Daniel langsung mengingat tampang Julia yang sangat mirip dengan Yasmin ....Dia sedang memikirkan itu di dalam benaknya, tapi ekspresinya tetap terlihat sangat sinis.Yasmin seolah-olah tidak mendengar Tony. Dia bersikeras berdiri di tempatnya.Amarah Daniel pun membara. Dia bangkit, kemudian berjalan mendekat.Ketika dia menuju ke luar, dia meraih Yasmin dan menyeretnya."Lepaskan aku! Daniel, lepaskan aku. Aku mau melihat anak-anak! Daniel .... Aaa!" Yasmin diusir ke aula.Daniel menatapnya dengan wajah datar. "Membuatku marah hanya akan membuatmu menderita!"Setelah dia memperingati Yasmin, dia pergi.Yasmin masih ingin mengejar Daniel, tapi dia dihentikan oleh Tony. "Nona Yasmin, apa yang dikatakan Tuan Daniel benar. Kamu hanya akan menderita.""Apa sekarang dia belum marah? Bagaimana tampangnya ketika dia marah? Apa dia akan membunuhku?""Nona Yasmin, tenangkan dirimu. Kamu nggak boleh keras kepala ketika Tuan Daniel sedang marah. Itu hanya akan membuatnya makin marah. Pulanglah.
Yasmin menjawab, "Nggak apa-apa. Aku tidur terlalu lama di pagi hari."Andy melihat bantal di belakang Yasmin, lalu berkata, "Aku sengaja membeli bantal pijat untukmu. Apa itu nggak berguna?""Untungnya, ada bantal pijat. Kalau nggak, aku nggak bisa tidur," kata Yasmin.Andy tertawa. "Kalau kamu perlu apa-apa, beri tahu Ayah.""Oke."Klara duduk di tepi tempat tidur, sedangkan Andy duduk di sofa sambil melihat Yasmin makan.Tak lama kemudian, Klara bertanya, "Apa akhir-akhir ini kamu sibuk?""Setiap hari seperti biasa," jawab Andy."Kenapa kamu masih bekerja keras? Putrimu sudah dewasa dan menantu laki-lakimu adalah penguasa Kota Imperial. Istrimu juga nggak perlu uang sebanyak itu," kata Klara."Aku sudah terbiasa dengan kehidupan sekarang.""Kamu masih sama seperti dulu. Kamu nggak berubah sedikit pun," ucap Klara.Begitu Klara mengungkit masa lalu, mereka berdua menjadi agak canggung.Yasmin mendengar dalam diam. Dia tidak ikut berbicara dan menganggap dirinya tidak ada.Menurutnya,
Klara langsung menjadi tidak senang. "Dahlia, kamu jangan memfitnah orang! Putriku sangat suci, dia nggak akan melakukan hal seperti itu! Terlebih lagi, apa mungkin aku nggak tahu dia pernah melahirkan atau nggak? Kalau kamu punya penyakit mental, cepat suruh Helen memeriksamu!"Andy juga merasa Dahlia sudah keterlaluan."Aku memfitnah? Kalau begitu, kalian bertanya padanya. Bertanya padanya apa dia pernah melahirkan anak kembar tiga? Apa anak-anak itu ... milik Daniel atau bukan!" Dahlia tidak ingin mengatakan kata-kata terakhir, tapi dia terlalu marah.Setelah Irene memberitahunya, dia sama sekali tidak bisa tenang.Andy dan Klara menatap Yasmin yang diam saja, lalu mereka melihat Irene yang sedang menekan amarahnya. Setelah itu, mereka tercengang."Yasmin, itu nggak benar, 'kan? Ada yang salah dengan otak Dahlia, jadi kita nggak boleh ...." Klara masih tidak mau mengakuinya, tapi dia telah disela oleh putrinya."Aku pernah melahirkan," ucap Yasmin dengan datar."A ...." Tenggoroka
Yasmin tercengang. Mereka sudah mau menikah?Namun, masalah anak-anak belum kelar ...."Bu, ayo kita pergi," kata Irene."Sudah?""Selama aku masih hidup, mereka nggak akan bisa hidup dengan damai." Setelah Irene mengatakan itu, dia pergi.Dahlia melihat Klara dan putrinya dengan kebencian, kemudian berkata, "Jangan berharap hidup kalian menjadi lebih baik karena Yasmin sudah melahirkan tiga anak!"Klara tertawa. "Siapa yang mau itu?!" Dia menoleh dan ingin memarahi Yasmin, tapi ketika dia melihat ekspresi murung Yasmin, dia tidak jadi berkata apa-apa karena dia tidak tega.Andy bertanya, "Apa kata Daniel?""Dia pasti mau anak-anak. Sekarang dia nggak memperbolehkanku melihat anak-anak ..." jawab Yasmin dengan sedih."Kenapa kamu nggak boleh melihat anak-anak? Kamu yang melahirkan mereka dan kamu yang membesarkan mereka. Selama ini yang telah dia lakukan? Ya, kamu sudah menyembunyikan anak-anak darinya, tapi dia nggak boleh memisahkanmu dari anak-anak dengan kejam hanya karena itu!" Kl
"Oh, iya. Kamu cepat hamil. Kenapa nggak ada pergerakan sedikit pun dari perutmu? Apa kamu mau Ibu membawamu pergi melihat dokter?""Aku sangat sehat!" Mobil berhenti di depan pintu rumah. Irene membuka pintu mobil, lalu keluar. Dia masuk ke dalam rumah dengan marah.Dahlia mengikutinya. "Irene, sekarang kamu nggak boleh terlalu memikirkan harga dirimu lagi. Daniel baru mengenal anak-anaknya Yasmin dan dia nggak ikut serta dalam kelahiran anak-anak, jadi kasih sayangnya pasti belum dalam. Itu akan berbeda kalau kamu hamil. Daniel akan lebih mementingkan anakmu daripada anak kembar tiga itu.""Cukup!" teriak Irene dengan emosi.Dahlia pun terperanjat dan diam."Nanti aku akan pergi ke rumah sakit. Kamu nggak usah peduli dengan hal ini lagi." Irene menatap dengan tatapan berbisa. "Kenapa kalaupun Yasmin sudah punya anak? Bisa jadi anak-anaknya nggak hidup sampai dewasa!"Saat waktu istirahat, para resepsionis Grup Naga mengelilingi meja di ruang teh. Mereka seakan-akan sedang bermain."T
Kedua kakaknya tidak mirip Yasmin.Mata para karyawan wanita langsung berbinar-binar. Cara Julia menjawab terlalu menggemaskan!"Apa aku boleh mencubit wajah kalian? Siapa pun boleh ...." Karyawan wanita itu ingin sekali mencubit wajah anak-anak.Wajah mereka yang lucu membuatnya tidak bisa menahan diri.Pada saat ini, pintu kantor terbuka dan Daniel masuk.Semua karyawan segera membungkuk sebelum melarikan diri."Siapa yang memberi kalian begitu banyak makanan?" Mata tajam Daniel mengamati berbagai buah-buahan dan biskuit di meja rapat.Mereka makan banyak sekali, bagaimana dengan makan siang?Julia berdiri di kursi, lalu dia mengulurkan tangannya. "Papa, makan.""Aku nggak makan manis ...." Saat mulut Daniel terbuka, Julia memasukkan biskuit ke dalam mulutnya.Julian menghampiri Daniel, lalu berhenti di depan kakinya yang panjang. Julian mengangkat kepalanya dan bertanya, "Papa, apa kami nggak pergi ke sekolah?""Nggak usah," jawab Daniel."Kenapa?" tanya Julian dengan heran. "Orang
Daniel memperhatikan anak-anak dalam diam. Dia sama sekali tidak perlu mengurusi mereka.Jadi, Yasmin tidak kewalahan menjaga anak-anak.Kalau bukan karena Yasmin menyembunyikan mereka, Daniel tidak mungkin baru tahu sekarang tentang anak-anak.Kalau bukan karena anak-anak mencari Daniel, dia masih belum tahu.Saat Daniel memikirkan itu, dia ingin sekali membunuh Yasmin.Irene tidak punya suasana hati untuk bekerja. Sore hari, dia pergi ke Taman Royal.Anak-anak baru bangun dari tidur siang.Irene masuk ke dalam aura. Dia menoleh, lalu dia melihat anak kembar tiga itu sedang bermain pianonya.Julian sedang duduk di kursi. Di sebelahnya ada Julius dan Julia yang sedang menekan tuts piano dengan gembira.Namun, ekspresi Irene langsung menjadi masam.Itu adalah piano yang sengaja dibeli oleh Daniel dari luar negeri dan itu tidak murah. Bukankah membiarkan anak-anak memainkannya sama dengan menginjak niat baik Daniel pada Irene?"Berhenti bermain." Irene berjalan mendekat, kemudian dia lan
"Apa kamu ada sebaik itu?" Yasmin tidak mau anak-anak memanggil orang lain mama, apalagi kalau wanita itu adalah Irene!"Yasmin, karena kamu jalang, kamu baru berpikir orang lain juga seperti itu." Irene berkata, "Bagaimanapun juga, aku ini tante mereka dan aku nggak akan menyakiti mereka. Jadi, semoga kamu cepat sembuh, ya. Aku bisa menjaga anak-anak. Kamu tenang saja.""Irene, kamu ...." Sebelum Yasmin sempat berbicara, Irene sudah menutup telepon. Yasmin pun segera menelepon kembali.Saat Irene melihat siapa yang meneleponnya, dia langsung menolaknya.Dia tersenyum sinis. Mulai sekarang, dia mau menjadi ibu tiri yang "baik" untuk membuat Yasmin marah.Sebelum dia dan Daniel mendapatkan akta nikah, tidak boleh ada masalah dalam hubungan mereka.Tidak ada yang boleh mendapatkan posisi Nyonya Guntur!Yasmin melempar ponselnya. Dia tidak bisa tenang.Bagaimana ini? Apa anak-anak yang dilahirkannya akan menjadi anak Daniel dan Irene?Apa Daniel benar-benar akan membiarkan itu terjadi?An
Yasmin dipukuli sehingga seluruh tulangnya sakit-sakit.Pisau di wajahnya membuatnya tidak berani bergerak.Dia benar-benar tidak percaya Rachel begitu percaya diri pada dirinya sendiri."Rachel, kamu nggak pernah dicintai, 'kan?" Pertanyaan Yasmin yang mendadak membuat Rachel tertegun."Apa katamu?""Kamu nggak pernah dicintai, tapi kamu tiba-tiba menyukai orang, jadi kamu nggak tahu bagaimana mengungkapkannya. Kamu nggak bisa membedakan benar dan salah. Saat orang baik sedikit padamu, kamu langsung merasa sangat hangat. Kamu benar-benar kasihan.""Kamu ... kamu cari mati!" Rachel langsung menampar Yasmin.Yasmin terjatuh dan terasa pusing. Darah mengalir keluar dari sudut mulutnya. Kemudian, dia bergeming di lantai."Kenapa kamu diam saja? Kamu memprovokasiku hanya untuk mengulur waktu, 'kan? Kuberi tahu kamu, ketika mereka menemukan tempat ini, kamu sudah mati seperti ikan-ikan di sini!"Dingin, dingin sekali ....Udara dingin menembus ke dalam tubuhnya dan darahnya mulai menjadi di
Rumah ini dipenuhi dengan lemari es dan es serut. Di dalam es serut terdapat kotak-kotak berisi ikan beku.Ada termometer yang tergantung di dinding. Suhunya minus 20°C, tapi itu tetap tidak bisa menyembunyikan bau amis di dalam rumah.Yasmin hanya mengenakan kemeja putih, rok span abu-abu dan sepatu flat. Dia berganti menjadi pakaian ini untuk berjalan-jalan dengan anak-anak.Meskipun itu musim dingin, cuaca tidak pernah mencapai minus 20°C. Yasmin yang tidak tahan dingin menyilangkan tangan dan menggosok lengannya. Asap putih keluar dari mulutnya.Ketika dia barusan mengambil beberapa langkah untuk mencari pintu keluar, dia merasakan sesuatu di belakangan.Begitu dia menoleh, sebuah kaki menendang perutnya."Ah!" Yasmin terjatuh. Perutnya sangat sakit untuk beberapa saat."Aku kira kamu nggak akan bangun." Aura membunuh memenuhi tubuh Rachel. Tangannya sedang memegang pisau.Yasmin menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit sambil mengangkat kepala. Saat dia melihat pisau, luka d
"Jangan mendekat!" Bilah pisau di tangan Rachel berkilau. Ujung pisau langsung diletakkan di dekat leher Yasmin. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh mama kalian!"Susan langsung menahan anak-anak dan tidak mengizinkan mereka mendekat.Anak-anak menatap pisau di leher Yasmin dengan ketakutan. "Ma ... Mama ....""Aku mau menolong Mama. Lepaskan aku!"Anak-anak meronta saat ditahan Susan dan Susan hampir melepaskan mereka."Nggak apa-apa. Jangan takut. Kalian jangan mendekat. Semuanya baik-baik saja .... Susan, jangan biarkan mereka mendekat ...." Tubuh Yasmin ditahan dan dia kesulitan bernapas. "Rachel, kamu benar-benar belum mati!""Aku tetap hidup untuk membunuhmu!""Jangan melukai anak-anak." Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang menangis. Hatinya terasa perih, tapi dia tidak mau menakuti mereka.Dia tidak bisa membiarkan mereka terluka!"Tenang saja. Aku hanya ingin membunuhmu!" Rachel barusan selesai bicara.Lalu, beberapa pengawal langsung muncul. Ada pengawal yang melindun
"Tinggalkan dulu pekerjaan Mama. Santai saja," ucap Julian."Kami ingin bermain bersama Mama," ucap Julius.Yasmin tahu kalau mereka sudah lama tidak keluar, lalu Daniel meminta mereka mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di Taman Royal. Sepertinya Daniel juga telah berencana mencari guru les untuk mengajar mereka.Yasmin merasa itu terlalu cepat. Setelah dia memikirkannya, anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka tidak diberikan tekanan yang terlalu berat.Namun, dia setuju untuk keluar bersama mereka.Mereka mengunjungi jalan sebelumnya.Yasmin bisa melihat sekarang, jadi dia merasa jauh lebih aman. Dia dapat mengawasi anak-anak kapan saja.Ini tidak seperti terakhir kali mereka berada di mal di mana dia benar-benar tidak berdaya."Mama, ikan!" Anak-anak berhenti di depan sebuah toko.Mereka melihat ikan-ikan di dalam dengan penasaran.Pemilik toko berkata, "Kalian bisa menangkapnya seharga 60 ribu. Kalau kalian berhasil, ikannya menjadi milik kalian.""Seru sekali!" Julia langsun
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant