"Itu lebih gila lagi Dri ngapain kakak kesana malah nanti ketemu sama Hengki.""Iihhhh ogah najis."Vasya bergindik ngeri sementara Andri sudah cekikikan tak karuan. Ia sedang membayangkan Vasya yang tunduk di bawah pimpinan Hengki. Jelas mereka akan perang nuklir setiap hari. Sekedar cerita Hengki itu atasan Andri yang menyukai Vasya."Tak apa apa lah kak.""Eh~ tidak bisa enak saja!"Andri menoleh ke belakang, sepertinya kakaknya salah paham dengan sosok atasannya yang sebenarnya dermawan. Andripun segera menambahi bahwa lelaki itu sosok yang baik."Dia selalu menanyakan kakak.""Trus kamu jawab apa?""Jawab biasa lah.""Ihh harusnya bilang sudang mati begitu!""Hush!!"Jaden menggunakan jari telunjuknya untuk menutup mulutnya supaya mereka juga ikut diam tapi bukan Andri namanya kalau mulutnya tidak rombeng."Si Hengki banyak bantu Andri lo kak.""Itu mah emang keharusan, kan dia pimpinan ya harus baik dong sama bawahannya.""Tapi..""Nggak bisa pokoknya ke kantor kamu bukan opsi p
Andri yang terdiam di tengah drama hanya bisa melirik ke kedua insan yang sedang bersiteru dengan hati masing masing, ia bahkan sudah tak di anggap ada disini. Lelaki itu kemudian memejamkan mata, ia masa bodoh dengan urusan orang dewasa.Tapi dalam hati kenapa ia kasihan dengan kakaknya, ia ingin marah pada lelaki yang menyediakan mereka tumpangan tapi bagaimana, sekali lagi ia tak mau ikut campur."Terus mau dengar yang bagaimana?"Sulit menahan amarah dan tangisan di saat yang bersamaan, sangat sulit sekali bagi Vasya untuk sekedar bermuka datar. Rasa ingin memaki amatlah besar tapi untuk apa bukankah dari dulu juga sudah jelas."Sya..""Selamat saja ya, semoga memang itu pilihan terbaik dalam hidup kamu."Jaden terdiam sementara Vasya juga terdiam, Vasya mencoba tulus tapi sepertinya ia amat terpaksa. Memang orang kaya seharusnya dengan yang sama sama kaya bukan, seperti Amanda.Vasnya di belakang hanya bisa memandangi kuku kukunya lalu mengalihkan pandangannya ke jendela mobil, i
Vasya tersenyum lebar tapi Andri menggeleng. Lelaki itu tak seperti biasanya."Jangan kesana karena mama mau kesini.""Hah serius kok pas sekali momentnya."Vasya makin tersenyum lebar karena ibunya pasti membawa aneka macam bahan makanan kesini tapi ekspresi Andri benar benar membingungkan."mama kesini karena hal lain kak.""Apa?""Karena Jaden yang sat set sat set sudah kesana meminta restu."Badan Vasya membeku, ia kaget dan kepikiran tentang apa yang lelaki sableng itu omongkan dengan ibunya, jangan jangan."Jaden cerita ia ngomong apa?"Andri menggeleng tapi ia tahu Jaden pasti di sambut dengan baik oleh ibunya. Vasya juga paham, ibunya pasti mengingat lelaki yang sesekali mengantarkan Vasya pulang ke rumah.Tok, tok, tok..Great !!Mereka saling pandang dan akhirnya Vasya menyuruh Andri membukakan pintu dengan lirikan matanya. Andri yang penurut segera melakukannya, lelaki itu berjalan ke depan dan mendapati di depan sana sudah ada ibu ibu tapi memakai jaket ijo.Anehnya siluet
"Cari cari gih, mau kamu dijodohin sama Steven?"Vasya menoleh ke arah asal suara yang tidak lain dan tidak bukan adalah adiknya yang sedang bersender di pintu."Apah?""Mama mau ngatur pertemuan kamu dengan Steven."Vasya terdiam, ia sedang mencari sosok Steven di pikirannya dan akhirnya ketemu. "Anak ibu Reni teman arisan mama itu?""Iya si bulet yang suka malak kamu waktu sd."Omygod ini bencana.Vasya seperti mau pingsan saja rasanya, kenapa lagi dengan ibunya. Seperti tidak ada orang lain saja, kenapa harus di jodohkan segala, ia bisa sendiri mencari jodoh dan lagian tak ingatkah dia saat Vasya dulu sekolah kerap kali gadis kecil itu pulang sambil menangis karena di usik oleh Steven tengil.Ia menggeleng geleng lalu menatap Andri yang masih berdiri disana."Terus mama ngomong apa lagi.""Udah gitu aja terus pergi arisan, nah di arisan ini puncaknya, disana kan ada ibu Reni."Vasya secepat kilat menelpon ibunya tapi wanita sibuk itu tak segera menjawab."Angkat dong maa.. masak n
Hening. Suasana di dalam mobil benar benar mirip kuburan tapi akhirnya Jaden berinisiatif menyalakan radio mobilnya. Kedua insan tersebut sibuk dengan pikiran masing masing. Vasya tentu hanya bisa menunduk sambil memandangi kuku kuku manisnya yang ia cat blue sea manjah.Jaden sibuk menyetir, ia bahkan tak melirik Vasya sedikitpun. Mungkin lelaki itu memang memegang teguh perkataannya kemarin. Canggung sekali berada di posisi macam itu. Selama perjalanan mereka benar benar mute tanpa dialog apapun, mungkin Jaden memang sudah sadar.Dan Vasya yang merasa benar benar malu disini, gadis itu entah kenapa merasa amat bersalah padahal ia tak melakukan dosa apapun.Cittttt!!Kretek!Kepala Vasya terbentur penghalang cahaya yang tak sengaja ia turunkan waktu menaiki mobil. Ia menoleh ke arah supir yang kini nampak kebingungan."Nabrak apa ya?"Tanpa mengindahkan kehaduhan Vasya lelaki itu segera turun, ia menunduk mencoba mencari tahu kira kira apa yang ia tabrak barusan. Dan ternyata seekor
"Ini Vasya teman aku."Tante tante kan ya ini jadi kalau aku manggil tante tentu tak salah kan ya."Kamu temen Jeden?""Iya tante aku Vasya teman Jaden.""Cantik ya temen kamu Jaden."Ini tantenya memuji atau cemburu, tunggu apa Jaden di jodohkan dengan janda mendekati nenek nenek begitu? Mungkin keluarganya bangkrut punya hutang banyak sehingga Jaden yang harus berkorban?Entah kenapa Vasya bergindik ngeri, ia menatap Jaden dengan iba. Tapi Jaden sendiri asik makan sambil di belai tantenya."Kamu sudah lama tidak kemari, semuanya baik baik saja kan?""Baik, semuanya baik.""Kangen banget rasanya."Vasya terdiam, dia tak berani berargumen setelah melihat drama telenovela yang berjudul pacarku berondong glowing. Sementara sang aktris masih saja membelai rambut Jaden. Astaga Vasya syok berat sekarang.Gadis itu memasukkan sup ke mulutnya tanpa berkomentar tentang rasa, ia sibuk melamun dengan pikirannya sendiri, kenapa Jaden membawanya kemari. Mau pamer kalau punya pacar kaya, matang d
Mobil mulai memasuki lokasi villa, Vasya bersender di kaca mobil sambil memegang erat sabuk pengamannya."Ayo turun!""Mau ngapain kesini?"Jaden tak menjawab, lelaki itu menutup pintu begitu saja lalu beralih ke sisi kiri untuk membukakan pintu untuk Vasya. Disitu Vasya masih saja memegangi sabuk pengamannya dengan erat.Cekleeekk.."Ayo turun yang lain sudah menunggu?""Yang lain siapa?"Jaden mencoba meraih tangannya tapi Vasya menolak, pikirannya amat sangat kacau, ia takut di gilir kalau begini caranya. Kenapa pikirannya bervariatif sekali."Ayo kita seneng seneng sama semua."Ini maksutnya apa?Vasya tetap membeku, dia menolak turun sampai sampai Jaden terpaksa melepas paksa sabuk pengamannya lalu membopong Vasya supaya gadis itu keluar dari mobil tapi tak semudah itu, karena jelas gadis itu meronta ronta layaknya leak yang kesurupan.ia memukul mukul dada Jaden dengan sangat keras bahkan ia juga menarik narik wajah Jaden. Pokoknya chaos muka lelaki ganteng itu, jassnya juga tak
Vasya kembali mengangguk, sungguh tangannya sekarang gemetaran. Armin memang bukan miliknya tapi kenapa ia merasa tak nyaman di posisi ini. Kenapa Armin demikian jika ia tak mau mengakhiri hubungannya dengan Amanda."Ini sulit Sya, ayahku mau putera dari grup Kapital."Dan Armin orangnya?Mungkin memang Vasya yang salah karena baper padahal jelas ia harusnya paham sehumble apa si Armin ini. Saat jalan berdua harusnya ia paham jika status mereka benar benar berbeda."Kamu mau jemput dia kan Sya?"Sambil menghembuskan nafas Vasya menatap Amanda yang penuh harap padanya."Bantu aku sekali lagi, bisakah kamu mengambilnya.""Armin mencintaimu bukan aku."Amanda memasang tampang melas, gadis bucin itu tetap menyebut nama Vino yang jelas jelas jauh sekali dengan chaebol tampan nan tajir yang sekarang sedang mbolang di prindapan."Sya buat dia jatuh cinta bisa?"Mission imposible itu membuat Vasya hampir menangis, bukannya Armin yang terjebak malah ia yang berhasil di buat baper."Amanda suda