"Ayo tak bantu berdiri!"Vasya tak bergeming, ia menatap uluran tangan itu dengan dengan ogah ogahan. Tangannyapun langsung menepis Jaden yang berharap gadis itu menurut dan mau menyambutnya."Minggir, aku bisa sendiri!"Jaden hanya mematung di tempat masih belum sadar akan sikap Vasya yang lagi lagi membuatnya syok. Jaden benar benar heran kenapa Vasya masih sangat susah untuk melunak padanya. Kali ini Vasya benar benar bangkit lalu berjalan dengan sangat baik, ralat ia sebenarnya mencoba berjalan tanpa cela walaupun kakinya benar benar merana. Sebisa mungkin ia tidak meringis sedikitpun. Tapi bukan Jaden namanya kalau tidak mengacau.Lelaki itu datang kembali dan tanpa bersalah langsung menginjak kaki Vasya. Memang benar tidak terlalu di tekan tapi rasanya sungguh seperti terasa sampai ke ubun ubun. Jaden tersenyum, ia menoleh ke arah mak Imah yang masih memerhatikan kaki Vasya."Masih mbok, coba di urut kembali."Sialan memang si Jaden!Vasya hanya bisa terduduk di lantai sambil m
Itu bukan Jaden.Mana mungkin lelaki itu berada disini. Vasya sudah parno ia mundur perlahan hendak lari tapi lelaki itu lebih cekatan. Ninja itu segera menerjang lalu membius Vasya dengan obat bius yang lelaki itu kantongi.Disini Vasya sudah kalang kabut, ia berusaha untuk kabur. Pokoknya ia berusaha agar obat bius itu tak berhasil menuju hidungnya. Ia masih berusaha memberontak walaupun laki laki itu kuat tapi Vasya tak tinggal diam.Iapun kaget kenapa gadis sekecilnya bisa memperoleh tenaga macam itu tapi aksinya tiba tiba di hentikan oleh tamparan keras yang mengenai pipinya. Vasya kaget, ia syok lelaki itu berani menamparnya. Emosinya di gulung amarah, ia dengan brutal menerjang sambil melotot.Tangan lelaki itu di pelintir hingga sapu tangannya terjatuh, lelaki itu berusaha meraih Vasya dengan tangan satunya tapi Vasya segera menendang selangkangannya dan baru terdengar suara lelaki itu kesakitan. Reflek Vasya menoleh kembali, ia kenal dengan ninja ini.Benar kata Jaden, si Her
"Dia berbahaya pak Rt dan warga warga sekalian."Vasya masih syok, ia mengibas ngibaskan rambutnya gemas dengan skenario tai kuda ini. Padahal Adiknya belum ketemu loh."Buktinya mana, kenapa saya di fitnah rampok?"Gadis itu cukup frontal, ia menatap Herry tanpa takut. Dia benar benar tak bersalah disini."Justru ia yang psikopat karena saya di ikutin dari kota ke sini dan lelaki ini ingin menculik saya yang terpisah dari adik saya.""Saya ada buktinya, sapu tangan ini!""Itu kan milik kamu, aneh kamu ini!""Tuh kan saudara saudara ia berani nyolot."Wahh!!Gila nih orang!"Ini fitnah bapak bapak, saya gadis baik baik bukan pencuri.""Heh, perempuan sundel sudahlah kamu yang memang dari dulu mencoba merayu dan memanfaatkan saya kan tapi saya tidak mau jadinya kamu mau menculik saya.""Idiihhhh ngapain kayak kamu penting aja!"Vasya membali mengibaskan rambutnya, ia gemas dan sekarang warga bingung sendiri. Di saat itu Vasya melirik kembali ke arah Herry yang tersenyum licik."Maumu i
Di deretan itu jelas ia melihat Jaden dan Andri yang langsung menghampiri Vasya, ia menerjang warga yang menghalangi jalannya. Adik tersayangnya mulai menangis melihat kakaknya di perlakukan macan binatang.Vasyapun menangis, ia bersyukur adiknya selamat dan sehat walafiat. Mereka saling berpegangan tangan. Berkali kali Andri mengucapkan permintaan maafnya tapi Vasya tahu Andri tidak bersalah disini."Ini bukan salahmu Andri, aku masih hidup. Kita harusnya bersyukur karena masih bisa ketemu."Bohong Vasya.Kenyataannya ia sekarang tengsin. Ia legatapi ia tak rela karena sekarang Jaden sedang menatap iba ke arahnya, ia jelas malu dengan keadaan ini. Kenapa ia sial sekali. Berkali kali Jaden memergokinya bernasib naas dan lelaki itu selalu datang bak pahlawan padahal Vasya tak menyukai hal itu.Di samping Jaden sudah ada pak polisi yang langsung frontal bertanya kenapa Vasya di kurung seperti itu. Polisi itu langsung bilang bahwa itu menyalahi aturan, manusia di larang di kurung bagai
Vasya yakin betul sepatu itu tadi masih menempel di kaki jenjang dewa itu tapi kenapa sudah hilang. Kapan lelaki itu kehilangan sepatunya. Saat ia kebingungan tiba tiba sepatu itu muncul di depan kakinya dan Jaden sudah jongkok lalu mengusap ngusap kaki Vasya yang telanjang."Pakai ini dulu Sya biar tak di gigit nyamuk."Vasya termenung saat Jaden membersihkan kakinya, ia melihat lelaki itu memasang sepatu fantofelnya di kakinya yang jelas kebesaran tapi kenapa hal tersebut mampu membuatnya berdebar."Nah sudah."Pas dengan kalimat itu gemboknya berhasil jatuh lalu iapun terbebas dari kandang besi sialan itu. Semuanya lega begitupun Vasya. Gadis itu sangat bersyukur bisa menginjakkan kaki di luar kandang walaupun dengan sepatu kebesaran.Ia mengucapkan terima kasih sekali pada para warga yang membantunya untuk bebas. Dan tak perlu di ragukan iapun mengucapkan terima kasih sambil menunduk di depan Jaden yang berdiri tak jauh darinya.Tapi setelahnya tubuh Vasya mematung tak bergerak ka
"Itu lebih gila lagi Dri ngapain kakak kesana malah nanti ketemu sama Hengki.""Iihhhh ogah najis."Vasya bergindik ngeri sementara Andri sudah cekikikan tak karuan. Ia sedang membayangkan Vasya yang tunduk di bawah pimpinan Hengki. Jelas mereka akan perang nuklir setiap hari. Sekedar cerita Hengki itu atasan Andri yang menyukai Vasya."Tak apa apa lah kak.""Eh~ tidak bisa enak saja!"Andri menoleh ke belakang, sepertinya kakaknya salah paham dengan sosok atasannya yang sebenarnya dermawan. Andripun segera menambahi bahwa lelaki itu sosok yang baik."Dia selalu menanyakan kakak.""Trus kamu jawab apa?""Jawab biasa lah.""Ihh harusnya bilang sudang mati begitu!""Hush!!"Jaden menggunakan jari telunjuknya untuk menutup mulutnya supaya mereka juga ikut diam tapi bukan Andri namanya kalau mulutnya tidak rombeng."Si Hengki banyak bantu Andri lo kak.""Itu mah emang keharusan, kan dia pimpinan ya harus baik dong sama bawahannya.""Tapi..""Nggak bisa pokoknya ke kantor kamu bukan opsi p
Andri yang terdiam di tengah drama hanya bisa melirik ke kedua insan yang sedang bersiteru dengan hati masing masing, ia bahkan sudah tak di anggap ada disini. Lelaki itu kemudian memejamkan mata, ia masa bodoh dengan urusan orang dewasa.Tapi dalam hati kenapa ia kasihan dengan kakaknya, ia ingin marah pada lelaki yang menyediakan mereka tumpangan tapi bagaimana, sekali lagi ia tak mau ikut campur."Terus mau dengar yang bagaimana?"Sulit menahan amarah dan tangisan di saat yang bersamaan, sangat sulit sekali bagi Vasya untuk sekedar bermuka datar. Rasa ingin memaki amatlah besar tapi untuk apa bukankah dari dulu juga sudah jelas."Sya..""Selamat saja ya, semoga memang itu pilihan terbaik dalam hidup kamu."Jaden terdiam sementara Vasya juga terdiam, Vasya mencoba tulus tapi sepertinya ia amat terpaksa. Memang orang kaya seharusnya dengan yang sama sama kaya bukan, seperti Amanda.Vasnya di belakang hanya bisa memandangi kuku kukunya lalu mengalihkan pandangannya ke jendela mobil, i
Vasya tersenyum lebar tapi Andri menggeleng. Lelaki itu tak seperti biasanya."Jangan kesana karena mama mau kesini.""Hah serius kok pas sekali momentnya."Vasya makin tersenyum lebar karena ibunya pasti membawa aneka macam bahan makanan kesini tapi ekspresi Andri benar benar membingungkan."mama kesini karena hal lain kak.""Apa?""Karena Jaden yang sat set sat set sudah kesana meminta restu."Badan Vasya membeku, ia kaget dan kepikiran tentang apa yang lelaki sableng itu omongkan dengan ibunya, jangan jangan."Jaden cerita ia ngomong apa?"Andri menggeleng tapi ia tahu Jaden pasti di sambut dengan baik oleh ibunya. Vasya juga paham, ibunya pasti mengingat lelaki yang sesekali mengantarkan Vasya pulang ke rumah.Tok, tok, tok..Great !!Mereka saling pandang dan akhirnya Vasya menyuruh Andri membukakan pintu dengan lirikan matanya. Andri yang penurut segera melakukannya, lelaki itu berjalan ke depan dan mendapati di depan sana sudah ada ibu ibu tapi memakai jaket ijo.Anehnya siluet