Setelah Jaden berbohong tentang hal pernikahan semua orang kasrak kusruk sambil ciya ciye sementara Vasya menelan ludahnya kembali dan tak berani mengatakan sesuatu. Ekspresi setan itu amat sangat menyiksa membuat Vasya pening lalu tanpa sadar sesuatu mengalir menuju mulutnya.
Menyadari ada yang tak beres dengan hidungnya Vasya hanya bisa mendongak agar darahnya tak terus keluar. Amanda langsung syok, ia tergopoh gopoh memberi Vasya tisue sambil nyerocos tak jelas."Makanya jangan terlalu giat bekerja."Vasya sendiri hanya terdiam dan fokus menyeka mimisannya sendiri sementara Jaden menatapnya tanpa ekspresi."Sepertinya kita perlu ke rumah sakit."Vasya menoleh lalu menggeleng dengan tegas tapi seperti biasanya Jaden memang begitu tabiatnya. Lelaki itu tetap memaksa dan akhirnya mereka beneran pergi tanpa menggubris semua karyawan yang sudah bergosip ria tentang mereka kecuali Amanda.Gadis malang itu sekarang sedang di buru penjelasan oleh rekan rekannya. Dan sialnya Amanda benar benar tak tahu apa apa, iapun syok dengan kenyataan barusan. Mana tahu ia kalau selama ini Vasya pacaran dengan pak Jaden.*"Tolong jangan lebay!"Jaden hanya sekilas melirik lalu kembali fokus menyetir mobilnya."Kita memang harus ke rumah sakit.""Ngapain?""Cek urine kamu kan kita mau menikah."Mata Vasya mulai melotot, kini ia mulai tak bisa setenang tadi. Perasaanya mulai bergejolak menyadari lelaki setan yang sudah mulai seenaknya."Memang siapa yang mau nikah sama kamu?""Saya percaya kamu butuh ini.""Mimpi ya kamu.""Sya kalau kamu jadi istri aku maka pak Herry tidak akan semena mena sama kamu."Deg.Rupanya Jaden tahu siapa wanita yang ada di dalam video viral itu. Gadis itu hanya bisa membisu pasalnya ia malu sendiri karena ketahuan padahal ia hanya korban bukan pelaku."Pak Herry sudah tidak bisa seperti itu lagi padaku, dia sudah di pecat."Hening.Jaden dengan pikirannya sendiri sementara Vasya juga terdiam seribu bahasa. Entahlah ia sedih tapi juga familiar dengan keadaan ini, tak ada rasa canggung sedikitpun diantara mereka."Bangsat itu akan datang."Vasya hanya menoleh sesaat tapi tak mengatakan apa apa selain desahan pasrah."Jangan mengundurkan diri kalau tak mau kupersunting."Pikiran Vasya mulai mengetahui kenapa Jaden membuat drama barusan. Jelas lelaki itu ingin Vasya agar terikat dan tidak kemana mana. Baik, iblis itu memang tahu cara memainkan panggung. Kini semua orang mengira bahwa mereka ada hubungan serius padahal nyatanya hubungan mereka lebih rumit daripada itu."Jaden.""Hmmm.""Kenapa harus aku sih?"Yang kamu mainin. Kenapa bukan orang lain saja kan banyak?.Lelaki itu terdiam menatap lampu merah, ia tampak berpikir keras tapi sepertinya tak menemukan jawabannya."Dari dulu aku tak pernah bermaksud jahat hanya saja..."Hanya saja apa?Vasya menatap lelaki itu dari samping, ia jelas kepo dengan betapa menyedihkannya kehidupannya dahulu dan sekarang akibat ulah mahkluk Tuhan yang juga tampannya tak ketulungan."Aku tak punya alasan khusus Sya."Sudahlah. Memang Jaden reseh saja, dari dulu memang lelaki itu sibuk main main dengan kehidupan Vasya."Aku bisa memilih sekarang. Jangan masuk lagi ke kehidupanku."Deg.Lelaki itu menghentikan setirnya mendadak dan membuat keduanya terpental. Vasya menyerngit sebentar karena kaget tapi ia segera memanfaatkan situasi ini untuk keluar dari mobil. Tindakan nekadnya jelas membuat Jaden makin marah, lelaki itu ikut ikutan keluar dari mobil dan berlari mengejar Vasya."Jangan dikerjar, Kenapa susah di bilangin goblok!"Gadis di ujung tanduk itu masih berusaha lari sebisa mungkin dari kejaran mahkluk astral yang berusaha ia singkirkan dari hidupnya. Tapi uniknya Jaden tetap berlari, ini sih parah dan Vasya sudah ngos ngosan tak karuan. Hendak menyerah tapi hidupnya selanjutnya bagaimana."Tunggu ayo kita bicara.""Bicara apa?"Vasya menjawabnya dari kejauhan, ia lebih nyaman menjaga jarak sejauh ini jika ingin selamat."Ayo kita buat kesepakatan.""Kesepakatan apa?"Di sebrang sana Jaden terlihat mengetik di ponselnya dan menit selanjutnya ponsel Vasyapun berdenting tanda ada pesan masuk. Awalnya dia sedikit syok karena itu pesan dari Jaden. Setahunya, ia sudah menghapus nomor itu sejak lama tapi kenapa sekarang di ponselnya tertulis Jaden. Aneh bukan.Matanya membelalak membaca pesan yang berisi ajakan untuk melakukan kontrak pernikahan. Ekspresinya jelas jengah karena lelaki itu tak henti hentinya seenak jidatnya. Ia sudah capek sekali di permainkan begini. Dari dulu ia sudah sangat trauma tapi kenapa lelaki itu tak tahu malu sekali.Tidak, tidak ini tak benar.Vasya menggeleng, ia hendak berbalik tapi tahu tahu Jaden sudah memeluknya dalam sekejab. Hatinya yang muak seperti hendak meledak tapi tiap kali ia meronta malah pelukan Jaden semakin kuat. Satu pertanyaannya dari dulu sebenarnya dirinya di masa lampau itu salah apa kenapa bisa senaas ini."Cobalah menikah denganku.""Gila ya, kok kamu tambah parah sakitnya.""Hanya sebulan Sya."Kepala Vasya pening, mana ada menikah untuk coba coba dan lebih gilanya lagi menikahinya untuk coba coba. Tidak, iblis itu pasti menawannya seumur hidup."Cari orang lain."Jaden tak bergeming tapi lelaki itu mulai melunak dan melepaskan cengkramannya."Ayolah tolong."Vasya merasa aneh padahal mereka bukan bestie tapi kenapa Jaden tanpa tahu malu meminta tolong. Demi apa ini semua, demi menyiksanya secara lebih brutal begitu. Dia sudah pernah dan sudah tak mau lagi merasakannya."Pak Jaden saya sudah resmi mengundurkan diri jadi kita sudah tidak ada hubungan apapun.""Maka dari itu biarkan saya hidup dan jangan ganggu saya lagi."Setelah sekian lama kata kata itu mampu terucap walaupun membutuhkan 3 tahun lamanya untuk mengumpulkan keberanian. Sudah ganti masa sekarang, teman toxic harus di singkirkan tapi lagi lagi Jaden hanya meringis macam psikopat."Cobalah lari dariku."Dalam pikiran Vasya ia mendengar suara tawa menggelegar, ia jelas tahu betul siapa itu Jaden walaupun seribu kata pengusiran terucap lelaki itu pasti tak bergeming macam iblis pencabut nyawa yang sedang mengintai mangsanya.Vasya tak pikir panjang ia langsung berbalik dan pergi begitu saja. Dalam hati ia berdoa supaya tidak di pertemukan lagi tapi jelas semua itu hanya ilusinya belaka. Di belakang Jaden menyerngit kesal karena Vasya sama sekali tak menoleh."Vasya!"Mendengar Jaden memanggil namanya kembali makin cepat Vasya berjalan, ia tak mau lagi kembali. Memori masa lampau harus segera di tutup. Kakinya sudah pegal tapi ia tak mau menyerah, iapun segera ke tepi jalan dan berusaha menyetop taksi.Jaden masih memerhatikannya dengan raut muka muram, ia tak mau ini terjadi. Tentu ia akan berusaha bagaimanapun caranya agar kembali lagi ke hidup Vasya. Lelaki itu tak menerima penolakan dan tentu tak membiarkan Vasya lepas begitu saja dari pandangannya.Menit selanjutnya ia terlihat menelpon seseorang, ekspresinya terlihat serius sekali."Kirimkan orang untuk mengikutinya.""Percaya padaku dan jangan membantah!""Ya.""Jaden itu bukan pacarku, dia lebih lebih gila dari drama yang ia buat kemarin."Amanda kelihatan kebingungan, ia dari tadi kepo dengan hubungan Vasya dan Jaden tapi malah diberitahu hal yang membuatnya makin pusing. "Jadi kamu tidak pacaran dengan pak Jaden?"Vasya dengan polos menggeleng lemah. Ia meringis dan menatap Amanda. Bestinya harus tahu kisah yang sebenarnya, ia harus memberitahukan semuanya dari A sampai Z. Pokoknya sampai Amanda paham betul dan tidak bertanya kembali apa hubungan mereka. "Jaden dan aku satu SMA, ia banyak di gandrungi wanita tapi naasnya dia salah paham dulu dan mengira aku menyukainya padahal sama sekali tidak.""Lalu?" Ceklek..Andri menatap Amanda, ia mengatakan bahwa ada lelaki yang mencarinya. Seketika Vasya bernafas lega karena ia tak perlu mengatakan secara detail untuk saat ini."Oke, bilang aku akan turun."Setelahnya Andri terdengar menuju pintu sementara Amanda menatap Vasya penuh selidik. "Cuma s
Brukk!!!Tubuhnya terhempas ke depan meninggalkan nyeri yang luar biasa sangat di sekitar tempurung lututnya. Suara panggilan di belakang sudah menghilang di susul suara langkah kaki mendekat."Vasya!"Gadis itu memegang lututnya sambil merintih serta mengumpat sebal dengan takdir yang tak berpihak padanya. Ia melihat langkah kaki si Herry mendekatinya dengan tampang khas menyebalkannya.Hati Vasya sudah tak karuan, keringatnya bercucuran dimana mana, nafasnya tentu tak beraturan dengan sorot mata terancam. Siapapun tolong!"Kak Vasya!"Tubuh Vasya tersentak kaget mendengar namanya di sebut seseorang dari belakang, ia jelas tak mengenali suara tersebut. Gadis itu menoleh ke belakang sebentar, ia melihat pria berjas sedang tersenyum ke arahnya. Dia berani bertaruh bahwa ia tak mengenalnya sama sekali.Tunggu. Pikiran Vasya traveling ke masa lalu dan sepertinya lelaki berjas itu teman dari adiknya sendiri. Dengan raut wajah sumringah Vasya tersenyum lega. Sementara sosok Herry sudah s
Aneh aneh saja perkataannya!Mana bisa."Pak tolong.."Dengan Frustasi Vasya memegangi kepalanya. Ia hampir menangis dengan situasi macam guk guk seharian ini."Saya sudah muak pak, bapak cari pembantu lain saja.""Aku tak butuh pembantu."Bohong!Memandangnya lama lama membangkitkan memori lama dan itu membuat Vasya meneteskan air mata kembali. Ia sudah tak mau terjebak dimasa lalu, ia mau bangkit. Rasanya ia lelah hidup di atur orang lain, ia ingin bebas lepas seperti sedia kala."Vasya, dengarkan aku.."Saat Jaden berkata demikian Andri tiba tiba datang membawa secangkir kopi. Ia bingung melihat tampang kakaknya sudah tak karuan bentuknya sambil memijit mijit kepalanya. Yang ia sadari adalah kedua orang itu punya sesuatu hubungan tapi ia memilih mundur ke dapur alih alih kepo dengan urusan kakaknya."Bapak yang dengerin saya, saya menolak bapak datang ke hidup saya lagi titik!"Andai kalau kakinya sehat ia pasti akan langsung pergi ke kamarnya tapi sayang lututnya benar benar berma
"Udah deh jangan ributin ini, Pak Herry ndak akan sampe segitunya kok tadi kebetulan saja paling."Jaden menghembuskan nafas lelah ia jelas membenci wanita pembangkang. Ia benar benar heran dengan Vasya yang susah sekali di bilangi. Vasya juga sebenarnya kepikiran tapi ia lebih memilih pura pura tak terjadi apa apa, ia memaksa pikirannya untuk positif thinking, serius ia kini menganggap adegan lari larian tadi cuma kebetulan."Percaya sya biar kamu aman."Memang benar tapi Vasya menolak untuk sekedar berseliweran di depan Jaden kembali. Bukannya aman tapi malah pusing yang ada."Ayo kita kembali seperti dulu maka psikopat sepertinya tak akan macam macam padamu."Gila ya?Apa aku pindah kota saja?Kok pilihannya tak ada yang lebih baik?"Jangan melarikan diri, dia akan mengejar dan aku tak bisa memantau kalau kamu jauh."Kali ini Vasya menelan ludah, sulit baginya berkutik jika di depan Jaden yang sudah tau semua tentangnya dan juga pikirannya. Lelaki sialan itu mencoba meyakinkannya k
Vasya mendongak, ia sudah hampir menangis. Kalimat selanjutnya sangat membuat ia penasaran. Hal seperti ini saja sudah membuatnya syok berat, sekarang apalagi yang terungkap."Pak Herry memasang camera di bawah mejamu.""Apa?!"Vasya memejamkan mata dan air mata itu sudah menetes begitu saja. Mukanya sudah memerah, belakang telinganya terasa panas dingin menahan amarah.Dasar bejat Herry sialan!"Banyak sekali video setengah badanmu sya, ini tak benar, lelaki itu jelas bisa nekad."Kenapa serasa hancur semua martabatnya dan lebih parah lagi semua itu di ungkap oleh Jaden. Vasya merasa malu sekali dengan lelaki yang sekarang masih membicarakan tentang hal hal di luar nurul yang ia temukan di laci meja pak Herry.Perasaan Vasya tak karuan, ia menggigit jari jemarinya sambil menatap Jaden yang kini terdiam. Dalam diam mereka saling menatap mencoba menyelami pikiran masing masing dan akhirnya Vasya menyerah."Aku pulang ke kampung halamanku saja kalau begitu."Jaden terdiam sejenak, ia pik
Suara Andri terdengar lantang sementara tubuh kakaknya sudah ia lempar entah kemana. Kebiasaan lelaki itu tak pernah bisa sembuh. Setiap kali mati lampu pasti ia akan panik sendiri. Dan untungnya tubuh Vasya tak terbentur lantai melainkan tertangkap oleh Jaden.Pose mereka sudah sangat dekat dan lagi lagi Vasya teringat memori lampau, ia langsung reflek berdiri tapi kemudian kembali meringis lalu berpegangan pada lengan Jaden.Untungnya itu dalam keadaan gelap jadi ia tak tengsin amat. Dengan terpaksa ia meminta tolong pada Jaden. Mulutnyapun kaku setengah mati waktu mengucapkannya."Aku antar ke kamar."Jaden meraih ponselnya lalu menyalakan lampu flash. Lelaki itu memapah Vasya ke kamarnya sementara Andri masih terduduk di lantai sambil menutupi wajahnya yang ketakutan."Tolong sadarkan adikku."Jaden hanya mengangguk lalu meletakkan Vasya di kasurnya. Lelaki itu berlalu menuju lelaki yang sedang menutup matanya menggunakan telapak tangannya. Ia menyinari wajah Andri dengan flashnya
"Efek minum kopi."Bohong padahal Vasya minum boba tadi sore. Jaden tak bertanya lagi. Vasya mencoba menutup matanya kembali tapi masih belum bisa terpejam lalu terdengar suara Jaden membalikkan badannya ke arah Vasya."Kamu ingat waktu kemah pas SMA Sya?"Ahh tidak ingat, aku tidak ingat!Sudah hilang ingatan aku!Vasya terdiam, dia tak capek capek menjawab walaupun sekarang pikirannya berkelana ke masa yang Jaden sebutkan. Masa masa mereka kemah dan tersesat di dalam hutan hingga gemetaran karena bertemu kuntilanak dan sebangsanya."Masih ingat kamu tidur di tenda laki laki?"Vasya syok sebentar ternyata adegan itu yang di maksud oleh Jaden. Ia teringat walaupun samar samar."Kamu tidur di sebelah aku karena saking takutnya."Waow benarkah itu?Vasya masih terdiam, ia berusaha agar tak kembali ke masa yang sudah sudah. Jujur saja ia belum bisa untuk berdamai dengan dirinya di masa lalu. Sekali membuka ingatan lama yang membahagiakan ingatan rentetan selanjutnya pasti akan terngian j
Apakah mereka sedang memainkan game tunggu tungguan dahulu. Perasaan tidak. Jaden masih terdiam."Ngobrol dong kalau mau di tunggu!"Tapi nunggu buat apa buat jadi babu?Sudah benar Jaden pergi dari hidup Vasya. Vasya mencoba relax kembali, ia tak ingin melahap lelaki itu hidup hidup walaupun tubuhnya gemetar dan kepalanya sudah berat sebelah. Sabar, sabar pokoknya tetap ia tahan agar kembang api takkan tersulut.Tengsin dia masak begitu saja marah marah padahal harusnya ia bersyukur bukan. Biar Jaden beranggapan bahwa kepergiannya bukan masalah serius."Bukankah kalau pasangan pasti akan menunggu?""Oh, kita pasangan? Kapan?"Mulut Vasya getir, ia tak tahan dengan jarak sedekat ini. Sebenarnya kenapa Jaden begini, maksut lelaki itu apa sebenarnya. Tapi lelaki itu terdiam kembali sambil memandangi seprei."Sya..""Hhmm aku ngantuk mau tidur."Vasya kembali membelakanginya tapi masih dengan tubuh yang tegang, ini fix ia takkan bisa tidur semalaman. "Aku minta maaf."Barusan itu suara