Share

Bab 3

Setelah Jaden berbohong tentang hal pernikahan semua orang kasrak kusruk sambil ciya ciye sementara Vasya menelan ludahnya kembali dan tak berani mengatakan sesuatu. Ekspresi setan itu amat sangat menyiksa membuat Vasya pening lalu tanpa sadar sesuatu mengalir menuju mulutnya.

Menyadari ada yang tak beres dengan hidungnya Vasya hanya bisa mendongak agar darahnya tak terus keluar. Amanda langsung syok, ia tergopoh gopoh memberi Vasya tisue sambil nyerocos tak jelas.

"Makanya jangan terlalu giat bekerja."

Vasya sendiri hanya terdiam dan fokus menyeka mimisannya sendiri sementara Jaden menatapnya tanpa ekspresi.

"Sepertinya kita perlu ke rumah sakit."

Vasya menoleh lalu menggeleng dengan tegas tapi seperti biasanya Jaden memang begitu tabiatnya. Lelaki itu tetap memaksa dan akhirnya mereka beneran pergi tanpa menggubris semua karyawan yang sudah bergosip ria tentang mereka kecuali Amanda.

Gadis malang itu sekarang sedang di buru penjelasan oleh rekan rekannya. Dan sialnya Amanda benar benar tak tahu apa apa, iapun syok dengan kenyataan barusan. Mana tahu ia kalau selama ini Vasya pacaran dengan pak Jaden.

*

"Tolong jangan lebay!"

Jaden hanya sekilas melirik lalu kembali fokus menyetir mobilnya.

"Kita memang harus ke rumah sakit."

"Ngapain?"

"Cek urine kamu kan kita mau menikah."

Mata Vasya mulai melotot, kini ia mulai tak bisa setenang tadi. Perasaanya mulai bergejolak menyadari lelaki setan yang sudah mulai seenaknya.

"Memang siapa yang mau nikah sama kamu?"

"Saya percaya kamu butuh ini."

"Mimpi ya kamu."

"Sya kalau kamu jadi istri aku maka pak Herry tidak akan semena mena sama kamu."

Deg.

Rupanya Jaden tahu siapa wanita yang ada di dalam video viral itu. Gadis itu hanya bisa membisu pasalnya ia malu sendiri karena ketahuan padahal ia hanya korban bukan pelaku.

"Pak Herry sudah tidak bisa seperti itu lagi padaku, dia sudah di pecat."

Hening.

Jaden dengan pikirannya sendiri sementara Vasya juga terdiam seribu bahasa. Entahlah ia sedih tapi juga familiar dengan keadaan ini, tak ada rasa canggung sedikitpun diantara mereka.

"Bangsat itu akan datang."

Vasya hanya menoleh sesaat tapi tak mengatakan apa apa selain desahan pasrah.

"Jangan mengundurkan diri kalau tak mau kupersunting."

Pikiran Vasya mulai mengetahui kenapa Jaden membuat drama barusan. Jelas lelaki itu ingin Vasya agar terikat dan tidak kemana mana. Baik, iblis itu memang tahu cara memainkan panggung. Kini semua orang mengira bahwa mereka ada hubungan serius padahal nyatanya hubungan mereka lebih rumit daripada itu.

"Jaden."

"Hmmm."

"Kenapa harus aku sih?"

Yang kamu mainin. Kenapa bukan orang lain saja kan banyak?.

Lelaki itu terdiam menatap lampu merah, ia tampak berpikir keras tapi sepertinya tak menemukan jawabannya.

"Dari dulu aku tak pernah bermaksud jahat hanya saja..."

Hanya saja apa?

Vasya menatap lelaki itu dari samping, ia jelas kepo dengan betapa menyedihkannya kehidupannya dahulu dan sekarang akibat ulah mahkluk Tuhan yang juga tampannya tak ketulungan.

"Aku tak punya alasan khusus Sya."

Sudahlah. Memang Jaden reseh saja, dari dulu memang lelaki itu sibuk main main dengan kehidupan Vasya.

"Aku bisa memilih sekarang. Jangan masuk lagi ke kehidupanku."

Deg.

Lelaki itu menghentikan setirnya mendadak dan membuat keduanya terpental. Vasya menyerngit sebentar karena kaget tapi ia segera memanfaatkan situasi ini untuk keluar dari mobil. Tindakan nekadnya jelas membuat Jaden makin marah, lelaki itu ikut ikutan keluar dari mobil dan berlari mengejar Vasya.

"Jangan dikerjar, Kenapa susah di bilangin goblok!"

Gadis di ujung tanduk itu masih berusaha lari sebisa mungkin dari kejaran mahkluk astral yang berusaha ia singkirkan dari hidupnya. Tapi uniknya Jaden tetap berlari, ini sih parah dan Vasya sudah ngos ngosan tak karuan. Hendak menyerah tapi hidupnya selanjutnya bagaimana.

"Tunggu ayo kita bicara."

"Bicara apa?"

Vasya menjawabnya dari kejauhan, ia lebih nyaman menjaga jarak sejauh ini jika ingin selamat.

"Ayo kita buat kesepakatan."

"Kesepakatan apa?"

Di sebrang sana Jaden terlihat mengetik di ponselnya dan menit selanjutnya ponsel Vasyapun berdenting tanda ada pesan masuk. Awalnya dia sedikit syok karena itu pesan dari Jaden. Setahunya, ia sudah menghapus nomor itu sejak lama tapi kenapa sekarang di ponselnya tertulis Jaden. Aneh bukan.

Matanya membelalak membaca pesan yang berisi ajakan untuk melakukan kontrak pernikahan. Ekspresinya jelas jengah karena lelaki itu tak henti hentinya seenak jidatnya. Ia sudah capek sekali di permainkan begini. Dari dulu ia sudah sangat trauma tapi kenapa lelaki itu tak tahu malu sekali.

Tidak, tidak ini tak benar.

Vasya menggeleng, ia hendak berbalik tapi tahu tahu Jaden sudah memeluknya dalam sekejab. Hatinya yang muak seperti hendak meledak tapi tiap kali ia meronta malah pelukan Jaden semakin kuat. Satu pertanyaannya dari dulu sebenarnya dirinya di masa lampau itu salah apa kenapa bisa senaas ini.

"Cobalah menikah denganku."

"Gila ya, kok kamu tambah parah sakitnya."

"Hanya sebulan Sya."

Kepala Vasya pening, mana ada menikah untuk coba coba dan lebih gilanya lagi menikahinya untuk coba coba. Tidak, iblis itu pasti menawannya seumur hidup.

"Cari orang lain."

Jaden tak bergeming tapi lelaki itu mulai melunak dan melepaskan cengkramannya.

"Ayolah tolong."

Vasya merasa aneh padahal mereka bukan bestie tapi kenapa Jaden tanpa tahu malu meminta tolong. Demi apa ini semua, demi menyiksanya secara lebih brutal begitu. Dia sudah pernah dan sudah tak mau lagi merasakannya.

"Pak Jaden saya sudah resmi mengundurkan diri jadi kita sudah tidak ada hubungan apapun."

"Maka dari itu biarkan saya hidup dan jangan ganggu saya lagi."

Setelah sekian lama kata kata itu mampu terucap walaupun membutuhkan 3 tahun lamanya untuk mengumpulkan keberanian. Sudah ganti masa sekarang, teman toxic harus di singkirkan tapi lagi lagi Jaden hanya meringis macam psikopat.

"Cobalah lari dariku."

Dalam pikiran Vasya ia mendengar suara tawa menggelegar, ia jelas tahu betul siapa itu Jaden walaupun seribu kata pengusiran terucap lelaki itu pasti tak bergeming macam iblis pencabut nyawa yang sedang mengintai mangsanya.

Vasya tak pikir panjang ia langsung berbalik dan pergi begitu saja. Dalam hati ia berdoa supaya tidak di pertemukan lagi tapi jelas semua itu hanya ilusinya belaka. Di belakang Jaden menyerngit kesal karena Vasya sama sekali tak menoleh.

"Vasya!"

Mendengar Jaden memanggil namanya kembali makin cepat Vasya berjalan, ia tak mau lagi kembali. Memori masa lampau harus segera di tutup. Kakinya sudah pegal tapi ia tak mau menyerah, iapun segera ke tepi jalan dan berusaha menyetop taksi.

Jaden masih memerhatikannya dengan raut muka muram, ia tak mau ini terjadi. Tentu ia akan berusaha bagaimanapun caranya agar kembali lagi ke hidup Vasya. Lelaki itu tak menerima penolakan dan tentu tak membiarkan Vasya lepas begitu saja dari pandangannya.

Menit selanjutnya ia terlihat menelpon seseorang, ekspresinya terlihat serius sekali.

"Kirimkan orang untuk mengikutinya."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status