Share

Sahabat Tapi Sah?

Author: Bibiefenimmm
last update Last Updated: 2024-12-19 22:23:20
Pintu ruang ganti kebuka, tapi Alina nggak langsung noleh. Biasanya, Darren selalu jadi orang terakhir yang keluar.

Alina ngerasa ada sosok tinggi berdiri yang melewatinya, dan pas Alina mendongak, mata yang biasa dia kagumi sedang balas ngelihatin dia. Tapi kali ini beda, bintik-bintik emas di matanya nggak keliatan. Tandanya, dia lagi kesel.

Alina lihatin ekspresinya—rahangnya kenceng, nggak nyantai sama sekali.

"Arion?" bisik Alina. "Lo kenapa?"

Arion diem berdiri di sana sambil ngerutin keningnya. Padahal, dia baru aja menang pertandingan. Alina bahkan sempet lihat cowok itu keluar lapangan bareng bokapnya, mukanya waktu itu keliatan seneng banget.

"Jangan pura-pura nggak tahu." Kulit di sekitar matanya ikut tegang. "Lo tidur sama Glen, kan?"

Alina langsung tersentak, yang jelas bikin semuanya makin salah. Darahnya naik ke kepala, tapi Alina tahan supaya nggak meledak. "Lo serius nanya kayak gitu ke gue? Setelah lo pergi semalaman sama Clarissa?"

Mukanya langsu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ngumpet di Balik Pernikahan

    Vera sama Loly tadi udah ngechat, nawarin dia buat tinggal sementara di kamar mereka sampai kamarnya selesai diperbaiki. Tapi masalahnya, tempat tidur mereka kecil, dan jadwal tidur mereka beda banget. “Kalau gitu, ayo kita ambil barang-barang lo biar semuanya bisa diberesin.” Arion maju, pegang pergelangan tangan Alina dengan lembut. “Semua barangnya udah gue cuci, jadi dia aman-aman aja,” potong Darren sambil pegang tangan Alina yang satunya lagi. Dia ngelihat ke arah Alina. “Gue bisa antar jemput lo ke kafe. Lo juga bisa tidur di sofa atau, kalau mau, di kamar gue.” Alina bengong. Ini serius banget, dan dia nggak tahu harus gimana meresponnya. Arion melirik Darren dengan tatapan tajam. “Lepasin tangannya. Gue bisa ngurus dia sendiri,” katanya dingin, masih memegang pergelangan tangan Alina dengan cengkeraman yang nggak terlalu kuat, tapi cukup untuk bikin Darren melirik ke bawah dengan sedikit senyum mengejek. “Tenang, Kapten. Gue nggak nyulik dia,” jawab Darren sambil

    Last Updated : 2024-12-20
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Kunci Pintu Rumah Arion

    "Jadi itu alasan lo?" Suara Arion serak. Alina mengangguk, terus menunduk, takut ngeliat ekspresi di wajah Arion. "Kalau gitu, ayo kita ambil barang-barang lo." Arion menyambut tangan Alina, menariknya ke arah lain. "Karena alasan yang sama, gue juga nggak tahan mikirin lo tinggal di tempat lain." Hati Alina buyar. Ini gawat. Alina sama Arion balik ke yang lain, dan Arion langsung ngasih kode ke Valerian. "Kenapa nggak lo aja yang bawa Alina ke tempat gue? Sementara gue ambil barang-barangnya dari kamar Darren sama Glen?" "Biar Clarissa dan mata-matanya nggak ngeh kalau ada yang janggal.." Valerian menaikkan alisnya. "Oke, gue sih setuju. Tapi gue butuh kuncinya." Arion ngeluarin kunci dari kantongnya terus ngasih itu ke Alina. "Ini buat buka pintu depan." "Eh, kenapa dia yang dapet kunci, bukan gue?" "Soalnya gue percaya sama dia," Arion jawab sambil nunjuk Valerian, Valerian cemberut. "Sama lo? Nggak.. Gue tau lo bakal bikin duplikat. Dan tahu-tahu gue nemu

    Last Updated : 2024-12-23
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Macet? Cuma Hati Alina yang Nggak Bisa Move On

    "Darren itu temen gue," kata Alina pelan. "Kalo bukan dia, gue mungkin aja nelpon lo." Valerian melirik Alina lagi sambil nyalain AC. "Kalaupun lo nelpon gue, dia tetep bakal sakit hati. Mungkin nggak separah itu, karena dia tahu gue nggak bakal jadi ancaman. Tapi lo jangan pura-pura nggak tahu, Alina. Lo sama Arion jelas lebih dari sekadar temen, meskipun kalian nggak pernah mendefinisikan itu." Jantung Alina berdebar kencang. Kata-kata Valerian menyadarkannya kalau Arion mungkin sama bingungnya. Mungkin itu juga alasan kenapa Clarissa marah besar kemarin. Tapi apa pun alasannya, itu nggak penting. Dari awal, Arion udah bilang pernikahan ini cuma di atas kertas. Alina setuju. Dia nggak mau repot-repot patah hati, terutama saat masih berusaha berdamai sama kehilangan kedua orang tuanya. "Gue cuma kaget dia kasih lo kesempatan buat jelasin," kata Valerian akhirnya, "Meskipun, jujur, itu di luar dugaan." "Apa maksud lo?" Alina ngelirik penasaran. "Itu cerita dia, bukan cerita g

    Last Updated : 2024-12-23
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    "Larut Malam Bareng Lo"

    Alina berjalan cepat menuju meja pelanggan sambil membawa nampan berisi minuman. Tempat itu penuh sesak, bikin dia harus ekstra hati-hati biar nggak ada yang tumpah. Tapi baru aja sampai, seorang cowok dari Royal Crest langsung menghadang. Jaketnya jelas banget nunjukin logo tim futsal mereka, dan ekspresinya? Sok banget. “Eh, lo cantik juga, ya. Minumannya ada bonus nomor HP nggak?” katanya sambil nyengir lebar, matanya jelas-jelas ngeliatin Alina dari atas sampai bawah. Alina narik napas dalam, berusaha sabar. “Maaf, gue cuma pelayan di sini, bukan customer service,” jawabnya dingin sambil naro minuman di meja. Cowok itu malah ketawa kecil, makin nyebelin. “Jangan jutek gitu dong. Gue cuma mau bikin hari lo lebih seru. Lagian, gue kapten tim futsal Royal Crest, loh. Siapa tahu lo mau ketularan hoki gue.” Dia bersandar di meja, gayanya kayak ngerasa paling keren. Temen-temennya yang duduk di meja itu malah ikut ketawa, nambahin rasa bete Alina. Alina muter mata, udah nggak

    Last Updated : 2024-12-25
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Bermalam di Zona Nyaman Arion

    Arion nuntun Alina naik tangga ke lantai satu, ngelewatin ruang tamu dan dapur, sebelum belok ke tangga lain menuju lantai dua. Di lantai atas, dia buka pintu di ujung lorong dan nyuruh Alina masuk. “Ini kamar lo.” Alina masuk, dan jujur, dia kaget bukan main. Kamar itu lebih gede dari kamar asrama Darren sama Glen kalau digabung. Tempat tidur king size ada di sisi kiri, lengkap dengan seprai biru muda dan selimut tebal yang warnanya senada. Lemari besar warna putih ada di seberang tempat tidur, dengan TV layar datar di atasnya. Nakas di kedua sisi tempat tidur juga serasi. Udara di kamar itu harum, kayak bau lemon segar. Alina ngeraba selimut di tempat tidur sambil ngelirik Arion. “Lo bersihin kamar ini sendiri?” Arion nyelipin tangannya ke saku dan mengangguk santai. “Iya. Gue nggak mau lo tidur di seprai apek yang udah lama nggak diganti. Lagian, biru kayaknya warna yang lo suka.” Alina senyum kecil. “Iya, gue suka.” Arion muterin bahunya, kayak lagi ngusir pegal. “Pa

    Last Updated : 2024-12-26
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Hasrat yang Tak Terselesaikan

    Arion mengembuskan napas panjang, matanya masih nyari-nyari jawaban di wajah Alina. "Lo yakin banget ini yang lo mau?" Alina mengangguk cepat. "Lo nggak ngerti betapa gue butuh lo sekarang. Gue nggak bohong." Arion mengusap rambut Alina, nunduk sedikit sampai keningnya nempel di kening Alina. "Lo bikin gue kehilangan kendali atas diri gue.." Tapi Arion nggak mundur. Tangannya melingkar di pinggang Alina, mereka sama-sama merasakan detak jantung masing-masing. Alina nggak perlu ngomong apa-apa lagi. Karena malam itu, semuanya udah cukup jelas. Arion nggak mundur. Tangannya melingkar di pinggang gue, dan gue bisa ngerasain detak jantungnya, sama kayak dia pasti ngerasain detak jantung gue. Kita nggak perlu ngomong apa-apa lagi. Malam itu, semuanya udah cukup jelas. "Lo nggak tau, kan, betapa lo bikin gue gila?" kata Arion pelan. Rahangnya keliatan tegang, tapi mata dia berubah gelap. Hasratnya jelas terpancar. Jantung Alina berdebar kencang, kayak mau meledak. Dia diem,

    Last Updated : 2024-12-27
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Malam yang Mengubah Segalanya

    Arion ketawa kecil, matanya berbinar nakal. "Oh ya? Gue rasa nggak gitu deh rasanya." Dia berguling turun dari tempat tidur, dan Alina hampir cemberut sampai Arion tiba-tiba ngelepas celana sama celana dalamnya. "Begini aja. Kita berdua sampai klimaks sambil humping, tapi masih pakai baju kayak pengantin baru.. Bareng lo, ini bisa jauh lebih seru daripada yang pernah gue bayangin." Arion ngejatuhin celananya ke lantai, dan Alina nggak bisa nahan pandangannya yang kini fokus ke tubuh Arion, dia polos sepenuhnya untuk pertama kalinya di depan Alina. "Arion..." Arion menyeringai lebar. "Lo suka apa yang lo lihat?" Alina mengangguk tanpa ragu. "Banget." Arion lompat balik ke tempat tidur, bikin Alina ketawa kecil karena gerakannya yang main-main. Dengan santai, Arion menarik selimut yang nutupin tubuh Alina dan ngelepas celana pendek Alina tanpa basa-basi. Alina nggak bisa nahan senyum lebar sampai pipinya sakit. Arion mendekat lagi, cium bibir Alina dengan lembut tapi

    Last Updated : 2024-12-29
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Backstreet Dulu, Biar Clarissa Gak Tau

    Panas langsung nyambar wajah Alina, dan dia sibuk ngeliatin lantai. “Eh, udah lah, nggak usah jaim-jaim lagi depan gue.” “Gue tahu... cuma, ya aneh aja rasanya.” Alina nunduk, mukanya merah. “Lo kan bilang kita cuma temenan dan nggak bisa kayak gini. Gue takut malah bikin hubungan kita jadi ribet.” Arion naruh panci sambil narik napas panjang, terus dia jalan ke arah Alina. Dengan santai, dia ngangkat dagu Alina pakai jarinya, bikin Alina nggak bisa kabur dari tatapannya. “Denger, Na. Kalau gue nggak mau, gue nggak bakal lakuin itu. Lagian gue udah gede, nggak bakal bisa dimanipulasi kayak anak kecil.” “Itu bukan manipulasi, Arion.” Alina balas tatapan Arion, meskipun jantungnya deg-degan. “Mungkin gue cuma… ya, butuh lo waktu itu. Tapi ini bikin semuanya jadi lebih ribet.” Arion ngangkat alis, mukanya kayak nahan ketawa. “Ribet apanya? Gue nggak ngerti, coba jelasin.” “Gue bukan tipe cewek yang cari ‘temen deket yang plus-plus,’ ngerti, kan?” Alina nyilangkan tangan di da

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Alina Adalah Pilihan yang Tak Direstui

    BRAKK! Pintu kamar terbuka dengan kasar. Arion tetap bersikap santai, sementara Alina tersentak kaget. Jantungnya berdebar kencang, dan ia refleks beringsut menjauh, tapi pegangan Arion di pinggangnya terlalu erat. "Apa-apaan ini, Arion? Kenapa ada dia di kamarmu?" suara Pak Remi terdengar tajam, sorot matanya penuh tekanan. Arion melirik sekilas ke arah ayahnya sebelum menunjuk ke layar TV yang masih menampilkan adegan bersambung. "Aku cuma nonton sama dia. Itu aja. Kalau nggak keberatan, kita mau lanjut," jawabnya santai. Pak Remi semakin kesal, rahangnya mengeras. "Kamu mau bikin masalah apalagi? Clarissa nangis tadi, dia sampai telepon Eric sambil sesenggukan!" Arion menghela napas panjang, lalu meraih remote untuk mematikan TV. "Aku nggak pernah nyuruh dia ngurusin hidupku yah, jadi aku nggak ngerti kenapa ayah malah nyalahin aku." Alina menahan napas. Cara Arion menanggapi ayahnya begitu cuek, seolah ini bukan masalah besar. Padahal, Pak Remi jelas-jelas tida

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion & Alina: Cinta dalam Sembunyi

    Alina menegang. Dia bisa merasakan suasana di ruangan ini berubah drastis—udara jadi lebih berat, dan tatapan Arion menggelap, penuh amarah. "Mulut lo itu," Arion mendekat selangkah, bahunya menegang. "Mau gue bikin diem?" Pria itu hanya menyeringai kecil, ekspresinya sama sekali nggak terpengaruh oleh nada tajam yang keluar dari mulut Arion. "Santai aja kali. Lagian Alina juga kayaknya seneng gue disini... By the way, kok lo balik sama Alina?" "Tch," Arion mendecakkan lidahnya, melepaskan genggaman tangannya dari Alina. "Suka-suka gue mau bawa dia kemana aja." Daniel menyipitkan mata, senyumnya tipis tapi penuh arti. "Kenapa lo bawa dia ke sini?" Dia melipat tangan di dada, menatap Arion dengan penuh minat. "Bukannya dia tinggal bareng Clarissa di villa Direktur Eric?" Alina menahan napas, berharap bisa menghilang saat itu juga. Arion melipat tangan di dada, wajahnya tanpa ekspresi. "Emangnya nggak boleh?" Daniel terkekeh, mengangkat bahu santai. "Boleh-boleh aj

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pertama Kali Masuk ke Vila Mertua

    Saat Arion menarik dirinya dari Alina, dia hanya melemparkan pandangan tajam ke Clarissa. "Ini cuma awal, Clar. Jangan ganggu hidup kami lagi." Alina, masih terengah-engah, menatap Arion—antara cemas dan bingung, belum sepenuhnya siap untuk apa yang baru saja terjadi. Tapi satu hal yang jelas, dia tahu ini bukanlah akhir dari cerita mereka. Clarissa tertawa sinis, matanya berkilat penuh amarah. "Gila. Ini semua nggak beneran kan?" "Gue nggak peduli apa yang lo pikirin." Arion menghela napas sambil menutup ritsleting koper Alina dengan gerakan cepat, lalu menarik koper itu dan menggulirkannya ke arah pintu. Clarissa masih berdiri di sana, menghalangi jalan. "Apa yang lo pikir lo lakuin?!" "Dia datang ke sini sama gue," lanjut Clarissa, nadanya penuh klaim kepemilikan. Arion menyeringai sinis. "Oh, iya? Kedengerannya lebih kayak lo bawa dia ke sini buat jadi samsak tinju lo." Dia melipat tangan di dada, menatap Clarissa dengan penuh penghinaan. "Dia bakal lebih aman d

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pernikahan Rahasia yang Harus Clarissa Percaya

    “Jangan bandingin Alina sama nyokap gue.” Arion mendengus, ekspresinya penuh rasa muak. “Lo nggak tahu apa-apa tentang dia, jadi stop ngomong asal.” Alina meletakkan tangannya di punggung Arion, berusaha menenangkannya. Tapi tubuh Arion justru makin tegang, jelas dia sedang berusaha menahan amarahnya. Clarissa melipat tangan dan memutar matanya. “Ya ampun, lo bisa yakin dari mana? Gara-gara dia pura-pura kena serangan panik di pesawat? Jangan bego, deh. Itu cuma otak bawah lo yang ngomong. Atau lebih tepatnya, kelamin lo.” Ruangan langsung terasa lebih sunyi. Napas Arion terdengar berat, dan Alina merasa seperti ada sesuatu yang akan meledak kapan saja. "Lo tahu nggak sih kalau Alina tiap hari jalan kaki ke sekolah?" "Terus kenapa?" Clarissa menatap malas sambil menghentakkan kakinya. "Lo juga tahu nggak kalau dia pulang kerja malem-malem, sendirian, pas keadaan udah nggak aman?" Clarissa mengangkat bahu santai. "Tapi nyatanya dia baik-baik aja, kan?" "Terus k

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pengakuan Arion

    Loly ketawa di ujung telepon. “Gue ngerti lo pengen banget sampai dia... you know, keluar di dalem. Tapi please, jangan lakuin itu—” “Apa sih? Nggak bakal lah,” Alina memotong cepat sebelum menutup telepon. Dia mendengus. Hamil di saat hidupnya masih berantakan? Itu hal terakhir yang Alina butuhkan. Dan dia juga nggak bakal pernah ngelakuin itu sama Arion. Rasa penasaran menggelitik dirinya saat dia berjalan cepat ke pintu belakang. Begitu dibuka, seorang cowok berdiri di ambang pintu, posturnya memenuhi kusen pintu. Celana jins dan kemeja polo warna sage yang dia pakai begitu pas di badannya. Mata cokelatnya berkilat jahil. “Hei. Lo pasti kangen sama gue.” Alina mendengus, melipat tangan di dada. “Gue kira lo tukang service mesin cuci.” Arion terkekeh pendek sebelum menariknya dalam ciuman. Alina nggak ragu buat membalas. Tangannya mencengkeram kerah bajunya, menariknya lebih dekat. Lidah mereka beradu, napas saling berburu. Arion menggeram rendah, memeluknya erat

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Loly : Jaga Arion Sebelum Kehilangan

    Dengan langkah cepat, Alina keluar dari toko dan berdiri di luar. Udara segar sedikit membantunya bernapas lebih lega. Rasa sepi tiba-tiba menyerangnya. Dia rela ngelakuin apa aja buat bisa menelepon orang tuanya. Untuk sekadar denger suara mereka lagi. Tapi sayangnya itu cuma angan-angan. Nggak ada yang bakal nyariin dia lagi. *** Beberapa jam kemudian, Alina menemukan sedikit penghiburan di kamar sementaranya... kalau bisa dibilang begitu. Kamar itu gede banget, dua kali lipat ukuran ruang tamu rumah yang pernah dia tinggali sama orang tuanya dulu. Dia rebahan di atas tempat tidur king-size dengan headboard berbulu warna krem, matanya menatap kosong ke dinding putih pucat. Bahkan seprai di kasur itu putih dan krem, seakan-akan orang yang mendekorasi ruangan ini benci warna-warna cerah. Tapi jendelanya rapi, bagian atasnya melengkung, dan langsung menghadap halaman belakang. Sebuah TV besar tergantung di dinding, dan tanpa banyak berpikir, dia menyalakannya. Ponselnya b

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Musuh dalam Selimut

    "Iya, Pak. Ini kamar pasiennya," jawab suara perempuan, mungkin perawat yang berjaga. "Kami sudah usir wartawan, dan kami bakal pastikan nggak ada orang luar yang masuk sembarangan." "Bagus," kata suara laki-laki itu. "Anak ini udah cukup menderita. Dia nggak perlu media sok tahu ganggu hidupnya. Yang terpenting adalah dia bisa sembuh dan melanjutkan hidup. Itulah alasan saya ada di sini." Dia berhenti sebentar. "Ini, ambil kartu nama saya. Semua biaya rumah sakit yang nggak ditanggung asuransi, saya yang bayar." "Baik, Pak!" "Oh iya, satu lagi." Suaranya jadi lebih rendah, tapi tetep tegas. "Nggak ada yang boleh ngomong sama dia tanpa seizin saya. Ngerti?" Alina duduk tegak di tempat tidurnya, jantungnya mulai deg-degan. Itu suara yang dia kenal. Suara yang biasa dia dengar di TV atau berita politik. Orang itu… Eric Clapton Wijaya. Direktur Horizon International Academy. Kenapa dia ada di sini? Dia nggak perlu nunggu lama buat dapat jawaban. Pintu kamar

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Flashback: Setelah Kecelakaan yang Merenggut Nyawa Ibu Alina

    Alina menelan ludah. Tawanya hampir pecah cuma karena mendengar angka itu. "Bajunya bagus, tapi makasih." "Lo gak seru," Tasha mendengus lalu kembali membolak-balik pakaian. Sementara itu, Clarissa dan Tasha terus memilih baju satu per satu, menyerahkannya pada pramuniaga untuk ditaruh di ruang ganti. Setelah sekitar empat puluh lima menit, Tasha akhirnya berkata, "Gue mau coba beberapa baju." "Gue nyusul," sahut Clarissa tanpa mengalihkan pandangan dari rak pakaian. "Jangan mutusin apa pun sebelum gue lihat itu di badan lo." Saat Tasha bergegas pergi, Clarissa melangkah cepat ke arah Alina, membawa gaun ungu yang tadi sempat ia tunjukkan. Alina tahu ada sesuatu yang direncanakan Clarissa. Kepalanya berteriak ingin kabur, tapi nggak ada tempat untuk lari. "Inget ya," desis Clarissa. "Apa?" Clarissa menusukkan jarinya ke dada Alina, senyumnya menghilang. "Lo tuh nggak cocok ada di sini." Alina cuma terkekeh sinis. "Lo yang ngajak gue ke sini, inget? Atau lo udah

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dijebak di Sarang Sosialita

    Arion baru aja buka mulut, "Tasha, udah tiga bulan sejak terakhir kali gue ketemu lo—" Tapi sebelum dia bisa lanjut, Tasha buru-buru menjatuhkan ponselnya ke meja. "Ayah! Please deh! Aku kan juga mau shopping!" Arion cuma diam, cahaya emas di matanya meredup. Awalnya, dia emang mau ngobrol sama adik tirinya, tapi jelas-jelas belanja lebih menarik buat Tasha daripada kakaknya sendiri. Pak Remi Mahendra melirik putrinya, alisnya berkerut. "Tapi Arion baru sampai, kan?" "Biarin aja, Yah. Lebih baik Tasha ikut jalan-jalan dengan Clarissa daripada dia sibuk main hp terus," kata Nyonya Mahendra sambil mengusap lengan suaminya. Pak Remi menghela napas pelan. Dengan ekspresi datar Arion mengibaskan tangannya. "Udahlah, biarin aja dia. Aku juga butuh istirahat." Suasana makin canggung. Arion berharap bisa punya waktu bareng keluarganya, tapi yang dia dapet malah ini. Tasha bahkan lebih milih jalan sama Clarissa daripada ngobrol sama kakaknya sendiri. Akhirnya, Pak Remi nge

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status