Share

ASK-048

Penulis: juskelapa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-21 23:57:24
“Indah, ayo,” ajak Arsya.

Indah masih bergeming. Bingung dan takjub dengan kehadiran Bu Eta yang di luar dugaannya. Betapa orang mudah sekali berubah sesuai dengan kepentingannya. Rasanya baru semalam mantan mertuanya itu bicara ketus dan tidak menggubrisnya sedikit pun.

“Maaf, Bu. Saya nggak bohong, kok. Alif anak saya memang ada janji dengan dokter siang ini. Kami berdua malah datang terlambat.” Indah menyambut uluran tangan Arsya dengan mendekap lengan pria itu.

Indah sengaja menekankan nama Alif agar Bu Eta sadar bahwa seorang nenek waras pasti akan bertanya soal cucunya lebih dulu.

“In ….” Bu Eta kembali memegangi lengan Indah. “Mama memang salah pakai uang perusahaan, tapi kenapa cuma Mama yang dilaporkan? Bu Lina juga tahu ini semua. Bu Lina banyak ngasih uang ke pacarnya. Harusnya kamu juga jebloskan Bu Lina ke penjara. Bukan cuma Mama!”

Tadinya Indah sudah berniat pergi, tapi ungkapan Bu Eta menahan langkah kakinya. “Apa? Barusan Ibu ngomong apa?”

Mata Bu Eta melebar. Se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (51)
goodnovel comment avatar
Elmelia Tios
benar,, setuju bgt
goodnovel comment avatar
Henny Aruan
ahhhh kak jus aku cuma bisa menduga2 z
goodnovel comment avatar
Miss Sexy Dimples
kayaknya panca yg nabrak fanny. mobilnya dijual buat ngilangin jejak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-049

    “Ini kenapa? Papanya Mas Panca kenapa?” Tak sadar Indah mengambil ponsel dari tangan Arsya untuk menonton video pendek berisi penangkapan Papa Panca. “Penggelapan dana perusahaan,” jawab Arsya dengan nada tenang. “Ini kejadian kapan? Barusan? Bu Eta nggak tahu suaminya dibawa polisi? Ini polisi, kan?” Indah meremas lengan Arsya. “Kenapa semuanya hampir bersamaan? Ini disengaja? Kriminalisasi?” Indah belum mengerti sama sekali. Arsya menggeleng. “Tidak, Indah. Tidak ada kriminalisasi di sini. Setiap anggota keluarga itu memang melakukan sesuatu yang salah. Sebelumnya saya sudah beritahu kamu kalau saya akan mengambil alih semua urusan hukum. Kamu tetap konsentrasi merawat Alif.” “Abang memanfaatkan status suami? Jangan-jangan Abang memang sengaja mendukung perceraian aku dan Mas Panca?” “Kamu bercerai atas kemauan kamu sendiri. Saya meminta kamu menjadi istri saya dan kamu menyanggupinya tanpa paksaan. Kamu ingat? Kamu ingat permintaan saya untuk tetap percaya pada saya? Kamu j

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-050

    Arsya memaksa sepasang matanya memandang Riri. Ia lalu menghela napas dan tertawa. Satu tangannya kemudian mendorong lengan Riri menjauh. “Sudah…sudah. Kembali duduk ke tempat kamu. Meski wajah kamu dan Fanny hampir serupa, tapi entah kenapa kamu terasa beda banget.” Arsya menolak meneruskan tatapan sendu Riri yang menggiringnya pada suasana romantisme.“Kamu kayaknya memang nggak cinta sama Fanny,” ujar Riri, kembali menyandarkan punggungnya ke dinding penyekat.“Kamu sudah makan? Lebih baik kamu makan dulu sebelum pulang.” Arsya menyodorkan menu pada Riri.“Pulang? Kamu udah mikirin soal pulang? Percakapan kita belum ada apa-apanya,” ujar Riri, menepis menu yang disodorkan Arsya.“Apa ada hal lain yang mau kamu bicarakan? Aku sudah update semua berita tentang keluarga Panca. Aku rasa penjelasanku sudah cukup jelas.” Arsya mengambil buku menu lain dan membuka-bukanya.“Kamu nggak dengar apa yang barusan aku tanya? Kamu nggak cinta, ya, sama Fanny? Makin ke sini kesannya kamu memang n

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-051

    Meski Alif sudah masuk ke ruang rawat dan tidur mapan di ranjangnya, Indah belum bisa meluruskan kaki karena barang bawaan yang harus ia bereskan. Setelah menyusun botol susu Alif ke mini bar, Indah duduk menunggu Bu Anum yang tadi pamit turun. Sepuluh menit mengusap-usap tangan Alif, suara pintu diketuk membuat Indah menegakkan tubuh. “Permisi …,” ucap Bu Anum, menyusul ketukannya tadi. Wanita itu mengulum senyum karena Indah memandang tentengan di tangannya dengan penasaran. “Penasaran, ya? Bisa tebak ini apa?” Bu Anum meletakkan semua bawaannya di meja ruang tamu. “Bu Anum ke bawah ngambil itu semua? Siapa yang kasih?” Indah berdiri menghampiri dan duduk di sofa. Ikut menunggui Bu Anum yang mengeluarkan satu persatu isi bungkusan super besar. Bu Anum mengangkat tas pakaian besar dan menyodorkannya pada Indah. “Ini pakaian ganti buat Mbak Indah selama di sini. Juga ada tiga set pakaian kantor kalau mau masuk kerja dari sini. Tapi Pak Abang ngomong kalau Mbak Indah sebaiknya nggak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-052

    Indah dan Arsya duduk nyaris bersebelahan. Melirik diam-diam pasti akan mudah terlihat. Apalagi kalau hal itu dilakukan terang-terangan. Indah setengah bengong dan tanpa sadar ketika meneliti penampilan Arsya. Pria itu baru saja mengatakan bahwa ia boleh bertanya. Bukankah sebaiknya ia tidak bertanya apa pun? Cukup menjalani apa yang sudah diatur Arsya untuknya, kan? Bukankah pria itu memintanya untuk percaya saja?“Penampilan kayak begini … Abang dari mana?” Indah diam beberapa detik mencerna ucapannya sendiri. Lalu Indah tak perlu waktu lama untuk menyesali pertanyaan itu. Rasanya takut sekali kalau Arsya merasa diusili.“Kayak begini?” Arsya ikut melihat penampilannya sendiri. “Memangnya kenapa dengan begini?” Arsya tidak merasa ada yang aneh atau berlebihan dengan penampilannya. Di luar jam kantor ia kebanyakan berpenampilan seperti itu untuk keluar rumah. Memangnya harus berpenampilan seperti apa lagi?“Iya, ya. Memang nggak kenapa-napa, sih. Aku aja yang baru tahu kalau penampil

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-053

    Usul Fanny memang tidak langsung diterima terang-terangan oleh Arsya. Tidak juga ditolak mentah-mentah. Karena tangan Fanny sudah menyusup cukup dalam ke kemeja Arsya dan pria itu membiarkannya.Gairah yang penasaran seiring kematangan usia kadang membuat Arsya kewalahan. Ia membiarkan tangan Fanny menggaruk dan membelai perutnya. Lalu membuka sisa kancing kemeja kantor yang sejak tadi sebenarnya masih sangat rapi.“Sepertinya kita harus bersabar sampai sah menjadi suami istri.” Arsya memejamkan mata saat bibir Fanny mengecup lehernya berpindah-pindah. Hangat napas Fanny sudah terasa menghantam kulitnya dengan terburu-buru. “Aku harus pulang …,” bisik Arsya, meraup tubuh Fanny dalam pelukan, lalu membuka mata dan menangkup wajah untuk melumat bibir wanita itu.Gumaman dan erangan tidak jelas terdengar dari sela-sela bibir keduanya. Saling menyesap dan melumat. Sampai Arsya menekan tubuh Fanny ke pintu dan membuat tubuh mereka hanya terhalang selembar kain.“Asa … malam ini nggak usah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-054

    Melihat Fanny menangis, Riri langsung diam. Ketegangan di wajahnya mengendur dan ia memungut pakaian yang tadi dicampakkan adiknya. “Udah…udah. Jangan nangis.” Riri maju memeluk Fanny. Mengusap dan menepuk-nepuk punggung adiknya sebentar. “Sebaik apa pun kita menutupi kebenaran, kebenaran akan selalu menemukan caranya untuk muncul. Cepat atau lambat. Dan solusi dari semua ini cuma berkata jujur, Fan. Kalau Arsya sayang ke kamu, dia pasti bakal tetap menerima.”“Apa harus jujur sementara aku sendiri nggak yakin apa yang dilakukan Om Tio dulu? Kayaknya nggak sampai sebegitunya.” Suara Fanny lirih meyakinkan kakak kembarnya.Riri melepaskan pelukannya. “Kalau kamu yakin, ayo periksa ke dokter. Bakal lebih nggak baik kalau kamu bohong. Andai dulu kamu nggak terlalu ramah meladeni Om Tio sebagai ayah sebenarnya.” Riri terduduk lemas. “Kalau kamu nggak bisa ngomong ke Arsya, biar aku yang ngomong. Dia laki-laki baik yang berhak tahu kebenaran.”“Kamu benar-benar mau ngomong ke Arsya? Apa ngg

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-055

    Sesaat sebelum Fanny diserempet mobil sampai menghantam aspal hujan memang tidak henti dari sore. Gerimis, lalu deras, lalu kembali gerimis yang cukup deras saat malam hari. Panca dan Mayang baru saja keluar dari night club selesai menjamu tamu atasan Panca dari luar negeri. Karena Panca setengah mabuk, Mayang menyeretnya masuk ke mobil dan memintanya untuk beristirahat sebentar sebelum mereka pulang. “Yang … kita ke hotel aja. Aku mau ini. Kamu yang nyetir. Ayo, kita switch kursi.” Tangan kiri Panca menyusup ke dalam rok pendek yang dikenakan Mayang. Dengan mata terpejam dan kepala bersandar ke jok, jemarinya dengan mudah menemukan celah kenikmatan yang dicarinya. Tertutup dengan selembar pakaian dalam dari lace yang tipis. “Kamu mabuk, aku juga masih pusing meski minum dikit. Lain kali kalau mau nyenengin atasan kamu, aku enggak mau ikut, Ca. Capek,” omel Mayang, ikut menyandarkan punggungnya di jok dan memejamkan mata. “Tapi aku mau …,” lirih Panca, telunjuknya sudah menekan tit

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-056

    “Nggak usah gila, Yang! Udah berapa kali, sih, aku bilang kalau Indah itu perempuan nggak neko-neko. Aku nggak tahu apa yang dia rasain ke aku di malam pertama. Kaku kayak dipaksa. Kayak nggak tahu mau ngapain aja. Enggak ada inisiatif apa-apa. Udah, deh, nggak usah ngomongin itu. Dia nggak pernah kenal laki-laki lain selain aku. Malam ini kamu pulang ke rumah kamu aja.” Menceritakan soal malam pertama bersama Indah membuat hasrat kecil tiba-tiba memercik dalam diri Panca. Ia membayangkan Indah yang amat jarang disentuhnya sejak menikah karena bayangan hubungan ranjang bersama Mayang. Kuduknya meremang. Tiba-tiba ia menginginkan kepolosan Indah di ranjang. “Aku antar kamu,” tukas Panca. “Enggak! Aku mau ke rumah kamu. Aku nggak mau pulang!" teriak Mayang, memukul lengan Panca. “Mayang! Kita lagi di—” BRAKK “Apa itu? Apa itu? Kamu barusan nabrak orang, Ca. Nabrak!” pekik Mayang, menoleh ke belakang. “Kita dikejar…kita dikejar!” Mayang kini mencengkeram lengan Panca. “Kamu diam!” te

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29

Bab terbaru

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-220

    Vino bukan sosok penakut. Tapi ia juga belum pernah bertindak terlalu berani. Detik itu ia berusaha keras menahan diri agar tidak menoleh kebelakang. Ia perlu waktu mencerna dan otak teknisnya yang terbiasa berpikir dengan angka memintanya untuk diam beberapa saat. Ia tidak mau gegabah. Bisa saja ada orang di sekitar sana yang mengenalinya sebagai karyawan SB Industrial Energy.Di antara riuhnya suara orang mengobrol di cafe, Vino menajamkan telinganya untuk mencari beberapa potong kata lain untuk meyakinkan dirinya.“Sore ini harus diusahakan. Lusa wanita itu akan pulang ke Jakarta. Jangan ditunda terlalu lama.” Suara berat seorang wanita kembali berbicara. Membuat Vino menegakkan tubuh seketika.“Bayaranku. Lunasi bayaranku hari ini. Aku nggak mau mengerjakan tugas berat lalu harus mencari kalian ke mana-mana. Aku tau kau pun hanya perantara. Kita di sini cuma kacung, jadi jangan saling menipu.” Balasan suara seorang laki-laki membuat keraguan Vino sirna saat itu.“Aku cuma dikasih

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-219

    Arsya sedang duduk di ruang makan dengan dua tangan memegang ponsel di meja. Sesekali Arsya mengetik dengan sangat cepat lalu menit kemudian memandang ponsel dengan senyum terkulum. Kadang Arsya tertawa kecil, kadang juga menggigit bibir bawahnya seperti sedang gemas pada sesuatu. Pada pesan terakhir yang ia tersenyum sendu. Lalu dengan sangat pelan nyaris berbisik Arsya mengucapkan, “I love you, Mrs. Subianto.” Arsya sangat tenggelam dengan percakapan melalui pesan pendek bersama Indah siang itu. Sampai-sampai Arsya tidak mendengar sepasang langkah kaki mendekatinya. “Hei, kamu pasti enggak dengar aku datang karena asyik banget bales-balesan chat-nya. Pasti lagi ngobrol sama Indah.” Dean menarik satu kursi tepat di seberang Arsya. Arsya tidak dapat menyembunyikan rasa malunya. Ia tertawa tergelak. “Mas Dean tau aja,” ucap Arsya. “Diterusin aja dulu,” kata Dean, ia ikut mengeluarkan ponselnya. “Oh, sudah selesai kok, Mas. Ada yang mau diobrolin, ya?” Arsya meletakkan ponselnya.

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-218

    “Kamu hubungi Markus pakai ponsel kamu.” Eric menunjuk tas kecil di pangkuan Tiara. “Oh, oke…oke.” Tiara cepat-cepat merogoh tasnya mengambil ponsel. Ia paham apa yang diminta Eric darinya. “Om di mana? Oh, iya. Masih di sana? Iya nih aku bilang ke Pak Eric. Ditunggu ya Om. Jangan ke mana-mana. Ke dua orang itu juga bilang jangan ke mana-mana.” Tiara lalu menyudahi telepon dan mengangguk memandang Eric. “Kalau tidak ada perubahan kita langsung ke sana.” Eric menginjak pedal gas semakin dalam dan mobil melesat ke tempat yang belakangan mereka setujui untuk bertemu. Mobil meluncur di jalan raya tidak begitu lama. Tiga puluh menit kemudian mobil sudah berkelok-kelok menuju daerah mendekati teluk laut. “Om Markus pasti di sebelah sana.” Tiara cepat-cepat turun tanpa menunggu Eric. Ia sengaja berjalan mendahului karena jantungnya berdebar saat mendengar Eric serius dengan rencananya. Apakah tidak bisa semua berjalan seperti biasa? Kalau smelter SB Industrial Energy diledakkan, kecelaka

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-217

    Tiara membasahi bibirnya. Pikiran gila yang beberapa hari belakangan menari-nari dalam benaknya seakan terkumpul menjadi satu hari itu. Saat Eric menggunakannya sebagai tempat pelampiasan sesaat, ia bahkan tidak sempat menikmati. Cek tiga ratus juta membuat ia langsung menyanggupi menjadi wanita yang bisa ditiduri Eric kapan pun pria itu mau.Celana jeans biru muda yang membalut pinggul dan pahanya yang terbilang besar. Sejak remaja ia sering dikata-katai bongsor. Ia juga sempat minder dan tak memiliki pacar sampai kuliah. Di tahun akhir jenjang diplomanya, Tiara memiliki pacar untuk pertama kali dan malah kehilangan keperawanannya.Bagi Tiara saat itu, dicintai oleh seorang di luar anggota keluarganya adalah hal yang paling membahagiakan. Meski akhirnya dicampakkan, Tiara tidak cukup belajar. Ia bahkan semakin terobsesi ingin dianggap penting oleh seorang pria, juga ingin dicintai dan dimiliki seutuhnya.Kala itu yang dilihatnya adalah sosok Eric yang baginya sangat tampan. Berkulit

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-216

    Percakapan Eric dan Tiara tempo hari tidak terputus begitu saja. Tiara yang sedikit gila dan mulai jatuh hati pada Eric malah berbinar-binar saat mendengar pengakuan Om-nya. Sayang pengakuan yang disampaikan Tiara pada Eric tidak berbuah manis. Chief Controller itu dipanggil oleh Eric dan diingatkan akan sesuatu yang membuatnya tak berkutik.Eric sedang duduk di balik meja kerja kamar hotelnya saat Tiara kembali datang dengan omnya. Eric mengacungkan sebuah pulpen dan melemparkannya pada Chief Controller.“Berengsek! Kamu kira dengan bilang tidak bersedia melakukan pekerjaan yang kuminta, kamu bisa lolos begitu saja? Kamu lupa apa yang sudah kamu terima? Kenapa baru sekarang kamu teringat bahwa SB Industrial Energy yang menafkahi keluargamu sampai saat ini? Kenapa sewaktu beli mobil baru kamu lupa itu uang dari mana? Uang itu kamu terima karena kamu mau melaporkan bahwa bahan baku sudah habis dan tungku smelter harus berhenti bekerja. Itu saja, Markus! Kerjamu sedikit dan bayarannya m

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-215

    Pada waktu yang sama di Jakarta.“Bu, ada telepon dari Sarah.” Laras berbisik dari balik bahu Bu Della.Bu Della tidak menjawab. Tatapannya tetap tertuju pada sosok Ari Subianto yang baru kembali menempati kamarnya dengan mata terpejam.“Bu, Sarah nunggu Ibu. Biar Ayah diperiksa dokter dulu. Kita ke ruang makan sekarang,” bisik Laras, mengambil alih kursi roda Bu Della dan membawanya keluar kamar.“Pasti ada kekacauan di kantor. Sarah jarang nelepon Ibu kalau bukan karena sesuatu yang penting.” Bu Della memandang Laras yang tidak bereaksi apa pun selain menunjukkan telepon wireless yang sudah di-mute-nya. “Ibu duduk di kursi aja,” sambung Bu Della, berdiri dari kursi roda dan pelan-pelan berpindah ke salah satu kursi makan.“Ngomong dulu,” kata Laras, menunjuk ponsel.Bu Della berdeham pelan. “Halo? Sarah? Kamu jarang menghubungi saya. Biasanya langsung ke Arsya. Kalau nelepon begini malah bikin saya deg-degan. Ada apa? Komisaris itu lagi, ya?”“Maaf sebelumnya kalau saya membuat Ibu

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-214

    Bukan hanya sekali dua kali Tiara menemani para petinggi mencari hiburan; menghabiskan malam untuk bersenang-senang. Beberapa kali ia bahkan menyanyikan beberapa lagu di tempat karaoke bersama para petinggi perusahaan itu. Tiara memang tidak terlalu cantik, tapi Tiara bertubuh sintal berisi yang sangat disukai para lelaki. Ajakan untuk menghabiskan malam bersama pun tak jarang ia terima. Tapi pikiran Tiara tidak pernah berpikir terlalu jauh. Sampai ketika Eric yang mengajaknya seperti saat itu. Efek yang didapatnya dari pengaruh Eric tidak akan main-main. Semua karyawan perusahaan Eric akan segan padanya. Jadi, tanpa pikir panjang Tiara menuju pintu dan menguncinya. Eric membuatnya penasaran. “Bagus…bagus. Ayo, ke sini. Saya mau kita pemanasan dulu. Pasti pernah melakukan begini, kan?” Eric mengitari meja dan duduk di kursi. Ia bicara sambil melepaskan ikat pinggang dan menurunkan resletingnya. “Saya mau kamu blowjob sekarang. Bibir kamu penuh, pasti rasanya enak. Ayo,” pinta Eric s

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-213

    Eric Widjaja mengambil beberapa sifat pria dominan pada umumnya. Ia menyukai persaingan dan tidak peduli apakah persaingan itu sehat atau tidak. Ia ingin menang dan tidak suka harga dirinya diobrak-abrik seperti yang dilakukan Arsya padanya. Egonya menuntut pembalasan. Dalam hal dunia lelaki, Eric Widjaja selalu menghindari segala bentuk ikatan. Ia beranggapan kalau teriak dengan seseorang berarti tidak bisa berkembang. Ia memiliki banyak rencana dan menjalin hubungan serius dengan wanita bukan termasuk di antaranya. Sepeninggal Mika keluar dari ruangannya, Eric mendekati Tiara dan membelai paha gadis itu. Ia menyukai Tiara karena gadis itu pemberani. Tiara tahu apa yang diinginkannya dan bersedia berkorban untuk itu. “Kamu yakin laki-laki di saja tidak ada yang curiga dengan pergerakanmu?” Eric meremas bokong Tiara. “Mereka pasti curiga seperti yang Bapak bilang. Tapi mereka nggak tahu mau mulai menyelidiki saya dari mana. Bukannya Bapak bilang hal itu semakin baik karena kita ja

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-212

    Ada jeda beberapa detik sebelum Arsya mengatakan, “Lanjutkan.” Abdul kemudian berdeham dan kembali memandang laptop. “Baiklah saya lanjutkan. Sebagai informasi bahwa penyadap belum ada dipindahkan dan masih di tempat yang sama. Saya pikir tidak apa-apa dibiarkan saja. Vino bilang penyadap itu bisa kita pakai untuk tujuan lebih baik.” “Oke, selanjutnya,” ucap Arsya dengan tatapan menyapu permukaan meja. Ia juga berpikir akan rapat sambil makan. “Saya sudah membuat surat perintah kembali beroperasional yang akan Bapak tanda tangani untuk smelter.” Vino menyodorkan lembaran kertas yang baru dicetaknya. Arsya mengangguk. “Lalu, apa dugaan penggantian pegawai wanita di sini?” tanya Arsya. “Dugaan paling buruk adalah untuk melihat pergerakan kita di sini. Memastikan bahwa kita bergerak sesuai dengan perkiraan mereka. Seperti rencana proyek Eric Widjaja yang kamu ceritakan kemarin. Harusnya mulai dari sekarang kita mulai memikirkan apa rencana mereka selanjutnya untuk menghambat kamu,”

DMCA.com Protection Status