"Cari cari gih, mau kamu dijodohin sama Steven?"Vasya menoleh ke arah asal suara yang tidak lain dan tidak bukan adalah adiknya yang sedang bersender di pintu."Apah?""Mama mau ngatur pertemuan kamu dengan Steven."Vasya terdiam, ia sedang mencari sosok Steven di pikirannya dan akhirnya ketemu. "Anak ibu Reni teman arisan mama itu?""Iya si bulet yang suka malak kamu waktu sd."Omygod ini bencana.Vasya seperti mau pingsan saja rasanya, kenapa lagi dengan ibunya. Seperti tidak ada orang lain saja, kenapa harus di jodohkan segala, ia bisa sendiri mencari jodoh dan lagian tak ingatkah dia saat Vasya dulu sekolah kerap kali gadis kecil itu pulang sambil menangis karena di usik oleh Steven tengil.Ia menggeleng geleng lalu menatap Andri yang masih berdiri disana."Terus mama ngomong apa lagi.""Udah gitu aja terus pergi arisan, nah di arisan ini puncaknya, disana kan ada ibu Reni."Vasya secepat kilat menelpon ibunya tapi wanita sibuk itu tak segera menjawab."Angkat dong maa.. masak n
Hening. Suasana di dalam mobil benar benar mirip kuburan tapi akhirnya Jaden berinisiatif menyalakan radio mobilnya. Kedua insan tersebut sibuk dengan pikiran masing masing. Vasya tentu hanya bisa menunduk sambil memandangi kuku kuku manisnya yang ia cat blue sea manjah.Jaden sibuk menyetir, ia bahkan tak melirik Vasya sedikitpun. Mungkin lelaki itu memang memegang teguh perkataannya kemarin. Canggung sekali berada di posisi macam itu. Selama perjalanan mereka benar benar mute tanpa dialog apapun, mungkin Jaden memang sudah sadar.Dan Vasya yang merasa benar benar malu disini, gadis itu entah kenapa merasa amat bersalah padahal ia tak melakukan dosa apapun.Cittttt!!Kretek!Kepala Vasya terbentur penghalang cahaya yang tak sengaja ia turunkan waktu menaiki mobil. Ia menoleh ke arah supir yang kini nampak kebingungan."Nabrak apa ya?"Tanpa mengindahkan kehaduhan Vasya lelaki itu segera turun, ia menunduk mencoba mencari tahu kira kira apa yang ia tabrak barusan. Dan ternyata seekor
"Ini Vasya teman aku."Tante tante kan ya ini jadi kalau aku manggil tante tentu tak salah kan ya."Kamu temen Jeden?""Iya tante aku Vasya teman Jaden.""Cantik ya temen kamu Jaden."Ini tantenya memuji atau cemburu, tunggu apa Jaden di jodohkan dengan janda mendekati nenek nenek begitu? Mungkin keluarganya bangkrut punya hutang banyak sehingga Jaden yang harus berkorban?Entah kenapa Vasya bergindik ngeri, ia menatap Jaden dengan iba. Tapi Jaden sendiri asik makan sambil di belai tantenya."Kamu sudah lama tidak kemari, semuanya baik baik saja kan?""Baik, semuanya baik.""Kangen banget rasanya."Vasya terdiam, dia tak berani berargumen setelah melihat drama telenovela yang berjudul pacarku berondong glowing. Sementara sang aktris masih saja membelai rambut Jaden. Astaga Vasya syok berat sekarang.Gadis itu memasukkan sup ke mulutnya tanpa berkomentar tentang rasa, ia sibuk melamun dengan pikirannya sendiri, kenapa Jaden membawanya kemari. Mau pamer kalau punya pacar kaya, matang d
Mobil mulai memasuki lokasi villa, Vasya bersender di kaca mobil sambil memegang erat sabuk pengamannya."Ayo turun!""Mau ngapain kesini?"Jaden tak menjawab, lelaki itu menutup pintu begitu saja lalu beralih ke sisi kiri untuk membukakan pintu untuk Vasya. Disitu Vasya masih saja memegangi sabuk pengamannya dengan erat.Cekleeekk.."Ayo turun yang lain sudah menunggu?""Yang lain siapa?"Jaden mencoba meraih tangannya tapi Vasya menolak, pikirannya amat sangat kacau, ia takut di gilir kalau begini caranya. Kenapa pikirannya bervariatif sekali."Ayo kita seneng seneng sama semua."Ini maksutnya apa?Vasya tetap membeku, dia menolak turun sampai sampai Jaden terpaksa melepas paksa sabuk pengamannya lalu membopong Vasya supaya gadis itu keluar dari mobil tapi tak semudah itu, karena jelas gadis itu meronta ronta layaknya leak yang kesurupan.ia memukul mukul dada Jaden dengan sangat keras bahkan ia juga menarik narik wajah Jaden. Pokoknya chaos muka lelaki ganteng itu, jassnya juga tak
Vasya kembali mengangguk, sungguh tangannya sekarang gemetaran. Armin memang bukan miliknya tapi kenapa ia merasa tak nyaman di posisi ini. Kenapa Armin demikian jika ia tak mau mengakhiri hubungannya dengan Amanda."Ini sulit Sya, ayahku mau putera dari grup Kapital."Dan Armin orangnya?Mungkin memang Vasya yang salah karena baper padahal jelas ia harusnya paham sehumble apa si Armin ini. Saat jalan berdua harusnya ia paham jika status mereka benar benar berbeda."Kamu mau jemput dia kan Sya?"Sambil menghembuskan nafas Vasya menatap Amanda yang penuh harap padanya."Bantu aku sekali lagi, bisakah kamu mengambilnya.""Armin mencintaimu bukan aku."Amanda memasang tampang melas, gadis bucin itu tetap menyebut nama Vino yang jelas jelas jauh sekali dengan chaebol tampan nan tajir yang sekarang sedang mbolang di prindapan."Sya buat dia jatuh cinta bisa?"Mission imposible itu membuat Vasya hampir menangis, bukannya Armin yang terjebak malah ia yang berhasil di buat baper."Amanda suda
Ceklek...Pintu itu mulai terbuka sedikit demi sedikit tapi gadis itu malah tampak kebingungan, ia lalu membuka pintu itu lebar lebar dan tidak ada siapa siapa."Kok bisa?"Benar benar hanya udara kosong tapi ia mendengar dengan jelas bahwa ada seseorang yang mengetok pintu, belum selesai keheranannya ia kembali di kejutkan dengan suara teriakan dari arah kamar yang tadi Vasya tempati.Secepat kilat Manda menutup pintu lalu langsung berlari menuju kamar, ia membuka pintunya dan mendapati Vasya sedang tegang sambil melihat ke arah jendela."Kenapa Sya?"Amanda panik sendiri melihat nafas temannya ngos ngosan. Vasya hanya menggeleng tapi ia meremas dadanya hingga kemejanya kusut. "Tenang, tenang."Vasya hanya berguman samar, ia menoleh ke arah sahabatnya lalu mengatakan sesuatu yang tak masuk akal."Bisakah kamu beritahu Armin yang sebenarnya?"*Menit sebelumnya saat Amanda memasuki kamar mandi, perlahan mata Vasya terpejam lalu mengantarkannya ke alam bawah sadarnya. Ia mulai berjala
"Jaga mulut kamu ya!!""Lha terus kenapa kok sekarang nggak mau nemuin Armin lagi, pasti alasannya itu!""Amanda!""Kamu pasti sudah beberapa kali tidur kan sama pak Jaden."Vasya ingin sekali mengkrues mulut rombeng wanita jahanan itu, ia mengepalkan tangannya mencoba meredam amarahnya sendiri."Jangan keterlaluan, Jaden tidak ada hubungannya dengan semua ini.""Emang masuk akal?""Kamu dulu santai saja kenapa sekarang nggak, pokoknya temuin Armin!!""Kamu yang harus nemuin Armin bukan aku!""Syaa Armin buat kamu aja!""Emang Armin barang apa? lagian emang aku butuh? dia jelas jelas suka sama kamu!"Suminten kloningan itu tetep kekeh mengucapkan bahwa Armin sekarang milik Vasya, helo siapa yang tenang kalau dapat sampah dari temannya sendiri. Vasya pening, ia memikirkan Armin yang kasihan sekali karena mencintai perempuan gila macam Amanda."Aku akan jujur dan bilang semuanya!"Hening.Amanda hanya bisa melotot, ia kesal dan langsung pergi begitu saja tanpa menoleh sedikitpun. Sedang
Tatapan hyena betina itu seakan menusuk ke tulang tulang Vasya. Sementara Jaden berjalan ke depan untuk menghalangi pandangan skeptis itu mengarah pada Vasya."Ia Vasya salah satu pegawaiku.""Kalau ada orang bicara di jawab!"Vasya menelan ludah, ia merasakan perasaan semrawut yang tak karuan ujungnya ia gugup."Saya Vasya bu..""Kenapa tak sopan sekali?""Maaf bu saya tidak melakukan apa apa, saya sudah menjawab.""Berani ya kamu!""Telat jawabnya, kukira kamu tadi bisu. Dasar tak sopan!"Bagian mana yang tak sopan memangnya, wanita itu hendak bicara lagi tapi keburu di hardik oleh Jaden agar tidak berlebihan. Sementara Vasya sudah berkeringat dingin, ia benar benar pucat sekali."Ia hanya pegawai dan kamu salah paham saja.""Apa?!""Udah sis, ayo kita makan saja."Mendengarnya Siska luluh begitu saja lalu ia mulai bermanja manja kembali sambil mengatakan ia ingin bebek peking yang letaknya tak jauh dari tempat mereka sekarang."Oke, oke ayo kita kesana."Vasya memandang gadis itu s