Yasmin berjongkok dan mengelus kepala mereka. Dia tidak tahu bagaimana memberi tahu mereka tentang masalah orang dewasa. Anak-anak seharusnya hidup dengan gembira dan ceria."Kita nggak pergi keluar. Mama datang untuk melihat kalian karena malam ini Mama bekerja. Nenek juga sedang ada urusan, jadi dia nggak datang ..." ujar Yasmin.Ketiga anak itu menatap ibu mereka dengan mulut dikerucutkan. Mereka tampak tidak berdaya.Yasmin pun merasa bersalah. "Nanti tunggu Mama sudah nggak sibuk, Mama baru membawa kalian keluar, ya."Seorang anak laki-laki datang dan berkata, "Kak, apa Julian dan yang lainnya boleh tidur di sekolah bersama kami malam ini?"Ketiga anak itu ragu-ragu.Yasmin bertanya, "Mau tidur di sekolah?""Mau!"Yasmin merasa ada teman bermain juga sangat bagus.Setelah berbicara sebentar dengan guru, Yasmin bersiap-siap untuk pergi dari sekolah.Ponsel Sofia masih tidak aktif.Saat Yasmin tidak tahu harus berbuat apa, muncul suara mesin mobil di belakang.Yasmin menoleh. Mobil
"Pak Raymond?" Polisi itu terkejut ketika melihat Raymond.Lagi pula, Raymond terkenal di bidang pendidikan dan polisi itu berpangkat tinggi. Jadi, polisi itu tentu saja mengenali Raymond.Raymond menganggukkan kepalanya. "Sofia Tiopan adalah karyawan sekolah kami. Dia terkena musibah setelah pulang kerja, jadi sekolah memiliki tanggung jawab.""Karena Pak Raymond bersedia menanggungnya, silakan membahas kompensasinya dengan anggota keluarga. Bagaimana?" tanya polisi itu.Yasmin menolak, "Nggak perlu. Ini nggak ada hubungannya dengan sekolah. Ini memang terjadi setelah ibuku pulang kerja, tapi tanteku yang menjemputnya. Bagaimana ini adalah salah sekolah?" Dia berbalik untuk menatap Raymond. Air matanya berlinang dan Yasmin berkata dengan suara gemetar, "Pak Raymond, terima kasih sudah mengantarku. Aku nggak akan mengganggumu lagi.""Turut berduka cita." Raymond pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Setelah menatap Yasmin lekat-lekat untuk beberapa saat, Raymond pergi.Namun, polisi itu m
Masih ada bekas air mata di wajah Yasmin. Dia menatap Daniel. Yasmin merasa ketika orang sedang terluka, orang itu menjadi berani dan tidak memerlukan alkohol."Apa yang mau kamu lakukan?""Temani aku makan.""Kamu bisa mencari wanita mana pun. Kezia bahkan akan merasa senang. Kenapa harus aku dan kenapa harus hari ini? Apa kamu sangat membenciku?" tanya Yasmin."Kamu sangat sedih?" tanya Daniel.Untuk sesaat, Yasmin tidak bisa menjawabnya."Dia adalah kerabatmu. Sejujurnya, aku nggak akan merasakan hal yang sama.""Karena kamu nggak punya perasaan! Kamu nggak hanya acuh tak acuh terhadap orang luar, tapi juga dengan keluargamu sendiri. Aku tanya padamu, di dunia ini apa ada orang yang sungguh-sungguh memedulikanmu bukan karena uang dan posisimu?""Katakan itu lagi!" ucap Daniel dengan sinis.Yasmin pun merinding. Dia menggigit bibirnya dan merasa takut.Daniel mendekat. Yasmin yang ketakutan menjerit, "Ah!"Daniel menekan wajah Yasmin ke kursi. "Kenapa nggak berbicara lagi?"Napas Yas
Nico merasa rasa sakit di pergelangan tangannya perlahan-lahan menjalar ke seluruh lengannya. Sebelum dia bisa membuat keputusan, tangannya sudah tidak bertenaga dan melepaskan lengan Yasmin.Daniel langsung memutar lengan Nico. Kemudian, terdengar teriakan Nico dan suara patah tulang."Pergi!"Nico tidak menyangka dia akan berpapasan dengan pria itu lagi. Dia pun berlari ketakutan.Daniel ingin memeriksa lengan Yasmin, tapi Yasmin melangkah mundur. "Aku nggak butuh kebaikanmu! Lagi pula, bukankah hal ini terjadi karenamu? Kamu membiarkan orang lain mengira aku menjual tubuh. Kamu mempermalukanku di mana-mana. Sepertinya kamu senang sekali, 'kan?!"Raut wajah Daniel berubah menjadi masam."Nggak apa-apa. Siapa suruh aku sial?" Yasmin mentertawakan dirinya sendiri. Setelah dia selesai berbicara, dia masuk ke toilet wanita.Setelah dia masuk, dia berdiri di depan kaca. Dia memandang cerminannya sendiri. Air matanya mau menetes lagi, jadi dia mendongakkan kepalanya. Kemudian, dia menenang
Yasmin tidak punya mood untuk berbaur dengan suasana ini. Mereka seperti di dua dunia yang berbeda.Yasmin merasa tidak pada tempatnya.Apa Daniel benar-benar hanya memintanya duduk dan melihat mereka bersosialisasi?Kenapa Yasmin merasa Daniel adalah pria yang tidak akan melakukan sesuatu tanpa tujuan?Yasmin melihat Raymond yang sedang duduk di seberangnya. Pria itu juga terlihat normal. Setiap gerakannya anggun dan penuh pesona."Kenapa kamu nggak minum?" Daniel menoleh untuk melihat Yasmin.Di bawah cahaya lampu, mata tegas itu sulit dibaca dan membuat orang ketakutan.Yasmin berbisik, "Apa aku boleh pulang? Aku sungguh nggak berminat dengan hal ini."Malam ini, dia lebih cocok menemani abu ibunya ...."Sabar. Acara utamanya belum mulai."Yasmin langsung merinding. Dia melihat Daniel dengan gelisah. Kalimat 'apa yang ingin kamu lakukan' belum keluar dari mulut Yasmin.Pintu ruang VIP terbuka. Seorang pengawal masuk, lalu dia membungkuk dengan hormat sambil berkata, "Tuan Daniel, se
Mereka pun sudah tidak punya selera minum alkohol. Mereka tidak tahu sebaiknya meletakkan gelas di tangan mereka atau tidak.Undangan ini seperti sebuah peringatan.Kepala sekolah memang berbeda. Sepertinya Raymond memiliki mental terkuat. Reaksi negatifnya hanya mengerutkan alis.Namun, Yasmin tidak tahan lagi. "Cukup!"Dia mengira dia akan dipermalukan lagi. Dia tidak menyangka akan terjadi adegan kekerasan seperti ini! Apa pun itu, Yasmin sudah tidak tahan.Ekspresi Daniel tampak sangat cuek ketika dia berkata, "Kamu nggak usah memohon untuk mereka. Lanjutkan!"Setelah itu, terdengar teriakan lagi. Tuan Victor terjatuh ke lantai. Dia berguling-guling sambil memeluk tangannya yang dipotong.Berikutnya adalah Tuan Bobby. Ujung pisau yang menusuk tangannya sangat kuat sehingga ia hampir menembus papan lantai.Suara ratapan memenuhi ruang VIP. Orang yang tidak tahu apa-apa akan mengira ini adalah rumah jagal!Darah mengalir ke seluruh lantai. Sangat menyeramkan.Setelah semuanya selesai
"Nenek bilang Mama sangat capek, jadi kami harus menjaga Mama baik-baik!""Kami sudah besar! Kami kuat!" kata Julius.Yasmin yang terhibur ingin tertawa, tapi air matanya tidak berhenti mengalir. "Ya, kalian sudah besar. Selama ada kalian, Mama senang .... Nanti kita cari tempat untuk Nenek tidur, ya.""Oke ...." Ketiga anak itu memeluk Yasmin dengan erat.Yasmin memeluk mereka kembali sambil menangis.Pada akhirnya, dia hanya bisa bergantung pada anak-anaknya.Di dalam kulkas ada sayuran. Anak-anak sedang bermain di ruang tamu. Yasmin pun memasakkan makan malam di dapur.Saat telur sedang direbus di dalam panci, Yasmin mengeluarkan ponselnya untuk melihat keberadaan Daniel.Pria itu sedang di Grup Naga.Yasmin menggigit bibirnya sambil berpikir. Dulu ketika ibunya masih hidup, Daniel tidak akan masuk rumah. Bagaimana dengan sekarang? Daniel pasti tidak peduli lagi.Yang lebih menakutkan adalah sekarang ada anak-anaknya.Begitu Daniel masuk, dia akan melihat anak-anak. Kalau begitu, ta
Ketika mereka di luar, Yasmin takut ada yang akan menyadari mereka."Malam mau makan apa? Mama akan memasaknya untuk kalian," tanya Yasmin.Julian mengangkat tangannya sambil menjawab, "Aku mau makan es krim!"Julius dan Julia segera menyahut, "Aku juga!"Yasmin tertawa dengan pasrah. "Makan malam, makan malam. Bukan camilan.""Boleh jadi makan malam," kata Julia dengan imut.Yasmin tidak akan menyetujui itu. Tidak peduli seberapa imut mereka, itu tidak berguna.Kemudian, ponsel di dalam tasnya berdering. Yasmin mengusap kepala mereka sambil berkata, "Pergi main sana. Mama mau mengangkat telepon .... Halo?""Yasmin, ini Tante. Sekarang Tante sudah nggak apa-apa. Mereka nggak punya bukti yang membuktikan kalau aku adalah pembunuhnya. Apa aku yang membunuhnya hanya karena ponsel Sofia di mobilku? Benar-benar konyol! Yasmin, malam ini kita makan bersama, ya?""Hari ini aku baru pergi ke kuburan untuk mengubur ibuku. Aku benar-benar nggak punya selera makan. Lain kali.""Baiklah. Tante ing