Suara riuh di kamar yang didominasi suara Viola yang ngedumel sendiri membangunkan tidur Vasya yang hanya beberapa jam, Vasya yang merasa terganggu langsung terduduk lalu mengucek matanya. Saat penglihatannya sudah mulai terfokus, ia sedikit kaget melihat Viola ada dua.Sekali lagi ia mengucek matanya, benar tidak salah dengan matanya. Dan uniknya baju yang Viola kenakan berbeda. Yang satu pakai seragam rumah sakit, yang satu lagi pakai kemeja serta celana jeans. Vasya mengerjapkan matanya dan reflek memanggil nama Viola.Dan asli Vasya amat sangat bingung karena Viola dua duanya menoleh termasuk Kalan yang dari tadi pura pura tidur."Kok kamu jadi 2, ini mataku yang salah ya, perlu ke dokter ini!"Vasya langsung turun dari ranjang, ia memakai sandal rumah sakit lalu pergi ke arah pintu."Halo kak aku adiknya kak Viola."Setelah mendengarnya Vasya termangu di depan pintu, ia menoleh lalu membelalakkan matanya melihat adik Viola yang benar benar mirip."Kenalin ini Elika adik aku yang
Wajah Siska membangkitkan memori lama yang baru ia sadari akhir akhir ini, wajah Siska terasa familiar dan ia tahu kenapa.Hening.Siska berjalan ke arah jendela lalu menyibak tirai bambu lalu melihat pemandangan luar. Teman teman Vasya hanya saling pandang, mereka dari tadi seperti tidak di anggap keberadaannya oleh Siska. "Dulu kami damai" "Bawa dia pergi lagi kalau begitu!" Senyum mengerikan Siska mulai terlihat lagi di wajahnya, ia menimpali perkataan Vasya dengan hal yang tak masuk akal."Apaaa?!"Andri yang dari tadi diam sampai kaget ketika mendengar Siska berkata demikian tentang Jaden, ia tak menyangka kalau Siska segila itu."Jangan kaget, itu cara satu satunya supaya Jaden kembali!"Vasya tak kaget, ia hanya melengos tanpa mau memikirkan perkataan kejam Siska. Kalau Vasya jelas tak mau membawa mayat sampai ke luar negeri, buat apa malah nambahin bagasi.Hening sisanya melongo sambil shik shak shock dengan modelan Siska yang terdengar begitu jahat dan paten. Sosok Siska b
Jaden tak kaget, berulang kali Siska mengatakan hendak membunuhnya tapi nyatanya ia masih hidup, Siska tak kan setega itu dengan pria yang ia cintai. "Hati hati kak!""Ya" "Kakakmu tak apa apa?" "Dia baik dan sekarang sedang mengecat kukunya bersama Viola dan Elika." "Siska berarti sudah pergi?""Sudah, gadis itu tak lama disini."Baru setelah mendengarnya kekhawatiran Jaden langsung hilang, kepalanya rasanya longgar, plong rasanya mendengar Siska telah kembali ke kandangnya. "Dia hendak menjenguk Herry yang koma katanya."Langsung raut wajah Jaden berubah kembali, bagaimana kalau ia menyabotase dan membawa lari Herry. Bagaimana kalau Herry bisa sembuh dan kemudian mengganggu lagi. Tapi tunggu kenapa Siska repot repot melakukannya, dia kan tidak semaniak itu, mana mungkin dia mau menghabiskan uang untuk biaya pengobatan Herry."Kak Jaden mau ngomong sama Kak Vasya?"Jaden langsung menggeleng, ia tak tahu kalau Andri jelas tak tahu bahwa ia menggeleng."Maksudku tidak Dri""Oke."
Viola langsung menyuruh Vasya untuk membaca grup kantor yang sedang ramai dari kemarin. Vasya yang sana sekali tak kepo hanya melirik sekilas tanpa niat membaca sedikitpun."Langsung ke point!""Amanda ketangkep"Reflek Vasya menoleh, ia lebih kebingungan dengan kata ketangkep. Amanda ketangkep yang bagaimana."Vino atau Amanda?""Dua duanya!"Syukuriiiinnnnn!Dalam hati Vasya sangat menikmati balasan yang sedang Amanda terima tapi ia juga iba di saat yang bersamaan. Aneh, bukankah Amanda hanya salah satu korban."Lah kok Amanda juga kena?""Amanda yang nyembunyiin, dia juga ikut transaksi njirr!"Vasya mengangguk angguk dengan patuh, ia menanti penjelasan selanjutnya. Dan Viola memang yang terbaik jika di suruh untuk menjabarkan suatu peristiwa."Oh jadi dia di tangkap pas lagi barengan transaksi nih?"Viola mengangguk lagi, ia menambahkan grup kantor sedang rame sekali.Tuh dapet akibatnya!.Vasya menatap Viola dengan wajah tak menentu, ia benar benar tak tahu harus bersikap bagaima
Vasya langsung gercep, dia gemetaran tak karuan saat menggeser layar ponselnya. Setelahnya ia hendak memencet lound speker tapi bunyi tutt tutt terdengar kembali.Apa ini?Ngeprank atau bagaimana?Salah pencetkah?Vasya melotot ia langsung memandang Viola sambil berkacak pinggang.Jalang gil*!Kata kata petuah langsung muncul begitu saja, Vasya sangat tak terima dengan sikap Amanda yang pake ngeprank segala."Mungkin ia salah pencet."Kalan yang tiba tiba bicara begitu langsung kena omel Vasya, ia merasa terhina dan di sepelekan oleh mantan sahabatnya itu sementara itu Viola hanya bisa geleng geleng sambil meneguk es kopi yang mereka pesan lewat grab."Sabarrrr"Andri akhirnya mengeluarkan sarannya yang langsung di terkam oleh Vasya, pokoknya Vasya badmood sebadmood badmoodnya, ia malah mirip leak yang ingin menerkam siapa saja hanya karena telepon iseng dari Amanda.Setelahnya pintu terbuka dan Armin masuk bersama para bodyguardnya, Vasya yang tadinya tantrum langsung terdiam sambil
Sunyi...Armin termenung melihat Amanda yang sekarang mulai mengipas ngipas matanya dengan tangannya, duhh takut air mata jatuh. Hidungnya terasa amat panas, perasaannya tak karuan bentuknya. Pokoknya yang ia rasakan sekarang benar benar membagongkan.Tapi Armin siapa, ia bukan siapa siapa bukan. Tapi kenapa Vasya jadi amburadul di tampar situasi emosional ini."Tak ada yang gila Sya. Sudah jangan berprasangka terus!" Himbauan Armin ditepis langsung oleh Vasya, ia melirik Armin sekilas lalu mengucapkan satu kata yang langsung mendapat pelototan dari Armin."Vasya." "Kenapa?""Kenapa kamu ini, jangan asal tuduh!"Vasya melengos, ia memandangi ponselnya sebentar lalu mulai mengecek sesuatu. Sudah lama ia tak menggunakan aplikasi ini. Jantungnya berdegup kencang, rasanya ia tak kuat jika memang benar terbukti apa yang barusan ia omongkan.Dan ternyata."Aku tahu tak usah menyembunyikannya. GPS ponselku terkonek dengan Amanda!" Armin menutup rapat mulutnya, ia lalu tersungkur di depan
Hah? Apanya yang bolong?! Andri sibuk mencari bolong di pakaiannya seperti apa yang kakaknya sampaikan. Sang kakak hanya mengikik geli ketika adiknya kelimpungan mencari sesuatu yang ia maksud. Lhaya Vasya bilang yang bolong itu apa?Masih menjadi misteri bagi Andri, dia heran. Bajunya tak ada yang bolong loh. Apa yang sedang kakaknya maksud. "Kakak bilang bolong kan tadi, bajuku tak ada yang bolong."Vasyapun mengangguk lalu nyengir lebar, ia meneliti ekspresi adiknya selanjutnya."Gimana sih?""Tak apa apa." "Lha terus yang ada bolongannya itu yang mana?" Nampak sekali kalau Andri gusar hanya karena sebuah bolongan yang sama sekali tak ia mengerti. Vasya hanya menggeleng sambil tersenyum. Sungguh ia hanya niat bercanda saja mengatakannya. Vasyapun tak begitu paham dengan apa yang ia katakan malah.Tapi Andri masih berbicara perihal bolongan, ia masih meminta penjelasan padahal ia bukan anak kecil yang susah mengerti, dia dewasa dan paham jika hanya bercanda."Aku sudah besar."
Wajah Vasya terlihat nelangsa sementara Jaden malah tertegun, lelaki itu tak menyangka kalau Vasya tahu segalanya. Tanpa rasa bersalah Jaden terlihat menghela nafas panjang. "Sya bukan begitu" Vasya sudah males meladeni lelaki yang suka berkelit, ia melirik sebentar kemudian kembali dalam mode menyebalkannya. Mau tak mau Vasya mengangguk patuh dengan muka masam menahan malu serta perasaan tak semestinya ia rasakan. "Aku dan Siska tak sengaja" Apa? Foto mesra yang rasanya sangat natural itu ternyata tak sengaja menurutnya. Benar benar sesuatu sekali Jaden. Apa yang sedang lelaki itu pikirkan. "Dengarkan aku, aku hanya pura pura. Aku tak punya pilihan" Pura pura tapi bisa menghasilkan foto semenakjubkan itu. Vasya hampir meneteskan air mata ketika melirik Jaden yang tanpa bersalah mengungkit moment yang merupakan bilahan pedang bagi Vasya. "Percaya padaku, itu ketidak sengajaan" Tapi ketidak sengajaanmu membuat Vasya hilang harapan, foto itu berhasil memporak porandakan hati Va