Yasmin tertegun. Dia tidak tahu apakah Martin mengatakan yang sebenarnya atau sedang berbohong. Setelah itu, dia mendorong tangan Martin. "Apaan, sih?" Yasmin berdiri dan berkata, "Aku kembali dulu. Kamu terserah."Kemudian, dia pergi.Martin menatap punggung yang makin menjauh itu. Dia tampak tidak senang.Dia pun tidak tahu lokasi spesifiknya.Yasmin tidak menyangka Martin akan datang lagi besok.Ketika Martin masuk, dia bahkan membawa suplemen dan buah-buahan.Itu membuat Andy sangat mencurigainya.Martin berinisiatif menyapa, "Pagi, Pak Andy. Kebetulan aku ada urusan di Kota Cantem, jadi aku sekalian datang menjenguk. Bagaimana kondisi Tante Klara sekarang?"Andy melirik Yasmin yang sedang membelalakkan matanya, kemudian dia menjawab, "Dia belum bangun. Kami masih harus menunggu.""Tante pasti akan bangun," ucap Martin.Yasmin menyeret Martin sembari berkata, "Ayo keluar!" Setelah mereka keluar, Yasmin bertanya, "Ngapain kamu?""Datang menjenguk. Apa ada masalah?"Yasmin merasa Mar
Yasmin kembali ke rumah sakit hampir pukul dua.Amarah memenuhi hatinya. Dia berjalan sampai kakinya sakit.Kalau bukan karena Martin pernah membantunya, Yasmin tidak akan menggubrisnya.Namun, dia benar-benar makin tidak memahami Martin. Kenapa pria itu terus melengket padanya?Yasmin bisa mengira Martin sudah kembali seperti ketika mereka masih muda!Saat dia memasuki kamar pasien, di dalam hanya ada Andy seorang."Ayah, apa kamu sudah makan?""Sudah." Andy melirik ke belakang Yasmin. "Martin sudah pergi?""Ya, seharusnya dia sudah pulang.""Apa kamu sangat dekat dengan Martin?" Andy tidak memahami hubungan mereka."Karena dulu aku tinggi di rumah Keluarga Guntur, kami lumayan dekat.""Nggak ada satu pun anggota Keluarga Guntur yang menghadiri pertunangan Irene dan itu termasuk Martin. Seharusnya hubungannya dengan Daniel nggak begitu baik, 'kan?"Yasmin berkata, "Aku juga nggak mengerti. Pokoknya, saat Martin melihat Daniel, dia akan selalu memanggil Daniel kakak. Aku juga sering me
Andy bergegas kembali ke kamar pasien. Dia mengeluarkan ponselnya. Dengan tangan yang gemetar, dia menelepon nomor ponsel Daniel. "Apa helikoptermu masih ada? Apa kamu bisa mengecek keberadaannya? Tadi ada helikopter yang jatuh. Lihatlah apa itu milikmu?!"Daniel menyipitkan matanya. Tanpa mengatakan apa-apa, dia langsung mengakhiri panggilan. Kemudian, dia menghubungi pilot helikopter.Dia menyadari helikopter tidak bisa dihubungi dan keberadaannya sudah hilang.Eric yang sedang berdiri di depan dan memberi laporan melihat ekspresi Daniel berubah menjadi sangat menyeramkan. Ketika dia hendak bertanya, Daniel tiba-tiba bangun dan berkata, "Ke Kota Cantem!"Area di mana kecelakaan terjadi ditutup. Hanya ada petugas penyelamat di dermaga yang biasanya ramai.Untuk sementara, mereka telah berhasil mengangkat beberapa puing. Begitu melihatnya, semua orang tahu kalau itu adalah helikopter pribadi Daniel.Andy yang lebih awal tiba daripada Daniel bertanya padanya, "Apa ini helikoptermu?"Dan
Andy tidak percaya putri yang baru saja dia temukan .... Dia tidak percaya.Andy kembali ke kamar pasien. Dia duduk di ranjang Klara dan berkata, "Klara, maafkan aku. Aku nggak menjaga Yasmin dengan baik. Helikopter yang dinaiki Yasmin jatuh. Dia akan selamat, 'kan? Kamu belum bangun, jadi bagaimana dia bisa lega?" Andy menggenggam tangan Klara. "Dia akan baik-baik saja. Daniel bilang dia pasti akan menemukannya ...."Andy sama sekali tidak berani berpikir bagaimana Yasmin setelah dia ditemukan.Setelah mencari semalaman, puing-puing helikopter belum semuanya ditemukan. Mereka menemukannya setelah mereka meluaskan area pencarian.Namun, yang mereka ingin temukan bukanlah puing-puing helikopter, melainkan orang.Hanya saja, air laut mengalir dengan deras. Jadi, tidak mudah untuk menemukan orang.Daniel sedang berdiri di pantai. Semua orang Kota Cantem tidak ada yang berani tidur, apalagi menguap.Eric mengawasi perkembangan penyelamatan. Dia tahu Daniel tidak tidur sepanjang malam, tapi
Hati Andy terasa sangat berat sehingga dia tidak bisa berdiri dengan tegak. Dia duduk di bangku sebelah, lalu berkata, "Heli ... helikopter yang dinaiki Yasmin jatuh."Dahlia terkejut. "Jatuh? Bagaimana dengannya?""Helikopter jatuh ke dalam laut. Sekarang dia belum ditemukan." Andy menundukkan kepalanya.Dahlia menekan kegembiraan di hatinya.Kalau helikopter jatuh ke laut, apa Yasmin masih punya peluang untuk selamat?Dahlia berkata, "Kamu jangan berpikir yang nggak-nggak. Mungkin mereka melompat keluar sebelum helikopter jatuh. Kalau begitu, mereka masih hidup.""Aku juga berpikir seperti itu, tapi aku sudah bertanya pada penyelamat dan mereka bilang peluangnya hampir nggak ada." Dalam semalam, Andy seolah-olah telah bertambah tua."Nggak mungkin. Anak itu sangat beruntung, dia pasti masih hidup." Namun dalam hati, Dahlia diam-diam bahagia. Waktu itu Yasmin sudah selamat sekali dari bencana. Kali ini, kecuali ada malaikat yang ikut campur, dia tidak mungkin bisa selamat. "Sudah, ber
"Jangan khawatir. Mereka akan menemukannya." Daniel berdiri di dermaga. Matanya yang tajam lebih dalam dan lebih berbahaya daripada laut."Baik. Aku akan menunggu kabar baik darimu. Tapi, apa kamu sedang di Kota Cantem?""Ya. Nanti malam aku pulang.""Yasmin lebih penting. Aku baik-baik saja." Setelah Irene menutup telepon, ekspresi cemasnya langsung menghilang.Kemampuan aktingnya luar biasa.Daniel tinggal di Kota Cantem demi Yasmin. Irene berharap yang ditemukan Daniel adalah mayat Yasmin.Karena Yasmin jatuh ke laut, sepertinya mayatnya sudah menjadi pakan ikan.Irene bisa bermurah hati sejenak. Dia membiarkan Daniel mengkhawatirkan Yasmin yang tidak tahu masih hidup atau sudah mati.Ketika Dahlia pergi ke dermaga, dia melihat tim penyelamat dan mobil Daniel.Dia tidak mendekat.Dia bisa melihat situasi saat ini tidak optimis dan itulah yang diinginkannya.Karena tidak ada Irene, Dahlia tidak pergi sengaja menyapa Daniel.Walaupun Daniel adalah menantunya, Daniel adalah penguasa Ko
Dahlia menahan amarah sambil berkata, "Baiklah, aku pulang dulu. Aku akan datang lagi untuk melihatmu dalam dua hari. Kamu harus menjaga kesehatanmu. Kami masih ada satu putri, jadi jangan merasa terlalu putus asa."Ekspresi Andy berubah bukan karena bujukan Dahlia. "Pergilah."Dahlia menghampiri pintu kamar. Dia melirik Klara dengan benci sekilas. Klara beruntung!Andy berjalan ke tepi tempat tidur, lalu dia menyelimuti badan Klara dengan baik.Namun, dia menyadari jemari Klara sedang mencengkeram selimut.Andy mengulurkan tangannya untuk perlahan-lahan merentangkan jari-jari Klara. Andy mengingat sebelum dia pergi, tangan Klara bukan seperti ini.Andy menjadi curiga sebenarnya apa yang dilakukan Dahlia tadi.Ponsel di dalam sakunya bergetar. Andy mengeluarkan ponselnya dan melihat penelepon adalah nomor asing. Dia mengangkat telepon, lalu bertanya, "Dari mana?""Paman Andy, ini Martin. Yasmin nggak mengangkat teleponku. Apa dia berada di rumah sakit?""Apa kamu nggak tahu?""Nggak ta
"Kak, kamu masih bisa tertawa? Kamu jatuh dari tempat yang sangat tinggi, loh. Aku sangat terkejut.""Nggak tinggi, kok? Kamu lebai.""Akhir-akhir ini kamu nggak fokus. Apa yang terjadi? Apa keluargamu sedang punya masalah?""Adikku menghilang dan dia belum ditemukan. Apa aku bisa nggak khawatir? Terlebih lagi, Daniel juga berada di sana. Aku nggak tahu bagaimana situasinya. Aku ingin pergi ke sana, tapi aku takut merepotkannya ....""Kakak baik sekali, makanya kamu bisa mengkhawatirkan banyak hal."Begitu Irene menoleh, dia melihat seorang pria masuk. Matanya berbinar-binar. Dia tampak sangat senang. "Daniel?""Bagaimana dengan jarimu?" Daniel melihat jari kelingking Irene. "Apa yang dilakukan orang-orang di sebelah? Kenapa mereka ceroboh sekali?!"Asisten itu terperanjat, lalu dia mundur ke samping."Ini bukan salahnya. Aku berada di atas panggung, jadi asistenku nggak bisa menemaniku." Irene membela asistennya. "Oh, iya. Apa Yasmin sudah ditemukan?"Mata Daniel menjadi sangat gelap.