Jadi, sebelum Yasmin memasuki kantor departemen, dia membuat kopi, lalu mengantarkannya ke kantor supervisor.Joshua meliriknya sekilas dengan terkejut. "Ada apa ini?""Apanya ada apa? Membuatkan kopi untuk Bapak memang tugasku," ujar Yasmin dengan ekspresi datar.Joshua menganggukkan kepalanya, kemudian dia menyesap kopinya. "Rasanya enak. Terima kasih."Irene sembuh lumayan cepat. Begitu dia sembuh, dia kembali bekerja dan segera menelepon Yasmin, lalu menyuruh Yasmin pergi ke lokasi syutingnya.Lokasi syutingnya di gedung Grup Guntur.Grup Guntur secara khusus menyewa lokasi tersebut untuk syuting.Sangat mudah bagi Yasmin untuk pergi ke sana.Begitu Yasmin sampai, Irene menyuruhnya pergi beli kopi dan Irene tidak mau kopi perusahaan karena dia tidak menyukainya.Yasmin pun keluar untuk membelinya.Butuh waktu setengah jam untuk membelinya, kemudian Yasmin memberikannya kepada Irene.Irene melihat sekilas wajah Yasmin yang memerah sedikit setelah bolak-balik, kemudian Irene merasa j
Staf lain segera menoleh ke arah mereka. Irene segera memasang ekspresi bersalah. Dia berkata dengan lembut, "Maaf. Kamu menyuruhku memakai tenaga, jadi aku nggak sengaja menginjakmu. Kamu baik-baik saja, 'kan?"Tidak sengaja? Irene jelas-jelas melakukannya dengan sengaja!Irene santai sekali. Jelas-jelas pekerjaan ini bisa diselesaikan dalam sehari, tapi dia bersikeras mengulurkan waktu.Pada hari pertama, syuting belum selesai, tapi Irene berkata dia sudah lelah dan ingin beristirahat.Besok pagi, dia menyuruh Yasmin pergi ke studionya untuk mengambil kotak perhiasannya karena dia berkata dia mau menggunakannya untuk syuting hari ini.Yasmin pergi ke rumah Irene yang berada di kompleks kelas atas setelah mengambil kotak perhiasan tersebut.Setelah dia masuk ke kompleks dan menemukan rumah Irene, dia menekan bel dan menunggu di luar pintu.Setelah menunggu beberapa menit, tidak ada yang membuka pintu.Yasmin menekan bel lagi.Dia mendengar suara langkah kaki di dalam. Sepertinya itu b
Untuk apa membicarakan alasannya?"Lihat karier dan kehidupanku, apa kamu bisa menyainginya?" tanya Irene yang padahal jawabannya sudah jelas. "Kalau bukan karena Klara, bagaimana kamu bisa bertemu dengan Daniel yang berkuasa dengan statusmu yang miskin? Kamu tahu mencari pasangan itu harus yang setara, 'kan?""Kamu tenang saja. Aku nggak ingin menikah dengan Daniel. Aku hanya mainannya yang akan dibuang setelah dia bosan. Aku minta maaf kalau kamu tersinggung," kata Yasmin dengan nada datar.Pasangan yang setara? Serius sekali!"Apa yang kamu pikirkan?" Irene melihat Yasmin dengan sinis. "Tentu saja kamu nggak punya kesempatan untuk menikah dengan Daniel. Meskipun aku nggak ada, kamu tetap nggak bisa menikah dengannya. Tapi, aku pasti nggak akan mengizinkan sekelompok lalat mengelilinginya. Mau itu kamu ataupun Kezia.""Beberapa wanita sungguh lucu. Jelas-jelas si pria yang bermasalah, tapi dia bersikeras mengganggu wanita lain. Selama kamu memperhatikan Daniel dengan baik, nggak ada
Di depan ada lampu merah lagi. Mereka harus menunggu satu menit.Sopir itu terlihat sangat tenang. Dia menyetir dengan lambat."Apa dia sudah nggak bernapas?"Staf lain meletakkan jarinya di bawah hidung Yasmin. "Be ... benaran sudah nggak ada napas lagi. Bagaimana ini?""Pada saat kritis begini, bisakah kamu jangan terlalu khawatir? Kita nggak bisa menanggungnya kalau dia mati!""Ya. Terlebih lagi, dia adalah staf Grup Guntur. Nanti kalau kita diinterogasi, kita nggak bisa melarikan diri!"Sopir itu berkata dengan cuek, "Apa hubungannya ini dengan kita? Kita bukan nggak mengantarkannya ke rumah sakit. Dia sendiri yang nggak bisa tahan! Aku sudah berusaha menyetir secepat mungkin. Aku nggak bisa melakukan apa-apa saat lampu merah. Apa kamu nggak pernah mendengar kalimat ini? Sekali lampu merah, semuanya lampu merah."Staf itu sudah panik sekali. "Berapa jauh lagi rumah sakitnya?""Aku lihat dulu ...." Sopir itu membuka ponselnya. "Setengah jam lagi."Setengah jam .... Berdasarkan kecep
Besok Yasmin baru bisa keluar dari rumah sakit.Setelah itu, dia menelepon Bibi dan berkata dia lembur, jadi dia tidak bisa pulang rumah.Yasmin tidak ingin mengkhawatirkan anak-anak.Dia baru saja menutup telepon, lalu ada yang tiba-tiba membuka pintu ruangannya.Irene muncul dengan angkuh. "Aku kira seberapa serius. Sepertinya kamu baik-baik saja.""Sepertinya kamu kecewa sekali?" balas Yasmin dengan cuek sambil melihat ponselnya."Untuk apa aku merasa kecewa? Jangan lupa, aku sudah baik hati menyuruh sopirku mengantarmu ke rumah sakit," kata Irene."Apa kamu terharu karena tindakanmu sendiri?" Yasmin mendongak untuk melihat Irene. "Kamu menaruh seafood di makananku, lalu menyuruh sopirmu mengantarku. Pada kenyataannya, kamu ingin aku mati di perjalanan. Kalau bukan karena Martin muncul tepat waktu, kamu memang akan berhasil."Irene tertawa sinis dan dia tidak menyangkal. Amarah dapat terlihat dari tatapan matanya. "Kali ini kamu berhasil melarikan diri, tapi lain kali kamu nggak aka
Karena Yasmin sudah merasa lebih baik, dia keluar dari rumah sakit.Dia berdiri di depan pintu masuk rumah sakit. Dia berpikir untuk waktu yang lama apakah dia naik kereta bawah tanah atau taksi.Tubuhnya masih lemas dan perutnya terasa nyeri, tapi menuju ke stasiun bawah tanah perlu berjalan beberapa jarak lagi.Sedangkan naik taksi lebih mahal.Yasmin tiba-tiba merasa murung.Dia perlu berpikir untuk waktu yang lama demi beberapa puluhan ribu. Dia harus mengakui kalau hidupnya sangat susah.Dia berpikir dia bisa membelikan makanan kepada anak-anak dengan puluhan ribu itu. Pada akhirnya, dia bertahan dan memaksakan dirinya berjalan ke stasiun bawah tanah. Yang penting dia berjalan dengan perlahan.Ketika dia tiba di kompleksnya, hari belum siang. Jadi, dia kembali ke rumahnya untuk beristirahat.Saat dia lapar, dia membuat bubur untuk dirinya sendiri.Setelah dia kenyang, dia minum obat anti alergi yang diberikan rumah sakit. Lalu, dia berbaring di tempat tidurnya.Yasmin berbaring te
Tepat jam sembilan, mereka tidur.Yasmin tidak buru-buru kembali ke perusahaan. Lagi pula, perusahaan bukan tidak tahu dengan kondisinya.Dia beristirahat di rumah dengan berani.Meskipun dia merasa Daniel tidak akan datang ke tempatnya, dia masih memperhatikan keberadaan Daniel.Joshua sesekali akan menelepon untuk menanyakan kabar. Itu membuat Yasmin yang hampir sembuh tidak bisa berpura-pura lagi.Yasmin perlu pergi ke perusahaan untuk melihat seberapa banyak kompensasi yang dia terima.Joshua telah pergi ke departemen pajak dan baru kembali pada sore hari.Begitu Joshua masuk, dia melihat Yasmin. Joshua bertanya dengan peduli, "Sudah datang? Kamu sudah sehat, 'kan?""Walaupun aku masih nggak enak badan sedikit, aku nggak bisa membiarkan itu memengaruhi pekerjaanku," kata Yasmin dengan sengaja. Melihat Joshua menuju ke kantornya, Yasmin buru-buru berdiri, lalu menghampirinya. "Pak, apa sekarang Bapak punya waktu?""Ada. Kebetulan ada yang ingin kukatakan padamu. Aku mau pergi ke Gru
Dari awal raut wajah Irene sudah tidak terlihat tenang. Dia tampak panik dan dia memperhatikan wajah Daniel.Yasmin menghentikan rekaman tersebut, lalu dia menaruh kembali ponselnya ke dalam rok kantongnya. Dia menikmati adegan ‘kematian' Irene.Bagaimana Irene tidak kepikiran Yasmin akan merekam percakapan mereka?Saat Yasmin melihat Irene memasuki ruangannya, Yasmin sedang memegang ponselnya. Kemudian, dia langsung merekam percakapan mereka.Irene lengah oleh tindakan Yasmin. Irene pun langsung menjelaskan diri kepada Daniel, "Bukan aku. Aku hanya nggak menyangkalnya. Daniel, kamu harus percaya padaku. Kamu paling mengerti aku."Joshua yang sedang duduk di sisi lain mendorong kacamatanya. Dia bahkan tidak berani bernapas.Tubuh Daniel telah menyebarkan aura yang kuat. Ini jelas bukan hal baik."Yasmin yang sudah memprovokasiku, makanya aku bilang kata-kata seperti itu. Aku sudah dijebak olehnya," kata Irene dengan tampang sedih.Dia sungguh terlihat kasihan.Sayangnya, Yasmin dapat m