stella, eksekutif senior tersebut juga akan terbantu.Eksekutif senior itu percaya karena rumor tentang "Tuan Daniel melihat Stella ketika dia masuk" terdengar nyata.Mata Daniel mendarat di wajah tertegun Yasmin."Masuk."Yasmin terkejut dan menatap Daniel.Kalau Stella masuk, bagaimana dengannya?Kalau seorang rekan kerja melihat situasi Yasmin saat ini, akan terjadi banyak masalah yang tidak diperlukan!Stella membuka pintu dan melihat pria berkarisma yang sedang duduk di kursi itu. Dalam sekejap, dia merasa gelisah.Dia menutup pintu, lalu me
Hanya Daniel yang dari tadi memasang ekspresi datar, seakan-akan semua ini tidak ada kaitannya dengannya.Daniel memeluk pinggang Yasmin, kemudian menariknya."Em!" Yasmin pun terjatuh ke atas tubuh Daniel. Dia tidak bisa berdiri dan lengan yang melingkari pinggangnya seerat rantai besi."Sudah selesai menonton?" Daniel pelan-pelan menggigit kuping Yasmin.Sekujur tubuh Yasmin gemetar. Dia memejamkan matanya dan tidak berani memberontak.Tentu saja Stella sudah mengerti setelah melihat adegan itu.Ada orang yang naik ke tempat tidur Daniel lebih cepat darinya!Kebetulan itu adalah orang yang paling dibencinya, Yasmin!"Ambil kopimu dan pergi!" kata Daniel dengan tajam.Wajah Stella pun memucat. Dia menggunakan pakaian untuk menutup tubuhnya dengan satu tangan, sedangkan satu tangan lagi untuk mengangkat kopi. Dengan penampilan yang menyedihkan, dia membuka pintu, lalu keluar.Dia juga tidak peduli apa penampilannya akan dilihat oleh orang atau tidak di luar."Kamu ... membuatku punya m
"Ibu masak apa?" Yasmin mendekat dan melihat ibunya sedang menggoreng telur menjadi bentuk kepala hewan kecil. Sangat menggemaskan. Yasmin pun tersenyum, "Nggak usah begini repot. Mereka sangat rakus dan nggak pilih-pilih makanan.""Aku nggak peduli, tapi aku ingat melihat wajah gembira mereka."Hati Yasmin terasa hangat. Dia senang dia telah memaafkan ibunya.Tidak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya. Pasti ada alasan yang tidak bisa dihindari.Terlebih lagi, Yasmin bukannya tidak tahu bagaimana kehidupan orang tuanya ketika mereka masih bersama. Ayahnya adalah seorang tiran yang tidak memedulikan kesulitan istrinya dalam menjaga anak dan keluarga. Ayahnya adalah seorang penjudi. Dia akan minum sampai mabuk ketika dia kalah. Ketika dia mabuk, dia akan memukul orang. Ayahnya bahkan menggunakan uang membeli beras untuk pergi berjudi.Ibunya pernah menghentikan ayahnya beberapa kali, tapi sang ayah akan memukuli ibunya sampai kepala berdarah dan tubuh penuh dengan memar.Yasmin yang sa
"Kalau nggak ada apa-apa, aku tutup ...."Klara segera bertanya, "Apa kamu masih ingat bagaimana William meninggal?"Sofia melirik ke arah anak-anak dengan panik. Tangannya menggenggam tepi meja dan dia mencoba menenangkan dirinya. "Dia ... sudah mati? Aku nggak tahu.""Malam itu gelap dan berangin. Di puncak Gunung Utomo. Apa kamu benar-benar nggak ingat?"Wajah Sofia langsung memucat. "Kamu ....""Sayangnya, aku melihatnya hari itu.""Apa ... apa maumu?""Bukankah sudah jelas sekali? Menjauhlah dari Yasmin, lebih jauh lebih baik. Jangan pernah kembali lagi untuk selamanya! Sofia, aku beri kamu tiga hari. Kamu mau pergi atau masuk penjara, pilihan di tanganmu."Setelah panggilan berakhir, Sofia masih bengong.Setelah ingatan itu terbenam beberapa tahun, dia mengira dia telah menyembunyikannya dengan baik.Dia tidak menyangka ada orang yang tahu dan orang itu malah Klara ....Apa yang harus dilakukan Sofia? Pergi?Sofia melihat anak-anak yang sedang bermain, kemudian matanya pun berkac
Stefani menerimanya, kemudian meletakkannya di meja kantor.Raymond Gunawan menaikkan kacamatanya sambil berkata, "Aku nggak terima sogokan.""Apa itu sogokan?" tanya Julian.Yasmin berbisik, "Sapa Pak Raymond ....""Halo, Pak!" kata anak-anak dengan serentak."Menjilat lebih nggak berguna." Raymond menopang dagu dengan tangannya yang sedang memegang pen. Sambil memutar pen itu, dia bertanya, "Apa tingkat pendidikan Ibu? Apa pekerjaan Ibu? Berapa pendapatan keluarga?""Sa ... saya nggak lulus kuliah. Sekarang saya bekerja di Rumah Sakit Bedah Plastik Jelita. Pendapatan saya nggak sampai 20 juta ...." Yasmin tahu bahwa kekurangannya sangat banyak.Namun, ini bukan mewawancarai anak-anak, melainkan orang tua ....Raymond mengernyit dan bertanya, "Di mana ayah anak-anak ini?""Ayah anak-anak ... sudah tiada ..." jawab Yasmin."Ibu kuliah di universitas mana?""Hambridge."Raymond berpikir kenapa Yasmin tidak lulus di universitas yang begitu bagus? Apa dia tidak sedang membual?"Syarat Ibu
"Bu, kalau kamu pergi, nggak ada orang membantuku menjaga anak-anak ..." kata Yasmin."Bukankah kamu bilang meskipun orang tua nggak menjemput anak-anaknya, sekolah tetap akan menjaga mereka?"Yasmin bersandar ke dinding untuk mencari pendukung. "Apa Ibu begitu nggak menginginkanku?""Yasmin, maaf ...."Panggilan terputus.Yasmin tidak bisa menerima ini.Kenapa ibunya mau pergi? Kenapa ....Yasmin mengingat kartu yang diberikan ibunya semalam.Jangan-jangan karena dia sudah tidak punya uang, jadi dia pergi bekerja?Bukan. Ada yang aneh.Ibunya sangat menyayangi anak-anaknya, kenapa malah mau pergi?Yasmin meminta cuti dengan Supervisor, lalu pergi ke rumah Sofia.Ketika dia masuk, rumahnya kosong.Baju-baju di dalam lemari masih ada.Yasmin menelepon Sofia, tapi tidak ada yang mengangkat telepon.Ada apa ini?Apa ... telah terjadi sesuatu?Setelah langit menggelap, Yasmin harus pergi menjemput anak-anak.Dia tidak boleh meninggalkan anak-anak di sekolah pada hari pertama.Anak-anak aka
"Ah!" Yasmin yang tiba-tiba ditarik masuk ke kursi kulit merasa pusing."Kamu datang kapan pun aku memanggilmu. Mengerti?" ucap Daniel.Yasmin ketakutan ketika dia merasakan aura bahaya yang pekat dari tubuh Daniel."Ada apa?""Kamu sudah tahu jawabannya, untuk apa kamu bertanya?""Jangan ...." Yasmin tidak menyangka Daniel ingin langsung melakukannya di dalam mobil. Selain itu, di depan masih ada pengemudi.Daniel melirik ke arah pengemudi, lalu berkata, "Evan."Evan segera keluar dari mobil. Dia menutup pintu, kemudian berjalan ke seberang jalan.Yasmin menggigit bibirnya, lalu dia memejamkan matanya.Dia tahu untuk sementara Daniel tidak akan melepaskannya.Bagaimana dengan anak-anak di rumah?Tidak bisa!Yasmin membuka matanya. Dia duduk di pangkuan Daniel sambil memegang bahunya. Kemudian, dia mencium bibir Daniel dengan kuat.Daniel tercengang sejenak. Setelah itu, dia menekan balik bibir Yasmin. "Dasar aneh," katanya sambil tersenyum sinis.Yasmin tahu Daniel sudah mengetahui re
"Ceritakan tentang tantemu."Yasmin tidak tahu polisi akan bertanya sedetail ini. "Tanteku adalah Klara Tanoto. Setelah dia menjadi menantu Keluarga Guntur, dia nggak menghubungi ayahku lagi. Pak, apa ada yang salah? Bagaimana mungkin ibuku membunuh orang? Pasti ada yang salah!""Sofia yang menyerahkan diri. Dia bahkan tahu di mana lokasi korban. Bagaimana mungkin salah?" Polisi itu bertanya, "Keluarga Guntur yang mana?""Yang paling kaya di Kota Imperial itu ..." kata Yasmin.Polisi itu berpikir sejenak, lalu ekspresinya menjadi panik.Serius? Dia harus melapor kepada atasan ....Setelah melakukan penyelidikan, Yasmin langsung pergi menemui Sofia.Sofia sudah memakai baju tahanan. Ketika dia melihat Yasmin, dia menundukkan kepalanya.Yasmin langsung menangis. "Apa yang terjadi? Bu, mana mungkin .... Bukankah Ibu sudah pergi?""Aku memang sudah pergi, tapi ayahmu menemukanku. Dia terus menggangguku dan meminta uang dariku. Kalau aku nggak memberikannya uang, dia memukulku. Aku nggak pu
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati