"Selama aku bisa menghentikannya, luka kecil ini bukan apa-apa."Yasmin merasa sedih. "Semalam kenapa kamu mencariku?" tanyanya."Kamu nggak mengangkat teleponku, jadi aku kira telah terjadi sesuatu padamu. Untung aku pergi ke tempatmu. Aku mau bertanya apa kamu sudah mengurus paspormu? Apa kamu benar-benar nggak perlu bantuanku?""Aku sudah mengurus pasporku. Dua hari lagi selesai.""Aku berharap kamu bisa cepat-cepat bebas dari Daniel.""Ya ..." kata Yasmin.Dia ingin melarikan diri sejauh mungkin dari Daniel bersama anak-anaknya."Kapan pun kamu mau pergi, aku akan membantumu memesan tiket. Tenang saja. Aman, kok. Daniel nggak akan tahu.""Oke."Setelah panggilan berakhir, Yasmin menjadi tidak sabar.Sore hari, ketika anak-anak sedang tidur siang, Sofia pun mengambil kesempatan ini untuk pergi ke rumah Yasmin.Yasmin sudah memberi tahu Sofia lewat telepon kalau dia sudah mengganti kode sandi pintunya.Sofia pergi setelah dia meninggalkan ponsel Yasmin.Saat Sofia baru keluar dari ge
"Yasmin." Klara memegang tangan Yasmin.Yasmin tersadar, kemudian dia melihat raut wajah tantenya yang sedih. "Kamu nggak tahu, meskipun aku sudah menjadi anggota Keluarga Guntur dan mempunyai kehidupan yang diirikan orang lain, tahun itu aku juga berkorban. Aku setuju untuk nggak akan mempunyai anak selamanya."Selama ini Yasmin heran kenapa tante dan pamannya tidak mempunyai anak setelah menikah begitu lama. Ternyata ini alasannya."Jadi, Yasmin, menetap di sini saja, ya? Aku tahu kamu sedang memikirkan cara untuk pergi. Tapi, jangan pergi. Temani Tante, ya? Setelah kamu pergi, Tante benar-benar nggak punya siapa-siapa lagi."Yasmin pun merasa dilema. "Tante, aku ... aku juga terpaksa. Kita tunggu beberapa tahun, ya. Setelah Daniel nggak mengganggu, aku akan kembali, oke?"Yasmin tidak punya pilihan lain, masih ada anak-anaknya.Tidak masalah kalau dia tidak punya anak, dia akan bersedia menemani tantenya ...."Aku tahu seharusnya aku nggak memohon apa-apa padamu. Semua ini salahku .
"Apa kamu nggak percaya padaku?" tanya Martin dengan lembut.Yasmin memercayai Martin. Selama ini Martin telah membantunya.Karena Martin mempersiapkan semuanya, Yasmin perlu mendiskusikan rencana tersebut dengan ibunya.Dua hari ini Yasmin tidak pergi melihat anak-anaknya karena takut akan terjadi apa-apa.Dia mengatakan semuanya melewati telepon.Dia berencana pergi malam ini.Martin memesan tiket pesawat jam 12 malam.Pada jam 11, Yasmin sudah berpakaian rapi. Tangannya hanya menjinjing satu tas dan dia meninggalkan barang lainnya.Dia meninggalkan ponselnya yang dipasang pelacak di rumah. Dia turun dari tangga darurat, kemudian keluar dari gedung apartemen melewati pintu belakang.Ketika Yasmin melihat mobil Martin, dia berlari mendekati mobil tersebut.Martin membantu Yasmin membuka pintu.Yasmin pun langsung masuk ke dalam mobil.Mobil Porsche Martin menuju ke bandara."Jangan gugup," hibur Martin.Yasmin mencoba menenangkan dirinya, tapi seulas senyuman canggung masih terukir di
Yasmin merasa sekujur tubuhnya mendingin. Dia berkata dengan terbata-bata, "Ke .. kenapa kamu ... se ... seperti ini?""Kenapa? Karena seru! Apa kamu nggak berpikir begitu? Kamu nggak mengira aku akan mengkhianati kakakku demi kamu, 'kan? Kamu naif sekali." Martin menghela napas sambil menggelengkan kepalanya.Yasmin membelalakkan matanya dan air matanya menetes keluar.Dulu dia mengira Martin yang lembut tidak seperti Daniel, ternyata dia sudah salah menilai orang.Mereka semua gila!"Aduh, kamu menangis? Kasihan sekali ...." Martin mengulurkan tangannya untuk membelai pipi Yasmin.Yasmin pun menepis tangan Martin dengan kuat, kemudian dia menyepak pintu mobil."Ah!" Pintu mobil tersebut mengenai Martin sehingga dia terdorong mundur beberapa langkah. Ekspresinya langsung menjadi masam dan tatapan matanya berkilat jahat. Dia membuka pintu mobil dan langsung menarik Yasmin keluar. Kemudian, Martin mengangkat tangannya untuk menampar wajah Yasmin.Namun, sebelum tangan Martin sempat mend
Bagaimana mungkin Daniel akan melepaskan orang yang pernah menyinggungnya?!Yasmin duduk meringkuk di pojok.Dia sudah siap menerima hukuman setelah dia sampai rumah.Ini tidak penting.Sekarang ibunya dan anak-anak sedang menunggu instruksi Yasmin di bandara.Sofia membawa ketiga anak kecil ke bandara. Mereka sedang menunggu sambil makan.Makanan di dalam mulut si kembar tiga membuat pipi mereka seperti bakso. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan."Nenek, kapan Mama sampai?" tanya Julian."Sudah lama sekali," kata Julius."Nenek, apa Mama nggak akan datang?" tanya Julia dengan khawatir."Mama akan datang, kok. Kita tunggu lagi, ya." Sofia tidak berani menelepon Yasmin.Yasmin sudah berkata menunggu telepon darinya.Menurut waktu yang perjalanannya selama 40 menit, seharusnya Yasmin dari tadi sudah sampai.Sekarang dua jam sudah berlalu.Jangan-jangan sungguh telah terjadi sesuatu?Mobil Rolls Royce itu berhenti di Taman Royal. Sosok tinggi yang sedang berdiri di bawah langit malam me
Yasmin tidak tertarik dengan mereka berdua. Yang penting mereka tidak menyakitinya dan orang yang Yasmin peduli.Dia menundukkan kepalanya. Tadi dia menyelipkan ponselnya di bawah kursi penumpang Martin.Kalau Yasmin tidak menelepon ibunya, apa mereka akan terus menunggu?Yasmin mengangkat kepalanya dan melihat pengawal yang berdiri tidak jauh darinya. Yasmin tidak berani bergerak.Seharusnya tadi dia berdiri di sudut.Akan tetapi, dia sudah memberi tahu ibunya kalau dia tidak muncul dalam tiga jam, mereka tidak usah menunggunya lagi dan pulang.Yasmin tidak menyangka dia akan gagal karena Martin.Yasmin merasa sedih ketika memikirkannya.Martin mengkhawatirkannya, datang ke Taman Royal untuk menyelamatkannya dan menabrak mobilnya ke dinding gedung untuk menghentikan Daniel dari menyakitinya .... Apa dia melakukan semua itu untuk bersenang-senang? Yasmin perlu mengakui kalau Martin sangat pandai berakting dan lebih baik dia menjadi aktor!Yasmin benar-benar terkejut!Dia mengira di Kel
Sekujur tubuh Yasmin gemetaran. Dia meronta di dalam bak mandi dan hendak melarikan diri.Begitu dia keluar dari bak mandi, seseorang meraih belakang lehernya."Ugh! Jangan ..." teriak Yasmin.Yasmin ditekan ke depan wastafel dan dia dipaksa untuk melihat kaca yang mencerminkan ekspresi takutnya.Suara Daniel yang seperti iblis memasuki telinga Yasmin. "Lihatlah dirimu. Berhenti menolak.""Jangan .... Daniel, lepaskan aku. Cukup ...." Yasmin memejamkan matanya dengan malu. Dia tidak berani melihat tubuhnya yang disiksa di kaca."Kamu tahu kalau ini selamanya nggak akan cukup," balas Daniel dengan sangat sinis sehingga Yasmin merinding.Kejadian dua tahun lalu sangat melekat di benak Yasmin. Dia juga tahu apa maksud Daniel ....Air matanya jatuh ke lantai.Yasmin dilempar ke tempat tidur.Dia berusaha meraih tepi tempat tidur, tapi tangannya yang gemetar bergerak dengan lambat.Namun, sebelum Yasmin berhasil, Daniel sudah mendekat. Tubuh Daniel melenyapkan jejak cahaya terakhir di kamar
Namun, Sofia tidak bisa mematikan ponselnya selamanya. Dia akan menyalakannya kembali nanti malam.Sofia tidak bisa menelepon nomor ponsel Yasmin lagi. Kalau begitu, bagaimana dengan ponsel barunya?Sofia merasa itu juga berbahaya.Kalau tidak, Yasmin tidak mungkin tidak menjawab telepon Sofia.Sepertinya mereka hanya bisa menunggu di rumah ....Pada siang hari, seorang pelayan masuk ke kamar.Ketika dia memasuki kamar tidur dan melihat pemandangan di tempat tidur, dia hampir berteriak dan segera menutup mulutnya.Setelah dia tenang, dia baru menurunkan tangannya.Tempat tidurnya berantakan, termasuk wanita yang sedang berbaring di sana.Wanita itu bagaikan boneka rusak yang tak bernyawa.Ada banyak tanda merah di lengannya yang terekspos. Warnanya sangat mencolok pada kulitnya yang putih dan mulus.Pelayan itu melangkah maju dengan hati-hati.Semalam Tuan Daniel sudah pergi, tapi ternyata wanita itu masih tidur sampai sekarang.Wanita itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.Sit