Hah? Apanya yang bolong?! Andri sibuk mencari bolong di pakaiannya seperti apa yang kakaknya sampaikan. Sang kakak hanya mengikik geli ketika adiknya kelimpungan mencari sesuatu yang ia maksud. Lhaya Vasya bilang yang bolong itu apa?Masih menjadi misteri bagi Andri, dia heran. Bajunya tak ada yang bolong loh. Apa yang sedang kakaknya maksud. "Kakak bilang bolong kan tadi, bajuku tak ada yang bolong."Vasyapun mengangguk lalu nyengir lebar, ia meneliti ekspresi adiknya selanjutnya."Gimana sih?""Tak apa apa." "Lha terus yang ada bolongannya itu yang mana?" Nampak sekali kalau Andri gusar hanya karena sebuah bolongan yang sama sekali tak ia mengerti. Vasya hanya menggeleng sambil tersenyum. Sungguh ia hanya niat bercanda saja mengatakannya. Vasyapun tak begitu paham dengan apa yang ia katakan malah.Tapi Andri masih berbicara perihal bolongan, ia masih meminta penjelasan padahal ia bukan anak kecil yang susah mengerti, dia dewasa dan paham jika hanya bercanda."Aku sudah besar."
Wajah Vasya terlihat nelangsa sementara Jaden malah tertegun, lelaki itu tak menyangka kalau Vasya tahu segalanya. Tanpa rasa bersalah Jaden terlihat menghela nafas panjang. "Sya bukan begitu" Vasya sudah males meladeni lelaki yang suka berkelit, ia melirik sebentar kemudian kembali dalam mode menyebalkannya. Mau tak mau Vasya mengangguk patuh dengan muka masam menahan malu serta perasaan tak semestinya ia rasakan. "Aku dan Siska tak sengaja" Apa? Foto mesra yang rasanya sangat natural itu ternyata tak sengaja menurutnya. Benar benar sesuatu sekali Jaden. Apa yang sedang lelaki itu pikirkan. "Dengarkan aku, aku hanya pura pura. Aku tak punya pilihan" Pura pura tapi bisa menghasilkan foto semenakjubkan itu. Vasya hampir meneteskan air mata ketika melirik Jaden yang tanpa bersalah mengungkit moment yang merupakan bilahan pedang bagi Vasya. "Percaya padaku, itu ketidak sengajaan" Tapi ketidak sengajaanmu membuat Vasya hilang harapan, foto itu berhasil memporak porandakan hati Va
Nah!Andri yang merasa tahu langsung ikut andil bicara, ia menjelaskan bahwa ia yang memberitahu Vasya akun foto tersebut. Maklum Andri saat itu masih muda belia, ia remaja yang suka sok sokan menjadi hacker jadi masalah akun dan mencari orang dibelahan bumi manapun merupakan hal kecil baginya. "Bisa cari fotonya kembali" Nada bicara Jaden nampak normal, lelaki itu nampak berwibawa dan di bawa tenang seolah memang ia tak pernah melakukannya. Dan dengan senang hati Andri mengangguk. Laptop yang ada di meja langsung ia raih dan segera ia membukanya. Dalam hitungan menit akun lama Siska ditemukan. Foto foto yang dulu kerap menyiksa Vasya kembali terlihat tapi sekarang entahlah rasanya berbeda. Ia hanya tersenyum miris melihat foto mesra mereka di beberapa pose. "Foto yang mana yang nunjukin aku tidur sama Siska?" Haruskah Vasya mencarinya kembali, kenapa lelaki itu sangat kekeh dengan argumennya. Mau tak mau Vasya mencari foto sialan itu. Hatinya nelangsa melihat foto foto mereka
Jaden sedikit tertegun mendengar suara Vasya terdengar lebih tua dari biasanya, gadis itu serak. Sungguh Jaden melihat tangan Vasya terkepal sambil melihat ke arahnya."Iya aku minta maaf"Vasya melengos, ia tak percaya dengan permintaan maaf yang telah kadaluarsa itu."Aku hanya ingin memberikan surprise""Yang lain kan bisa?"Vasya benar benar merasakan hatinya terkoyak, entah kenapa matanya juga sudah tak bisa menahan air matanya sendiri. Memori lama mulai terngiang kembali membuatnya benci melihat Jaden."Kak Jaden pernah dengar kan pas aku bilang Kak Vasya kerap pulang dengan seragam penuh tepung""Lo itu kerap terjadi?""Tapi bukan acara surprise lebih mirip di bully""Kapan? Pas SMP?"Andri menjelaskan kembali jika kakaknya kerap gonta ganti seragam karena seragamnya banyak titik titik hitamnya akibat terlalu sering basah karena hal lain."SMA???""Yakin Drii?"Andri mengangguk lagi, ia mengatakan bahwa kakaknya cukup tertutup dahulu bahkan ketika ibunya memintanya bicara Vasya
Vasya tak mempunyai keberanian untuk menatap mata Jaden, ia takut, ia juga malu dan rasanya tak pantas saja menatap Jaden seintens ini. "Siapa yang melakukannya?" Dengan tenang Jaden menanyakan hal ini, ia berharap Vasya bisa sangat terbuka tapi Vasya masih bungkam sambil mengelap air matanya. "Wanita gila mana yang berkata bahwa aku menyukainya?" hiks hiks hiks.. "Sya, tolong jujur" Vasya menatap mata Jaden dengan takut takut. Ia mengatakan hal yang tak terduga. "Tapi janji jangan mengungkitnya kembali, mereka sekarang sudah cukup menderita"Jaden hanya bisa mengangguk, ia tak bisa mengatakan iya, rasanya sayang sekali jika acara pembalasan tak bisa di tuntaskan. Gigi harus diganti gigi, entah kenapa perkataan guru ngajinya di Melbroune serasa hilang begitu saja, ia murka. "Tunggu, mereka?" Berarti Vasya dikeroyok banyak orang begitu. Vasya mengangguk. Ia kemudian mengspill siapa saja yang telah membully nya, lengkap dengan karteristik biar Jaden tak salah paham. Yang pertam
Siapa yang tak tahu siapa itu Mita bahkan Andripun langsung paham Mita yang mana, tapi sayangnya internetnya tiba tiba down seolah memang memihak si gadis iblis itu. "Apa lagi yang ia tanyakan?" "Cuma itu saja, ia tak banyak tanya lagi karena nampaknya ia sibuk."Jaden masih menanti jawaban, ia berharap Kalan bisa mengingat kembali apa yang benar benar terjadi."Cuma itu saja."Jaden memejamkan matanya, ia tak tahu jika Mita sampai hati untuk mengulik kehidupan Vasya setelah perbuatannya yang tak bermoral terhadap gadis itu. Otaknya kemana, mau apa gadis gila itu tanya tanya tentang Vasya. "Kamu lihat dia kan Sya, benar Mita yang itu kan?" Mata Vasya membulat sambil memerhatikan perkataan Kalan barusan. Dan akhirnya setelah sekian lama terdiam ia mengangguk lemah sambil menyembunyikan tubuhnya yang gemetaran tak karuan. Viola yang masih berada di dekatnya langsung menggenggam tangannya."Tenang, tenang gadis jalang itu tak akan bisa menyakiti lagi Sya, biar nanti aku tendang!" El
Vasya mulai bercerita bahwa ia pertama kali dijebak di ruang olahraga, saat ia mengambil bola geng Mita langsung membuntutinya lalu menguncinya dari luar. Dan itu terjadi hingga pulang sekolah. "Aku sudah meminta tolong tapi tak ada yang lewat waktu itu" "Kamu dikunci seharian?" Vasya akhirnya menggeleng, ia diselamatkan satpam sekolah kala itu. Andri yang mendengar langsung melirik tajam ke arah Jaden, ia sungguh kecewa dengan pangeran yang katanya selalu ada tapi nyatanya ia bahkan tak tahu kalau kakaknya sedang menderita sendirian. "Mereka makin parah setelah itu, yang tadinya aku tak tahu yang mengunciku siapa jadi tau lambat laun saat mereka mulai frontal melakukan kekerasan fisik" "Apa lagi yang mereka lakukan?" Elika yang jelas kepo langsung pasang badan serta telinga, menurutnya ia perlu mendengar pengalaman menakjubkan begini, menurutnya Vasya perlu berbicara dengan lantang hingga ia tak malu lagi dan malah menjadikannya sebagai motivasi. "Sering memukul kepala,
Sundal itu sedang berbicara apa sebenarnya, kenapa membagongkan sekali. Sudah plin plan dan sekarang malah bilang bahwa memang yang terbaik hanya Armin, Helo kamu kemana saja selama ini. Kenapa sampai tak sadar padahal sudah serumit ini. "Jaden orang yang baik" Ini apalagi, bukannya dulu Amanda gencar membuat Vasya lupa akan Jaden, gadis itu kerap mengatur kencannya dengan Armin agar Vasya bisa melupakan Jaden yang kabur begitu saja ke luar negeri. "Dia pasti akan selalu ada" Entah kenapa Vasya malas meladeni Amanda, ia sangat tidak semangat untuk sekedar mencaci maki karena iapun sudah kehabisan tenaga akibat termehek mehek tadi. "Langsung ke pointnya!" Mendengar suara Vasya yang kasar, Amanda terdiam. Gadis itu mengira bahwa Vasya memang benar benar membencinya. Vasya tak benci Amanda 100% justru yang harusnya benci Amanda itu si Armin yang sekarang malah kembali bucin, pake di lindungi segala. Eh ya Vasya sampai lupa kalau Amanda melarikan diri karena kasus, harusnya ia bisa