Share

Bab 4.

"Percaya padaku dan jangan membantah!"

"Ya."

"Jaden itu bukan pacarku, dia lebih lebih gila dari drama yang ia buat kemarin."

Amanda kelihatan kebingungan, ia dari tadi kepo dengan hubungan Vasya dan Jaden tapi malah diberitahu hal yang membuatnya makin pusing.

"Jadi kamu tidak pacaran dengan pak Jaden?"

Vasya dengan polos menggeleng lemah. Ia meringis dan menatap Amanda. Bestinya harus tahu kisah yang sebenarnya, ia harus memberitahukan semuanya dari A sampai Z. Pokoknya sampai Amanda paham betul dan tidak bertanya kembali apa hubungan mereka.

"Jaden dan aku satu SMA, ia banyak di gandrungi wanita tapi naasnya dia salah paham dulu dan mengira aku menyukainya padahal sama sekali tidak."

"Lalu?"

Ceklek..

Andri menatap Amanda, ia mengatakan bahwa ada lelaki yang mencarinya. Seketika Vasya bernafas lega karena ia tak perlu mengatakan secara detail untuk saat ini.

"Oke, bilang aku akan turun."

Setelahnya Andri terdengar menuju pintu sementara Amanda menatap Vasya penuh selidik.

"Cuma seperti itu kejadiannya?"

Vasya hanya mengangguk lemah lalu tersenyum. Ia kemudian mengantar Amanda ke depan. Gadis itu kegirangan mendapati Vino tepat waktu. Vasya sendiri sibuk memandang ke arah lain.

"Ayo!"

Wajah Amanda langsung berseri seri karena pacarnya tidak lemot seperti biasanya. Vasyapun hanya bisa melambaikan tangan sambil mengucapkan selamat tinggal.

Setelahnya Vasya pergi ke toserba hendak membeli mie instant tapi di depan gang sana dia melihat ada sosok tinggi kurus familiar berbaju serba hitam sedang menatapnya dengan mata menyebalkannya. Ia penasaran tapi tak mau terlibat.

Gadis itu langsung berbalik lagi menuju belokan gang lain dan terus berjalan alih alih pulang tapi lelaki itu terus saja mengikuti seolah sengaja dan dengan terang terangan berbuat demikian. Rasanya makin tak karuan tapi pikiran Vasya memaksanya untuk segera menuju toserba terdekat dan meminta tolong seseorang.

Kenapa malam itu sangat sepi bahkan suara kucing jalanpun tak terdengar di pojokan, ia terus berjalan sambil memasang telinga serta indra perasanya. Jelas ia takut kalau lelaki itu sudah tepat berada di belakangnya tapi nampaknya ia tidak berani karena ada cctv yang terpasang di pal pal pinggir jalan.

Vasya terus melangkah, ia terus memaksakan berjalan padahal jaraknya hampir setengah km tapi ia tak peduli setidaknya di sini banyak penerangan. Dan sampailah ia di toserba tapi ketika ia menoleh ke belakang lelaki itu sudah tiada.

Lega rasanya..

Iapun tak pikir panjang dan langsung masuk saja ke dalam, di depan baris mie instan ia mondar mandir mencari mie rasa ayam pok pok kesukaannya lalu ke kasir dan meminjam ponsel sang kasir untuk menelpon adiknya supaya menjemputnya di sana.

"Totalnya Rp 10.500,- kak."

"Iya mba, bentar ya."

Vasyapun merogoh sakunya dan mengeluarkan uang lembarannya.

"Pas ya kak"

Vasya mengangguk lalu menoleh keluar dengan was was sambil masih berusaha menghubungi Andri. Sialnya Andri tak kunjung menerima teleponnya sementara mbak mbak kasir sudah jengkel karena Vasya belum mengembalikan ponselnya. Terpaksa Vasya mengembalikan ponselnya begitu saja dan berharap adiknya menelpon kembali, ia jelas akan disini lebih lama lagi.

Di saat ia melakukan pembayaran dan berniat pulang tanpa mengharapkan Andri datang malah ia di hadapkan lagi dengan pembuat masalah di hidupnya.

Lelaki penguntit itu memasuki toserba, ia menyapa Vasya lalu membeli beberapa snack dan minuman. Lelaki itu menawarkan bantuan pada Vasya yang langsung di jawab dengan gelengan kepala.

"Tidak pak terima kasih, nanti adik saya akan datang."

"Sudahlah nona pulang saja sama bapak ini, kalian saling kenal kan lagi pula adiknya belum merespon."

Dasar oneng!

Seketika kasir wanita itu mendapat lirikan maut dari Vasya, ia sangat mengecewakan padahal tadi sudah dimintai tolong kenapa tidak peka.

"Tidak saya menunggu adik saya saja."

Sialnya pak Herry memaksa, lelaki itu terus saja membujuk ala ala bapak bapak baik hati tapi nyolot dan tentu Vasya merasa tak nyaman terlebih lagi wanita kasir itu terlihat mendukung pak Herry sialan. Rasanya ini tidak baik, dengan datangnya pak Herry sudah menjelaskan banyak hal.

Jelas lelaki itu datang karena sengaja. Lelaki itu pasti datang untuk melakukan sesuatu.

"Ini sudah larut kak toko juga mau tutup."

Bohong padahal tulisan di depan buka sampai 24 jam !

Pak Herry makin gencar mengajak Vasya untuk pulang, disinilah Vasya mulai ketar ketir. Ia kecewa dengan keadaan naas yang kini menderanya. Siapapun tolong.

"Ayo pulang kita searah Sya, saya kan atasan kamu."

Mantan atasan!

Dengan langkah berat Vasya nyelonong pulang sendiri, ia bahkan tak berterima kasih dengan kasir sialan itu. Dalam hatinya ia tak kan mau berbelanja di situ juga adiknya akan ia peringatkan untuk serupa.

Sebelum pak Herry keluar Vasya sudah berlari kencang sebisanya, ia terus terusan menyusuri jalan jalan itu tanpa menoleh. Sungguh jelas lelaki itu menyimpan maksud buruk.

Terdengar suara dari belakang memanggil manggil Vasya sambil berlari kencang. Pak Herry dengan pastur tubuhnya yang semampai pasti bisa menyusulnya dalam sekejab.

"Vasya, Vasya tunggu uangmu terjatuh!"

Tunggu.

Vasya berhenti sejenak sambil menoleh. Ia terkecoh padahal ia jelas tahu bahwa ia membawa uang pas dan sudah ia habiskan untuk membeli mie yang sekarang ia bawa. Celakanya saat tersadar pak Herry sudah berjarak 5 meter dan siap untuk merengkuhnya. Vasya kembali berlari dan berjanji tak kan terkecoh lagi.

Ia terus terusan memaksakan kakinya yang mulai berdenyut.

Pak Herry masih memanggil manggilnya. Vasya benar benar tak peduli, gadis itu terus saja berlari melawan arus mobil. Beberapa mobil lewat tapi mereka tak kepo dengan adengan lari larian marathon kedua orang di pinggiran.

"Vasya! Vasya!"

"Tolong berhenti! Bapak mau bicara!"

Bicara apa?

Kalau mau bicara tinggal bicara saja kenapa dia sampai mau repot repot mengejar.

Tunggu ada W******p kalau sekedar mau bicara.

Panggilan menyebalkan itu tak punya jera. Gadis itu benar benar muak sampai geleng geleng kepala saking frustasinya. Mie yang ia bawa sudah tak karuan bentuknya tapi ia tak peduli keselamatan adalah yang utama.

Mereka tak kenal baik dan selalu saja si Herry itu memberinya masalah jadi tidak masuk akal kalau lelaki itu datang untuk meminta maaf. Pasti ada maksud lain. Bahkan kaki lelaki itu masih terdengar berlari lari di belakang. Sungguh janggal bukan.

"Vasya!"

Setan kenapa tidak jera?

Vasya menatap kedepan sambil masih berusaha sekuat tenaga. Hidup dan matinya di pertaruhkan disini, sungguh ia tak tahu nasibnya jika tertangkap sekarang. Bahkan Andri sialan tak kunjung datang.

Mobil ferari merah tak sengaja lewat dan menyita perhatian Vasya, ia tak sengaja lengah lalu melakukan kesalahan fatal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status