Andri melongo mendengar apa yang Vasya tanyakan, ia lantas berbohong bahwa Vasya yang memenangkannya."Serius?""Iya, kakak yang menang!"Tapi kenapa Vasya tak senang ya, kenapa ia tak merasa bahwa ia yang melakukannya ya. Rasanya ada yang aneh tapi Vasya tak tahu apa."Perasaan tadi ada pak Syahrul kan, dia kemana?""Sudah pulang, ia capet tadi."Detik selanjutnya Vasya hanya mengangguk, dan anehnya rasanya hatinya tak enak sekali seperti sedang kehilangan sesuatu yang berharga tapi apa. Seperti ada ikatan yang terputus padahal ia tak mau memutuskannya begitu saja."Sudahlah jangan tanya pak Syahrul, sekarang kamu baik kan nduk?""Baik."Jam menunjukkan jam 3 malam, ini sudah sangat larut bahkan sudah pagi. Waktunya semua manusia itu tidur. Ibunya segera menutup semua jendelanya lalu menyuruh mereka semua untuk terlelap karena akan ada pemeriksaan pagi.Dan yang selanjutnya terjadi sungguh melegakan karena semua orang termasuk Vasya langsung tepar begitu saja tanpa drama. Seolah olah
Vasya meringis, ia dalam mode memanggil teman untuk Andri yang tak sengaja ia lihat nangkring di pohon."Noh di pohon banyak yang mau temenan sama kamu!"Andri melotot lalu memandang ibunya yang juga kaget dengan apa yang barusan Vasya omongkan.Jangan jangan!Lagi lagi Vasya meringis ia menambahkan bahwa di sekitaran rumah sakit ini banyak sekali orang yang bukan manusia. Kali ini ibunya langsung memegangi tangan Vasya kembali."Kita ke pak Syahrul besok ya nduk!""Ngapain?"Tapi mamanya terdiam sambil memerhatikan Vasya yang nampak normal, ia tak tantrum atau merasa terganggu. Di ingatan ibunya dulu Vasya amat sangat terganggu dengan matanya yang cukup peka, gadis belia itu kerap menangis dan kerap di ganggu makanya terpaksa pak Syahrul tutup pintu batin itu.Dan sekarang kelihatannya terbuka kembali. Vasya memerhatikan ibunya, ia hanya tersenyum."Aku baik baik saja, sekarang aku sudah besar bukan anak kecil lagi.""Yakin?"Andri tak percaya, ia sungguh tak bisa percaya kakaknya ya
Suara riuh di kamar yang didominasi suara Viola yang ngedumel sendiri membangunkan tidur Vasya yang hanya beberapa jam, Vasya yang merasa terganggu langsung terduduk lalu mengucek matanya. Saat penglihatannya sudah mulai terfokus, ia sedikit kaget melihat Viola ada dua.Sekali lagi ia mengucek matanya, benar tidak salah dengan matanya. Dan uniknya baju yang Viola kenakan berbeda. Yang satu pakai seragam rumah sakit, yang satu lagi pakai kemeja serta celana jeans. Vasya mengerjapkan matanya dan reflek memanggil nama Viola.Dan asli Vasya amat sangat bingung karena Viola dua duanya menoleh termasuk Kalan yang dari tadi pura pura tidur."Kok kamu jadi 2, ini mataku yang salah ya, perlu ke dokter ini!"Vasya langsung turun dari ranjang, ia memakai sandal rumah sakit lalu pergi ke arah pintu."Halo kak aku adiknya kak Viola."Setelah mendengarnya Vasya termangu di depan pintu, ia menoleh lalu membelalakkan matanya melihat adik Viola yang benar benar mirip."Kenalin ini Elika adik aku yang
Wajah Siska membangkitkan memori lama yang baru ia sadari akhir akhir ini, wajah Siska terasa familiar dan ia tahu kenapa.Hening.Siska berjalan ke arah jendela lalu menyibak tirai bambu lalu melihat pemandangan luar. Teman teman Vasya hanya saling pandang, mereka dari tadi seperti tidak di anggap keberadaannya oleh Siska. "Dulu kami damai" "Bawa dia pergi lagi kalau begitu!" Senyum mengerikan Siska mulai terlihat lagi di wajahnya, ia menimpali perkataan Vasya dengan hal yang tak masuk akal."Apaaa?!"Andri yang dari tadi diam sampai kaget ketika mendengar Siska berkata demikian tentang Jaden, ia tak menyangka kalau Siska segila itu."Jangan kaget, itu cara satu satunya supaya Jaden kembali!"Vasya tak kaget, ia hanya melengos tanpa mau memikirkan perkataan kejam Siska. Kalau Vasya jelas tak mau membawa mayat sampai ke luar negeri, buat apa malah nambahin bagasi.Hening sisanya melongo sambil shik shak shock dengan modelan Siska yang terdengar begitu jahat dan paten. Sosok Siska b
Jaden tak kaget, berulang kali Siska mengatakan hendak membunuhnya tapi nyatanya ia masih hidup, Siska tak kan setega itu dengan pria yang ia cintai. "Hati hati kak!""Ya" "Kakakmu tak apa apa?" "Dia baik dan sekarang sedang mengecat kukunya bersama Viola dan Elika." "Siska berarti sudah pergi?""Sudah, gadis itu tak lama disini."Baru setelah mendengarnya kekhawatiran Jaden langsung hilang, kepalanya rasanya longgar, plong rasanya mendengar Siska telah kembali ke kandangnya. "Dia hendak menjenguk Herry yang koma katanya."Langsung raut wajah Jaden berubah kembali, bagaimana kalau ia menyabotase dan membawa lari Herry. Bagaimana kalau Herry bisa sembuh dan kemudian mengganggu lagi. Tapi tunggu kenapa Siska repot repot melakukannya, dia kan tidak semaniak itu, mana mungkin dia mau menghabiskan uang untuk biaya pengobatan Herry."Kak Jaden mau ngomong sama Kak Vasya?"Jaden langsung menggeleng, ia tak tahu kalau Andri jelas tak tahu bahwa ia menggeleng."Maksudku tidak Dri""Oke."
Viola langsung menyuruh Vasya untuk membaca grup kantor yang sedang ramai dari kemarin. Vasya yang sana sekali tak kepo hanya melirik sekilas tanpa niat membaca sedikitpun."Langsung ke point!""Amanda ketangkep"Reflek Vasya menoleh, ia lebih kebingungan dengan kata ketangkep. Amanda ketangkep yang bagaimana."Vino atau Amanda?""Dua duanya!"Syukuriiiinnnnn!Dalam hati Vasya sangat menikmati balasan yang sedang Amanda terima tapi ia juga iba di saat yang bersamaan. Aneh, bukankah Amanda hanya salah satu korban."Lah kok Amanda juga kena?""Amanda yang nyembunyiin, dia juga ikut transaksi njirr!"Vasya mengangguk angguk dengan patuh, ia menanti penjelasan selanjutnya. Dan Viola memang yang terbaik jika di suruh untuk menjabarkan suatu peristiwa."Oh jadi dia di tangkap pas lagi barengan transaksi nih?"Viola mengangguk lagi, ia menambahkan grup kantor sedang rame sekali.Tuh dapet akibatnya!.Vasya menatap Viola dengan wajah tak menentu, ia benar benar tak tahu harus bersikap bagaima
Vasya langsung gercep, dia gemetaran tak karuan saat menggeser layar ponselnya. Setelahnya ia hendak memencet lound speker tapi bunyi tutt tutt terdengar kembali.Apa ini?Ngeprank atau bagaimana?Salah pencetkah?Vasya melotot ia langsung memandang Viola sambil berkacak pinggang.Jalang gil*!Kata kata petuah langsung muncul begitu saja, Vasya sangat tak terima dengan sikap Amanda yang pake ngeprank segala."Mungkin ia salah pencet."Kalan yang tiba tiba bicara begitu langsung kena omel Vasya, ia merasa terhina dan di sepelekan oleh mantan sahabatnya itu sementara itu Viola hanya bisa geleng geleng sambil meneguk es kopi yang mereka pesan lewat grab."Sabarrrr"Andri akhirnya mengeluarkan sarannya yang langsung di terkam oleh Vasya, pokoknya Vasya badmood sebadmood badmoodnya, ia malah mirip leak yang ingin menerkam siapa saja hanya karena telepon iseng dari Amanda.Setelahnya pintu terbuka dan Armin masuk bersama para bodyguardnya, Vasya yang tadinya tantrum langsung terdiam sambil
Sunyi...Armin termenung melihat Amanda yang sekarang mulai mengipas ngipas matanya dengan tangannya, duhh takut air mata jatuh. Hidungnya terasa amat panas, perasaannya tak karuan bentuknya. Pokoknya yang ia rasakan sekarang benar benar membagongkan.Tapi Armin siapa, ia bukan siapa siapa bukan. Tapi kenapa Vasya jadi amburadul di tampar situasi emosional ini."Tak ada yang gila Sya. Sudah jangan berprasangka terus!" Himbauan Armin ditepis langsung oleh Vasya, ia melirik Armin sekilas lalu mengucapkan satu kata yang langsung mendapat pelototan dari Armin."Vasya." "Kenapa?""Kenapa kamu ini, jangan asal tuduh!"Vasya melengos, ia memandangi ponselnya sebentar lalu mulai mengecek sesuatu. Sudah lama ia tak menggunakan aplikasi ini. Jantungnya berdegup kencang, rasanya ia tak kuat jika memang benar terbukti apa yang barusan ia omongkan.Dan ternyata."Aku tahu tak usah menyembunyikannya. GPS ponselku terkonek dengan Amanda!" Armin menutup rapat mulutnya, ia lalu tersungkur di depan