Share

Chapter 2

Author: Katiram
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

“Kenapa kamu menghindar?” tanya Candra dengan nada lantang di depan muka Latifa yang sedang meringkuk ketakutan.

Namun Latifa sempat merasa mual karena mencium aroma alkohol dari mulut Candra yang menandakan jika pria itu sedang mabuk.

Karena memang ada pesta alkohol sebagai penutup acara pernikahan tersebut karena itu permintaan dari pihak keluarga Candra dengan alasan tradisi.

“Apa yang kurang dariku Latifa! aku bersedia untuk melakukan apapun yang kamu mau, tapi kenapa kamu malah melakukan semua ini kepadaku? kenapa!” Teriak Candra menggelegar seraya melempari barang yang ada di nakas.

“C-candra apa kamu mabuk?” tanya Latifa dengan terbatah karena seluruh badanya gemetar.

“Masa Bodoh! tau apa kau?” Candra mendekat kearah Latifa lalu mendorong gadis itu hingga terjatuh dan kepalanya membentur sudut ranjang sampai berdarah.

“L-latifa? apa kamu baik-baik saja?” tanya Candra khawatir ketika melihat Latifa terbaring lemas dan hampir kehilangan kesadaran.

Namun secara perlahan kesadaran Latifa mulai menghilang, samar-samar Latifa melihat Candra yang perlahan mendekatinya namun perlahan pandangannya mulai melebur dan akhirnya menghitam sepenuhnya.

***

“Cantik sekali” puji Erlando sembari membelai rambut Latifa.

Latifa yang pada dasarnya sangat mencintai Erlando hanya tersenyum dan terlena setiap tindakan Erlando.

Erlando memajukan wajahnya kepada wajah Latifa lalu akhirnya kedua bibir mereka saling bertautan hingga nafsu keduanya semakin membara, Tangan lelaki itu aktif menyusuri setiap lekuk tubuh Latifa dengan halus, sebelum akhirnya melepas tautan kancing baju gadis itu sampai menyisakan pakaian dalam saja.

“Lando!” Latifa menahan dada Erlando secara tiba-tiba yang membuat Erlando mengernyit heran.

“Ada apa sayang?” Tanya Erlando dengan lembut seraya memainkan rambut Latifa.

Latifa hanya menggelengkan kepalanya, Erlando tersenyum tipis lalu memindahkan kedua tangan Latifa yang menahannya tersebut ke atas kepala Latifa.

“Percayalah padaku” bisik Erlando tepat di telinga Latifa.

Keduanya lalu melakukan suatu kegiatan panas dan penuh gairah, saling memadu kasih tanpa memikirkan terkait resiko yang nantinya akan merugikan mereka berdua.

“Kau anak yang berbakat, berusahalah agar kehamilan ini murni hasil dari benih cinta antara kamu dan suamimu, maka kamu akan baik-baik saja Latifa, turuti apa kata ibumu”

Latifa terduduk, ia merasa sesak nafas setelah mengalami mimpi yang berasal dari potongan-potongan ingatannya tersebut.

PLOK PLOK PLOK

Suara tepuk tangan menggema di seluruh ruangan.

“Bagus, Bagus banget! setuju nikah sama gue biar anaknya diakui sebagai anak yang sah dalam pernikahan, licik juga ya lo!” Tekan Candra kepada Latifa.

“Candra aku bisa jelas-”

“Ssst, udah jelas kok, tapi lo kurang pinter, seharusnya lo mau gue gauli, biar apa? biar sandiwara lo berjalan dengan mulusss! tapi, sayangnya gue udah gak nafsu lagi” ucap Candra seraya mencondongkan wajahnya kepada wajah Latifa.

Candra memundurkan kembali tubuhnya lalu memakai kaca mata hitam.

“Tapi tenang saja, ayah lo udah ngasih gue jaminan tanah buat hadiah pernikahan kita, gak bakalan gue ceraikan kok, dan anak itu tetap gue akui anak gue secara hukum”

“Tapi, lo gak berhak ngelarang gue sebagai seorang suami untuk dekat dengan wanita lain, sebagai jaminan lain, nafkah akan tetap gue kasih dengan syarat lo harus mau jadi pembantu gue”

Setelah mengucapkan hal tersebut, Candra segera pergi dari kamar inap Latifa meninggalkan wanita itu seorang diri dengan rasa putus asa nya.

“Maaf bu, aku tidak mampu menjalankan perinta ibu” lirihnya sembari menangis.

***

“kak Latifa, tolong siapkan makananku!”

“Jangan lupa cuci pakaian ku juga kak, kalau yang warna putih di kucek yah!”

“Tolong tata rambutku Kak!”

Suara-suara ipar Latifa yang sesuka hati memerintah Latifa, Latifa hanya bisa pasrah untuk menuruti kemauannya karena saat ini ia menjadi pembantu di rumah suaminya sendiri.

Namun meski Candra tidak memberitahukan hal tersebut kepada para adik dan ibunya, tetap saja mereka melakukan yang semena-mena karena mereka tau jika Candra tidak akan memperdulikan hal-hal seperti ini.

“Nyonya biar aku saja, nyonya dari tadi sudah bekerja padahal sekarang Nyonya sudah hamil 9 bulan.” tawar bi Ina yang merupakan salah satu pembantu yang paling peduli dengan Latifa.

Sebenarnya Tuan rumah hanya Latifa dan Candra tapi ipar Candra sekaligus ibunya sering datang untuk berkunjung padahal tujuannya hanya untuk mempersulit Latifa dan berbuat seenaknya saja.

Bahkan mereka bisa menginap berhari-hari disana namun Candra benar-benar tidak memperdulikannya karena Candra juga jarang di rumah dan hampir tidak pernah.

“Heh Ina! jangan mengajak ngobrol kakak saja! nanti pekerjaan rumah gak akan selesai-selesai!” Tegur Andin yang merupakan adik bungsu Candra yang masih SMP.

“Iya Ina, biar kakak bisa konsisten, iya kan kak?” Rayu Dhini, adik kedua Candra yang duduk di bangku SMA sembari mengelus bahu Latifa.

“Baiklah-baiklah, sekarang kita kembali ke aktivitas masing-masing, oke!” putus Latifa yang segera beranjak pergi untuk kembali melakukan aktivitasnya menjadi pembantu keluarga sendiri.

“kak Latifa, kalung ini bagus, bisa aku menyimpannya?” tanya Andin sembari menunjukkan sebuah kalung emas pemberian ibu Latifa.

“Selain itu saja yah, itu kakak dapat dari ibu kakak” bujuk Latifa namun Andin masih bersikeras menginginkan kalung tersebut.

“Gak mau! aku maunya ini kak! ini bagus banget, pokoknya kakak harus memberikanku kalung ini titik!”

“Tidak bisa Andin! ini hak kakak karena barang itu milik kakak, sekarang kembalikan!” tegas Latifa namun malah membuat Andin menangis.

Di waktu yang tidak tepat, Candra muncul entah dari mana, Andin yang melihat kakaknya tersebut langsung mendekap Candra dan memberitahukan jika Latifa sangat pelit.

“Apa ini latifa? Kenapa kamu bisa sekejam itu dengan iparmu sendiri? padahal aku sudah memberikan kepadamu segala hal dari mulai perhiasan, pakaian dan uang, apa itu tidak cukup?”

“Ini berbeda Candra, itu kalung pemberian ibuku, jadi aku tidak bisa memberikannya begitu saja”

“Memangnya antara raga dan tubuh ibumu sudah terpisah? tidak kan, kau bisa mendapatkannya lagi”

Dada Latifa kembang kempis, ia merasa jika Candra sudah keterlaluan karena telah mempermalukannya di hadapan iparnya sendiri.

“Baik kalau begitu, ambil saja itu, pendapatku tidak akan ada gunanya kan disini?” setelah itu Latifa merasa pusing, perutnya terasa terlilit, bahkan ia merasa jika air ketuban nya pecah.

Samar-samar terdengar suara riuh orang-orang disekitar bahkan untuk sekian lama Latifa akhirnya melihat raut wajah khawatir suaminya itu walaupun tidak jelas.

Setelah itu, ia sama sekali tidak sadarkan diri, entah apa yang terjadi, ia sempat mendengar suara dentuman roda brankar rumah sakit yang melaju cepat memasuki sebuah ruangan sunyi.

Namun apapun yang terjadi, Latifa terus berusaha berdoa agar bayi yang ia kandung selamat, tidak peduli dengan apa yang akan menerpanya, jika pilihan antara nyawa ibu atau anak, Latifa berharap Candra lebih memilih untuk mempertahankan anaknya dibandingkan manusia benalu semacam dirinya.

Kaugnay na kabanata

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    Chapter 3

    Latifa mengerjapkan kedua matanya secara perlahan, hal pertama yang ia lihat adalah sebuah kamar bernuansa putih dengan aroma obat-obatan yang sangat menyeruak di hidungnya.“Aduh kepalaku” ringisnya karena merasa ngilu di bagian kepala.“Nyonya, apa nyonya merasa sangat sakit? kalau gitu saya panggilkan dokter dulu yah?” ucap Ina yang bersiap untuk pergi memanggil dokter namun dengan segera Latifa mencegahnya."Jangan bi, aku tidak apa-apa"“Tapi nyonya, kondisi nyonya saat ini-”“Tidak apa-apa bi, di-dimana anakku?” tanya Latifa yang baru saja menyadari jika perutnya sudah mengecil.“Ada di ruang perawatan bayi baru lahir nyonya, kemungkinan setelah ini akan diantar ke kamar Nyonya.” jelas ina membuat Latifa menganggukkan kepalanya.“Bi, dimana Candra?” tanya Latifa penasaran karena sejak dari tadi ia tidak menemukan keberadaan Candra.“Tuan Candra-” Ina terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, namun Latifa sudah memahami apa yang akan dikatakan oleh Ina.“Tidak apa-apa bi, aku paham

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    Chapter 4

    Latifa terlihat sibuk memilih bahan-bahan masakan yang ia beli untuk disajikan saat party suaminya nanti malam.“Nyonya, biar saya yang siapkan saja, lebih baik nyonya istirahat yah di kamar” Bujuk Ina karena melihat banyak sekali tumpukan bahan masakan yang harus diolah hari ini juga.“Tidak apa-apa Bi Ina, profesiku juga sebagai ibu rumah tangga disini, sedangkan kamu tau sendiri kan tugas ibu rumah tangga seperti apa?” Walaupun terdengar miris karena kenyataanya aku dijadikan pembantu oleh suamiku sendiri.Suara pilu yang berasal dari batin Latifa.“Tetap saja nyonya, nyonya di sini juga sebagai nyonya rumah ini, seharusnya nyonya tidak perlu melakukan pekerjaan rumah juga, hanya perlu mengawasi saya dan lainya saja sudah cukup nyonya!” ucap Ina bersih keras.“Tidak Ina, tugas kalian dan para pelayan lain itu untuk membantuku, bukan berarti semuanya harus kalian yang melakukan, aku sebagai ibu rumah tangga di sini juga perlu bekerja” ucap Latifa tak kalah bersih kerasnya.“Tapi nyo

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    Chapter 5

    Latifa merasa pilu setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Candra, bahkan ketika Latifa menatap Candra, pria itu langsung mengalihkan pandangannya.“Lantas dimana istrimu Candra?” tanya wanita tersebut lagi dengan nada manja.“Aku, belum memiliki istri” Latifa memejamkan kedua matanya karena merasa perih, yang mana air matanya langsung menetes membasahi pipinya.Sekalipun pengakuan, apakah hal itu sama sekali tidak pantas aku dapatkan?Cetus Latifa dalam hati.“Hei! apa kalian sudah selesai? kalau sudah keluarlah! biar party ini bisa segera dimulai” Sahut salah satu teman laki-laki Candra.Latifa maupun Ina segera keluar dari ruangan tersebut dengan tergesa-gesah, begitu Latifa, Ina serta Tiara keluar, terdengar samar-samar suara riuh yang pertanda party telah di mulai.“Bi Ina, tidurlah, kau pasti kelelahan karena telah menyiapkan semuanya” pintah Latifa, ina tidak mampu berkata apa-apa ia hanya menganggukan kepalanya.Latifa pergi sembari menggendong Tiara menuju ke kamarnya, namu

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 6

    Erlando yang menyadari keberadaan Latifa lantas langsung berdiri dari tempat duduknya, sembari menatap lekat Latifa. Latifa dengan perlahan mendekati Erlando dengan raut wajah yang datar. Buru-buru Erlando menyingkir lalu memberikan tempat duduk kepada Latifa. “Silahkan duduk” ucapnya mempersilahkan. Latifa hanya melihat saja namun enggan untuk duduk di tempat duduk tersebut. “Tidak perlu” ucap Latifa dengan ketus. Erlando hanya tersenyum memaklumi, dari awal ia yang patut dipersalahkan karena dengan tiba-tiba menghilang tanpa mengabari Latifa terlebih dahulu. “Kenapa kau melakukan semua ini?” tanya Latifa dengan sinis. “Karena hanya ini yang dapat membuat ku bertemu denganmu Latifa, apa kamu tidak merindukanku?” Latifa berdecih ketika mendengar perkataan Erlando, setelah itu ia menatap pria tersebut dengan tajam. “Merindukanku? apa kau tidak ingat? kau yang meninggalkan ku waktu itu, apa kau tidak tau… bagaimana menderitanya aku setelah kau tinggal!” sentak Latifa tanpa sad

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 7

    “Ma, apa kita harus jalan kaki ya sampai ke jalan raya?” tanya Tiara ketika tengah berjalan kaki bersama Latifa dari rumahnya menuju jalan raya. “Iya sayang, anggap saja lagi olahraga yah, semangat!” ucap Latifa sembari mengepalkan satu tangan dan menunjukkannya kepada Tiara. “Iya! Semangat!” balas Tiara seraya mempraktikkan apa yang ibunya lakukan. Setelah itu mereka berdua melanjutkan untuk berjalan beriringan menuju jalan raya berada. Sekitar 10 menit akhirnya mereka sampai. “Untung kita berangkat lebih pagi yah, kalau tidak, pasti kita akan terlambat” ucap Latifa yang diangguki oleh Tiara. “Setelah ini kita mau kemana Ma?” tanya Tiara dengan penasaran. “Kita menunggu angkutan umum yah di sini, pasti sebentar lagi akan sampai” jawab Latifa sembari mengelus rambut Tiara dengan lembut. “Apa mereka akan menghampiri kita?” tanya Tiara lagi. “Pasti, karena supir angkutan umum dan supir-supir lainya itu mencari penumpang, mereka akan berhenti jika kapasitas yang ada di dalam kend

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 8

    “Bagaimana usahamu waktu itu Tuan? Apakah ada kemajuan?” tanya Linda kepada Erlando. “Dia masih sama, tadi dia bisa mau ikut aku antar karena bujuk rayu dari Tiara” ucapnya lesu sembari bersandar di meja. “Begitukah?” tanya Linda memastikan sembari duduk di meja Erlando. “Tingkahmu Linda!” peringat tajam dari Erlando membuat Linda buru-buru meminta maaf lalu duduk dengan benar di kursi depan meja Erlando. “Apa kau… sudah menyuruh pria tidak berguna itu untuk mempekerjakan para pelayan yang telah ku siapkan?” “Tentu saja sudah Tuan, dia langsung menurut walaupun aku harus melakukan ewh… bersama dia” ucap Linda sembari bergidik karena merasa jijik. “Kalau kamu tidak kuat untuk melakukan hal itu, jangan dipaksa Linda, kita bisa melakukan cara lain”“Oh ayolah Tuan! Aku sudah melakukan hal ini sebelum bekerja bersama dengan Tuan, Tua yang mengangkat derajatku dengan menjadikan ku asisten di perusahaan ini, dan ini lah saatnya aku membalas budi”“Tapi-”“Sudahlah, orang tidak berguna

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 9

    Latifa mengamati isi dari kotak tersebut secara detail. “Ini seperti barang-barang untuk anak kecil” gumam Latifa. Isi dari kotak tersebut terdapat sebuah peralatan Tuan putri untuk anak-anak, seperti gaun, mahkota, make-up mainan serta buku dongeng princess. Dan seluruh barang tersebut berwarna ungu, yang merupakan warna kesukaan Tiara. “Mama! Tadi Tiara cari-cari tau!” gerutu Tiara sembari melipat kedua tangannya di dada. Namun raut wajahnya berubah ketika melihat apa yang dibawa Latifa. “Mama… itu apa?” tanya Tiara sembari menunjuk barang yang ada di pangkuan Latifa. “Oh ini-”“Apa itu untuk Tiara!” sela Tiara dengan girang sebelum Latifa menyelesaikan omongannya. Tiara segera mengambil alih barang-barang itu dari tangan Latifa lalu mengamatinya satu persatu dengan mata yang berbinar. “Warna ungu kesukaan Tiara!” serunya sembari memakai mahkota di kepalanya. ‘Sebenarnya siapa yang memberikan ini semua? Dan… bagaimana bisa tau jika Tiara menyukai warna ungu?’Batin Latifa

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 10

    Latifa memijat dahinya seraya menundukkan kepalanya karena merasa agak pusing. ‘Ini tidak bisa dibiarkan!’Seru Latifa dalam hati. “Maaf pak, ini atas nama siapa yah yang beli?”“Pembeli tidak mengizinkan kami untuk mengungkapkan identitasnya Nyonya, sebaiknya anda tanda tangani saja berkas ini” ucap Staff dealer tersebut kepada Latifa. “Apa anda tidak salah alamat?” tanya Latifa kembali untuk memastikannya. “Tidak Nyonya, ini benar-benar sesuai dengan alamat anda”“Sepertinya saya tidak bisa menerimanya pak, bisa anda kembalikan saja kepada pengirimnya?” “Tapi-”“Latifa… Sebaiknya kamu menerimanya saja, kemungkinan besar ini adalah pemberian dari seseorang yang menganggapmu berharga, apa kamu tidak merasa kasihan jika seseorang tadi sudah berniat yang terbaik buatmu, kamu malah menolaknya secara cuma-cuma?” sela Linda dengan cepat. ‘Semoga saja dengan begini dia akan luluh, karena bagaimanapun, tugas Tuan Erlando kepadaku adalah memastikan jika Nona Latifa mau menerima pemberia

Pinakabagong kabanata

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 62

    Semua orang termasuk Latifa dan Erlando terkejut ketika mendengar pernyataan dari Tiara barusa. “Kenapa Tiara bisa berbicara seperti itu Nak?” tanya Latifa dengan lembut. “Kenapa lagi? Om Erlando banyak yang membantu kita Ibu, dibandingkan dengan Ayah, Om Erlando yang terbaik!” seru Tiara membuat Herman dan Haidah tersenyum. “Nak, asalkan kamu tau, Om Erlando sebenarnya adalah Ayah kandungmu” ucapan Latifa membuat Tiara maupun Herman terkejut. “Apa maksud Mama?” tanya Tiara dengan tatapan yang tidak mengerti. “Iya Latifa, apa maksudmu?” sahut Herman yang mau mendekati Latifa namun Haidah dengan segera menahannya. Latifa memejamkan kedua matanya lalu menghela nafasnya secara perlahan. “Jadi, sebenarnya Ayah biologis Tiara adalah Erlando bukan Candra, aku berusaha untuk menyembunyikan ini semua karena aku takut, bahkan Candra sendiri mengetahui semua itu, mangkanya dia berusaha mati-matian untuk mengabaikan ku dan Tiara karena pada dasarnya Tiara bukanlah Anaknya” ungkap Latifa m

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 61

    Beberapa waktu berlalu, akhirnya Erlando kembali dengan lengan bekas infus. “Bagaimana Erlando? Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Latifa sembari berlari mendekati Erlando. Erlando hanya mengangguk sebagai jawabannya, namun sebetulnya ada banyak pertanyaan yang muncul di benak Erlando. Namun karena waktu belum tepat untuk ia tanyakan, akhirnya ia memilih untuk diam. “Sini Nak, sepertinya kau pusing karena donor darah itu” ucap Haidah sembari menuntun Erlando untuk duduk di kursi tunggu. “Maaf yah Nak, kamu jadi seperti ini karena harus mendonorkan darah cukup untuk Tiara” ucap Herman kepada Erlando. “Iya Om, saya pun merasa senang, bisa berguna untuk menolong putri kecil Tiaraku” ucap Erlando sembari menekan kata ‘Tiaraku’ dan juga ia memandang Latifa dengan tatapan tajam yang langsung membuat Latifa mengalihkan pandangannya ke arah lain. ‘Ya Allah, aku harus apa setelah ini’ ucap Latifa dalam hatinya. Dan Haidah yang peka akan kondisi Awkward tersebut membuat ia segera me

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 60

    “Halo sayang, kamu apa kabar?” sapa Candra dari seberang sana.Latifa terkejut ketika mendengar suara Candra, kemudian ia menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang tengah meneleponnya. Namun ternyata nomor tersebut tidak memiliki nama, alias nomor tidak dikenal. Latifa kembali menempelkan ponselnya tersebut kepada telinganya lagi. “Ada apa Candra?” tanya Latifa dengan nada yang kurang bersahabat. “Santai saja sayang, aku hanya ingin menanyai kabarmu saja kok” ucap Candra sembari mengerling nakal. Sementara Latifa bergidik ngeri mendengarnya. “Kalau tidak ada yang penting, sepertinya aku harus menutup telfon-”“Eh jangan Latifa! Sebenarnya ada hal yang ingin aku ungkapkan!” sela Candra dengan cepat yang membuat Latifa menghentikan tindakan untuk mematikan sambungan teleponnya tersebut. “Langsung katakan saja Mas” ucap Latifa to the point. “Apa kamu ingin cerai denganku Latifa?” pernyataan Candra membuat Latifa terdiam. Sebenarnya Latifa masih tidak ingin mendengar kata per

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 59

    Latifa tercengang lalu mengalihkan pandangannya dari Erlando, ia cukup malu ketika Erlando dengan santai menyatakan perasaannya tersebut. “Oh iya Latifa, Kapan kamu siapa untuk… Menceraikan Candra?” tanya Erlando dengan hati-hati karena ia takut jika Latifa akan bersedih. Latifa kali ini terdiam dan berpikir, walau bagaimanapun hal ini terlalu cepat baginya untuk mengakhiri hubungan yang sudah ia jaga selama tujuh tahun. “Aku… Masih belum siap Erlando” jawab Latifa sembari menoleh ke arah Erlando. Erlando menganggukkan kepalanya. “Baiklah Latifa, aku memahami apa yang kamu rasakan, jika kamu sudah siap, jangan lupa untuk memberitahukan ku agar aku segera menguruskan semuanya” ucap Erlando. Latifa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya. Sebelumnya Erlando memang sudah menguruskan surat cerai antara Latifa dan Erlando, namun Latifa mencegahnya di tengah jalan dengan beralasan belum siap. All hasil, segala yang sudah diurus, berhenti di tengah jalan, namun Erlando bisa

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 58

    “Bagaimana jika anda menculik anaknya Latifa, agar Latifa bisa kau kendalikan Tuan Candra, dan akhirnya Erlando juga tidak mampu berbuat apapun, karena jika menurut yang saya lihat, Latifa ini tipe perempuan yang bertindak tanpa berfikir” saran Samuel kepada Candra. Candra mengelus dagunya sembari berpikir. “Anda benar juga Tuan Samuel, tapi bagaimana cara saya mencurinya jika setiap hari Erlando menjaga ketat Tiara” ucap Candra membuat Samuel berpikir. Namun tiba-tiba Anak buah Samuel mendekati Samuel lalu membisikkan sesuatu. “Tuan Candra, ternyata Erlando bodoh itu tidak menaruh penjagaan di sekolahnya Tiara saat dia sekolah, mungkin ini bisa kita jadikan peluang untuk menculik Tiara” ucap Samuel. “Baiklah, aku akan mencobanya nanti” ucap Candra kemudian. “Mari kita berjabat tangan untuk tanda partner bisnis” ucap Samuel sembari menyodorkan tangannya kepada Candra. Candra meraih tangan Samuel lalu keduanya berjabat tangan. ***Candra diam dan menunggu Tiara di balik pepohon

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 57

    Latifa serta yang lainya langsung bergegas untuk melaporkan polisi, namun butuh waktu 24 jam baru Tiara bisa dinyatakan hilang dan masa pencarian baru bisa dilakukan. Pada akhirnya Erlando menyuruh beberapa anak buahnya yang handal untuk mencari keberadaan Tiara dan mencari bukti-bukti yang ada. Latifa sendiri tidak henti untuk menangis karena ia berasumsi jika semua ini adalah ulahnya yang teledor. Karena seharusnya ia memperhatikan Tiara hingga benar-benar masuk kedalam kelasnya dahulu baru di bisa pergi dari sana. “Ini salahku Bu, salahku, padahal sinyal seorang Ibu sudah memperingati aku, namun aku tidak terlalu peka akan hal itu, aku adalah Ibu yang ping buruk di dunia ini!” ucap Latifa disela tangisan pilunya yang kini berada di dekapan Haidah. “Istighfar Nak, dengan kamu yang seperti ini, Ibu takut jika kamu akan jatuh sakit, Ibu yakin, Tiara tidak akan kenapa-kenapa percayalah” tutur Haidah yang mencoba menenangkan Latifa. “Iya Nak, istighfar, yang perlu kita lakukan sek

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 56

    “Bangun Tiara” ucap Latifa sembari menepuk-nepuk tubuh Tiara agar Tiara bangun karena harus bersekolah. Tiara menggeliat lalu mendudukkan dirinya dengan kedua mata yang masih tertutup. “Emangnya sekarang jam berapa Ma?” tanya Tiara seraya menguap. “Jam lima sayang, ayo cepet sholat habis itu mandi dan siap-siap, sekarang dah bisa mandi sendiri kan” ucap Latifa sembari mencari seragam sekolah Tiara dan menata bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas sekolah. “Siapa Mama!” seru Tiara lalu segera turun dari ranjang untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Sekitar satu jam berlalu, kini Tiara tengah ditata rambutnya oleh Latifa dengan Tiara yang asyik memakan sarapannya. Namun entah mengapa, Latifa merasakan firasat aneh, dan hal itu mengarah ke arah Tiara. ‘Ya Allah semoga tidak akan terjadi apa-apa, mengapa aku merasa tidak tenang seperti ini?’Ucap Latifa dalam hatinya. “Ma, kenapa berhenti menyisiri Tiara?” tegur Tiara membuat Latifa tersadar dari lamunannya. “Oh iya lupa, maaf y

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 55

    Ini adalah hari di mana Erlando, Tiara dan Latifa serta lainnya pergi ke Mall untuk bermain di Time Zone. Mereka sangat antusias, terutama Tiara yang terlihat paling semangat mengajari Nenek dan kakeknya serta Bi Ina untu bermain. Sedangkan Latifa dan Erlando hanya berdiri dan melihat Tiara dan lainya dari jauh. “Kamu tidak ikut Latifa?” tanya Erlando dan kepada Latifa. Latifa hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. ‘Adu! Kenapa aku harus berdiri berdampingan dengan Erlando sih?’Ucap Latifa dalam hati seraya diam-diam melirik Erlando yang terlihat fokus mengawasi Tiara. “Dengarkan aku Latifa, aku akan selalu menerimamu apa adanya apapun kondisimu sekarang ataupun masa lalu” ucap Erlando yang pandangannya masih mengarah ke Tiara. “Erlando, sebenarnya apa maksudmu? Dari kemarin kamu terus menerus berbicara sepatah kata saja, dan dari kata-katamu tadi tidak mendasar membuatku pusing” ungkap Latifa yang membuat Erlando menoleh ke arahnya. “Aku tau semua

  • Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya    CHAPTER 54

    “Tiara, apakah menurutmu, Ayahmu itu adalah benar-benar Ayahmu” tanya Erlando membuat Tiara kebingungan. Termasuk Latifa dan Haidah yang kini saling pandang lalu mengangkat kedua bahunya karena tidak mengerti maksud dari Erlando. “Maksudnya Om apa?” tanya Tiara dengan muka polosnya. “Kalau nyatanya Om adalah Ayah Tiara, apa yang Tiara lakukan?”“APA!” dengan spontan Latifa dan Haidah berteriak ketika mendengar pernyataan dari Erlando barusan. “Nenek! Mama! Kenapa kalian ada di semak-semak?” tanya Tiara dengan bingung, karena ia melihat Ibunya serta Neneknya yang berada di tempat yang tidak wajar. Latifa dan Haidah berdiri lalu membersihkan baju dan kerudung mereka dari dedaunan yang berjatuhan ke arahnya. Sedangkan Erlando sendiri salah tingkah karena ia malu, perkataan yang tadi ia katakan tidak seharusnya di dengar Latifa maupun Haidah. “Tadi Nenek sama Mamamu cuma cari-cari tanaman herbal, iya kan Latifa” jawab Haidah sembari menyenggol lengan Latifa. “Ada apa?” tanya Latif

DMCA.com Protection Status