Viola langsung menyuruh Vasya untuk membaca grup kantor yang sedang ramai dari kemarin. Vasya yang sana sekali tak kepo hanya melirik sekilas tanpa niat membaca sedikitpun."Langsung ke point!""Amanda ketangkep"Reflek Vasya menoleh, ia lebih kebingungan dengan kata ketangkep. Amanda ketangkep yang bagaimana."Vino atau Amanda?""Dua duanya!"Syukuriiiinnnnn!Dalam hati Vasya sangat menikmati balasan yang sedang Amanda terima tapi ia juga iba di saat yang bersamaan. Aneh, bukankah Amanda hanya salah satu korban."Lah kok Amanda juga kena?""Amanda yang nyembunyiin, dia juga ikut transaksi njirr!"Vasya mengangguk angguk dengan patuh, ia menanti penjelasan selanjutnya. Dan Viola memang yang terbaik jika di suruh untuk menjabarkan suatu peristiwa."Oh jadi dia di tangkap pas lagi barengan transaksi nih?"Viola mengangguk lagi, ia menambahkan grup kantor sedang rame sekali.Tuh dapet akibatnya!.Vasya menatap Viola dengan wajah tak menentu, ia benar benar tak tahu harus bersikap bagaima
Vasya langsung gercep, dia gemetaran tak karuan saat menggeser layar ponselnya. Setelahnya ia hendak memencet lound speker tapi bunyi tutt tutt terdengar kembali.Apa ini?Ngeprank atau bagaimana?Salah pencetkah?Vasya melotot ia langsung memandang Viola sambil berkacak pinggang.Jalang gil*!Kata kata petuah langsung muncul begitu saja, Vasya sangat tak terima dengan sikap Amanda yang pake ngeprank segala."Mungkin ia salah pencet."Kalan yang tiba tiba bicara begitu langsung kena omel Vasya, ia merasa terhina dan di sepelekan oleh mantan sahabatnya itu sementara itu Viola hanya bisa geleng geleng sambil meneguk es kopi yang mereka pesan lewat grab."Sabarrrr"Andri akhirnya mengeluarkan sarannya yang langsung di terkam oleh Vasya, pokoknya Vasya badmood sebadmood badmoodnya, ia malah mirip leak yang ingin menerkam siapa saja hanya karena telepon iseng dari Amanda.Setelahnya pintu terbuka dan Armin masuk bersama para bodyguardnya, Vasya yang tadinya tantrum langsung terdiam sambil
Sunyi...Armin termenung melihat Amanda yang sekarang mulai mengipas ngipas matanya dengan tangannya, duhh takut air mata jatuh. Hidungnya terasa amat panas, perasaannya tak karuan bentuknya. Pokoknya yang ia rasakan sekarang benar benar membagongkan.Tapi Armin siapa, ia bukan siapa siapa bukan. Tapi kenapa Vasya jadi amburadul di tampar situasi emosional ini."Tak ada yang gila Sya. Sudah jangan berprasangka terus!" Himbauan Armin ditepis langsung oleh Vasya, ia melirik Armin sekilas lalu mengucapkan satu kata yang langsung mendapat pelototan dari Armin."Vasya." "Kenapa?""Kenapa kamu ini, jangan asal tuduh!"Vasya melengos, ia memandangi ponselnya sebentar lalu mulai mengecek sesuatu. Sudah lama ia tak menggunakan aplikasi ini. Jantungnya berdegup kencang, rasanya ia tak kuat jika memang benar terbukti apa yang barusan ia omongkan.Dan ternyata."Aku tahu tak usah menyembunyikannya. GPS ponselku terkonek dengan Amanda!" Armin menutup rapat mulutnya, ia lalu tersungkur di depan
Hah? Apanya yang bolong?! Andri sibuk mencari bolong di pakaiannya seperti apa yang kakaknya sampaikan. Sang kakak hanya mengikik geli ketika adiknya kelimpungan mencari sesuatu yang ia maksud. Lhaya Vasya bilang yang bolong itu apa?Masih menjadi misteri bagi Andri, dia heran. Bajunya tak ada yang bolong loh. Apa yang sedang kakaknya maksud. "Kakak bilang bolong kan tadi, bajuku tak ada yang bolong."Vasyapun mengangguk lalu nyengir lebar, ia meneliti ekspresi adiknya selanjutnya."Gimana sih?""Tak apa apa." "Lha terus yang ada bolongannya itu yang mana?" Nampak sekali kalau Andri gusar hanya karena sebuah bolongan yang sama sekali tak ia mengerti. Vasya hanya menggeleng sambil tersenyum. Sungguh ia hanya niat bercanda saja mengatakannya. Vasyapun tak begitu paham dengan apa yang ia katakan malah.Tapi Andri masih berbicara perihal bolongan, ia masih meminta penjelasan padahal ia bukan anak kecil yang susah mengerti, dia dewasa dan paham jika hanya bercanda."Aku sudah besar."
Wajah Vasya terlihat nelangsa sementara Jaden malah tertegun, lelaki itu tak menyangka kalau Vasya tahu segalanya. Tanpa rasa bersalah Jaden terlihat menghela nafas panjang. "Sya bukan begitu" Vasya sudah males meladeni lelaki yang suka berkelit, ia melirik sebentar kemudian kembali dalam mode menyebalkannya. Mau tak mau Vasya mengangguk patuh dengan muka masam menahan malu serta perasaan tak semestinya ia rasakan. "Aku dan Siska tak sengaja" Apa? Foto mesra yang rasanya sangat natural itu ternyata tak sengaja menurutnya. Benar benar sesuatu sekali Jaden. Apa yang sedang lelaki itu pikirkan. "Dengarkan aku, aku hanya pura pura. Aku tak punya pilihan" Pura pura tapi bisa menghasilkan foto semenakjubkan itu. Vasya hampir meneteskan air mata ketika melirik Jaden yang tanpa bersalah mengungkit moment yang merupakan bilahan pedang bagi Vasya. "Percaya padaku, itu ketidak sengajaan" Tapi ketidak sengajaanmu membuat Vasya hilang harapan, foto itu berhasil memporak porandakan hati Va
Nah!Andri yang merasa tahu langsung ikut andil bicara, ia menjelaskan bahwa ia yang memberitahu Vasya akun foto tersebut. Maklum Andri saat itu masih muda belia, ia remaja yang suka sok sokan menjadi hacker jadi masalah akun dan mencari orang dibelahan bumi manapun merupakan hal kecil baginya. "Bisa cari fotonya kembali" Nada bicara Jaden nampak normal, lelaki itu nampak berwibawa dan di bawa tenang seolah memang ia tak pernah melakukannya. Dan dengan senang hati Andri mengangguk. Laptop yang ada di meja langsung ia raih dan segera ia membukanya. Dalam hitungan menit akun lama Siska ditemukan. Foto foto yang dulu kerap menyiksa Vasya kembali terlihat tapi sekarang entahlah rasanya berbeda. Ia hanya tersenyum miris melihat foto mesra mereka di beberapa pose. "Foto yang mana yang nunjukin aku tidur sama Siska?" Haruskah Vasya mencarinya kembali, kenapa lelaki itu sangat kekeh dengan argumennya. Mau tak mau Vasya mencari foto sialan itu. Hatinya nelangsa melihat foto foto mereka
Jaden sedikit tertegun mendengar suara Vasya terdengar lebih tua dari biasanya, gadis itu serak. Sungguh Jaden melihat tangan Vasya terkepal sambil melihat ke arahnya."Iya aku minta maaf"Vasya melengos, ia tak percaya dengan permintaan maaf yang telah kadaluarsa itu."Aku hanya ingin memberikan surprise""Yang lain kan bisa?"Vasya benar benar merasakan hatinya terkoyak, entah kenapa matanya juga sudah tak bisa menahan air matanya sendiri. Memori lama mulai terngiang kembali membuatnya benci melihat Jaden."Kak Jaden pernah dengar kan pas aku bilang Kak Vasya kerap pulang dengan seragam penuh tepung""Lo itu kerap terjadi?""Tapi bukan acara surprise lebih mirip di bully""Kapan? Pas SMP?"Andri menjelaskan kembali jika kakaknya kerap gonta ganti seragam karena seragamnya banyak titik titik hitamnya akibat terlalu sering basah karena hal lain."SMA???""Yakin Drii?"Andri mengangguk lagi, ia mengatakan bahwa kakaknya cukup tertutup dahulu bahkan ketika ibunya memintanya bicara Vasya
Vasya tak mempunyai keberanian untuk menatap mata Jaden, ia takut, ia juga malu dan rasanya tak pantas saja menatap Jaden seintens ini. "Siapa yang melakukannya?" Dengan tenang Jaden menanyakan hal ini, ia berharap Vasya bisa sangat terbuka tapi Vasya masih bungkam sambil mengelap air matanya. "Wanita gila mana yang berkata bahwa aku menyukainya?" hiks hiks hiks.. "Sya, tolong jujur" Vasya menatap mata Jaden dengan takut takut. Ia mengatakan hal yang tak terduga. "Tapi janji jangan mengungkitnya kembali, mereka sekarang sudah cukup menderita"Jaden hanya bisa mengangguk, ia tak bisa mengatakan iya, rasanya sayang sekali jika acara pembalasan tak bisa di tuntaskan. Gigi harus diganti gigi, entah kenapa perkataan guru ngajinya di Melbroune serasa hilang begitu saja, ia murka. "Tunggu, mereka?" Berarti Vasya dikeroyok banyak orang begitu. Vasya mengangguk. Ia kemudian mengspill siapa saja yang telah membully nya, lengkap dengan karteristik biar Jaden tak salah paham. Yang pertam