Suara Andri terdengar lantang sementara tubuh kakaknya sudah ia lempar entah kemana. Kebiasaan lelaki itu tak pernah bisa sembuh. Setiap kali mati lampu pasti ia akan panik sendiri. Dan untungnya tubuh Vasya tak terbentur lantai melainkan tertangkap oleh Jaden.Pose mereka sudah sangat dekat dan lagi lagi Vasya teringat memori lampau, ia langsung reflek berdiri tapi kemudian kembali meringis lalu berpegangan pada lengan Jaden.Untungnya itu dalam keadaan gelap jadi ia tak tengsin amat. Dengan terpaksa ia meminta tolong pada Jaden. Mulutnyapun kaku setengah mati waktu mengucapkannya."Aku antar ke kamar."Jaden meraih ponselnya lalu menyalakan lampu flash. Lelaki itu memapah Vasya ke kamarnya sementara Andri masih terduduk di lantai sambil menutupi wajahnya yang ketakutan."Tolong sadarkan adikku."Jaden hanya mengangguk lalu meletakkan Vasya di kasurnya. Lelaki itu berlalu menuju lelaki yang sedang menutup matanya menggunakan telapak tangannya. Ia menyinari wajah Andri dengan flashnya
"Efek minum kopi."Bohong padahal Vasya minum boba tadi sore. Jaden tak bertanya lagi. Vasya mencoba menutup matanya kembali tapi masih belum bisa terpejam lalu terdengar suara Jaden membalikkan badannya ke arah Vasya."Kamu ingat waktu kemah pas SMA Sya?"Ahh tidak ingat, aku tidak ingat!Sudah hilang ingatan aku!Vasya terdiam, dia tak capek capek menjawab walaupun sekarang pikirannya berkelana ke masa yang Jaden sebutkan. Masa masa mereka kemah dan tersesat di dalam hutan hingga gemetaran karena bertemu kuntilanak dan sebangsanya."Masih ingat kamu tidur di tenda laki laki?"Vasya syok sebentar ternyata adegan itu yang di maksud oleh Jaden. Ia teringat walaupun samar samar."Kamu tidur di sebelah aku karena saking takutnya."Waow benarkah itu?Vasya masih terdiam, ia berusaha agar tak kembali ke masa yang sudah sudah. Jujur saja ia belum bisa untuk berdamai dengan dirinya di masa lalu. Sekali membuka ingatan lama yang membahagiakan ingatan rentetan selanjutnya pasti akan terngian j
Apakah mereka sedang memainkan game tunggu tungguan dahulu. Perasaan tidak. Jaden masih terdiam."Ngobrol dong kalau mau di tunggu!"Tapi nunggu buat apa buat jadi babu?Sudah benar Jaden pergi dari hidup Vasya. Vasya mencoba relax kembali, ia tak ingin melahap lelaki itu hidup hidup walaupun tubuhnya gemetar dan kepalanya sudah berat sebelah. Sabar, sabar pokoknya tetap ia tahan agar kembang api takkan tersulut.Tengsin dia masak begitu saja marah marah padahal harusnya ia bersyukur bukan. Biar Jaden beranggapan bahwa kepergiannya bukan masalah serius."Bukankah kalau pasangan pasti akan menunggu?""Oh, kita pasangan? Kapan?"Mulut Vasya getir, ia tak tahan dengan jarak sedekat ini. Sebenarnya kenapa Jaden begini, maksut lelaki itu apa sebenarnya. Tapi lelaki itu terdiam kembali sambil memandangi seprei."Sya..""Hhmm aku ngantuk mau tidur."Vasya kembali membelakanginya tapi masih dengan tubuh yang tegang, ini fix ia takkan bisa tidur semalaman. "Aku minta maaf."Barusan itu suara
Sudah jangan terpengaruh.Biarkan dia sesukanya.Vasya berjalan sambil mengendalikan nafasnya, ia tarik nafas buang, tarik nafas lalu buang berulang kali. Sesampainya di ruang televisi ia terduduk di sofa dan memutuskan untuk tidur disana sambil menyalakan televisi."Ponselmu paswordnya masih sama."Matilah sudah!.Gadis itu meraba raba di mana ponselnya dan sialnya ponsel itu sekarang ada dalam genggaman Jaden. Lelaki itu asik mengotak ngatiknya seketika Vasya kembali meradang."Jangan!""Itu ponsel aku!"Secepat kilat Vasya mencoba merebutnya walaupun dengan kaki yang demikian dan sekarang kakinya bengkak serta membiru. Jaden sendiri tak bergeming lelaki itu fokus pada ponsel yang sekarang sedang ia polototi.Vasya sebal ia meraih ponsel itu begitu saja dari tangan bajingan yang sekarang hanya meringis."Ini privasi ya pak!""Jangan kurang ajar!"Vasya sewot, ia melirik ponselnya yang sekarang sedang menunjukkan gallery foto fotonya. Dan pas dimana muka Jaden dengan Vasya banyak terp
"Ayo tak bantu berdiri!"Vasya tak bergeming, ia menatap uluran tangan itu dengan dengan ogah ogahan. Tangannyapun langsung menepis Jaden yang berharap gadis itu menurut dan mau menyambutnya."Minggir, aku bisa sendiri!"Jaden hanya mematung di tempat masih belum sadar akan sikap Vasya yang lagi lagi membuatnya syok. Jaden benar benar heran kenapa Vasya masih sangat susah untuk melunak padanya. Kali ini Vasya benar benar bangkit lalu berjalan dengan sangat baik, ralat ia sebenarnya mencoba berjalan tanpa cela walaupun kakinya benar benar merana. Sebisa mungkin ia tidak meringis sedikitpun. Tapi bukan Jaden namanya kalau tidak mengacau.Lelaki itu datang kembali dan tanpa bersalah langsung menginjak kaki Vasya. Memang benar tidak terlalu di tekan tapi rasanya sungguh seperti terasa sampai ke ubun ubun. Jaden tersenyum, ia menoleh ke arah mak Imah yang masih memerhatikan kaki Vasya."Masih mbok, coba di urut kembali."Sialan memang si Jaden!Vasya hanya bisa terduduk di lantai sambil m
Itu bukan Jaden.Mana mungkin lelaki itu berada disini. Vasya sudah parno ia mundur perlahan hendak lari tapi lelaki itu lebih cekatan. Ninja itu segera menerjang lalu membius Vasya dengan obat bius yang lelaki itu kantongi.Disini Vasya sudah kalang kabut, ia berusaha untuk kabur. Pokoknya ia berusaha agar obat bius itu tak berhasil menuju hidungnya. Ia masih berusaha memberontak walaupun laki laki itu kuat tapi Vasya tak tinggal diam.Iapun kaget kenapa gadis sekecilnya bisa memperoleh tenaga macam itu tapi aksinya tiba tiba di hentikan oleh tamparan keras yang mengenai pipinya. Vasya kaget, ia syok lelaki itu berani menamparnya. Emosinya di gulung amarah, ia dengan brutal menerjang sambil melotot.Tangan lelaki itu di pelintir hingga sapu tangannya terjatuh, lelaki itu berusaha meraih Vasya dengan tangan satunya tapi Vasya segera menendang selangkangannya dan baru terdengar suara lelaki itu kesakitan. Reflek Vasya menoleh kembali, ia kenal dengan ninja ini.Benar kata Jaden, si Her
"Dia berbahaya pak Rt dan warga warga sekalian."Vasya masih syok, ia mengibas ngibaskan rambutnya gemas dengan skenario tai kuda ini. Padahal Adiknya belum ketemu loh."Buktinya mana, kenapa saya di fitnah rampok?"Gadis itu cukup frontal, ia menatap Herry tanpa takut. Dia benar benar tak bersalah disini."Justru ia yang psikopat karena saya di ikutin dari kota ke sini dan lelaki ini ingin menculik saya yang terpisah dari adik saya.""Saya ada buktinya, sapu tangan ini!""Itu kan milik kamu, aneh kamu ini!""Tuh kan saudara saudara ia berani nyolot."Wahh!!Gila nih orang!"Ini fitnah bapak bapak, saya gadis baik baik bukan pencuri.""Heh, perempuan sundel sudahlah kamu yang memang dari dulu mencoba merayu dan memanfaatkan saya kan tapi saya tidak mau jadinya kamu mau menculik saya.""Idiihhhh ngapain kayak kamu penting aja!"Vasya membali mengibaskan rambutnya, ia gemas dan sekarang warga bingung sendiri. Di saat itu Vasya melirik kembali ke arah Herry yang tersenyum licik."Maumu i
Di deretan itu jelas ia melihat Jaden dan Andri yang langsung menghampiri Vasya, ia menerjang warga yang menghalangi jalannya. Adik tersayangnya mulai menangis melihat kakaknya di perlakukan macan binatang.Vasyapun menangis, ia bersyukur adiknya selamat dan sehat walafiat. Mereka saling berpegangan tangan. Berkali kali Andri mengucapkan permintaan maafnya tapi Vasya tahu Andri tidak bersalah disini."Ini bukan salahmu Andri, aku masih hidup. Kita harusnya bersyukur karena masih bisa ketemu."Bohong Vasya.Kenyataannya ia sekarang tengsin. Ia legatapi ia tak rela karena sekarang Jaden sedang menatap iba ke arahnya, ia jelas malu dengan keadaan ini. Kenapa ia sial sekali. Berkali kali Jaden memergokinya bernasib naas dan lelaki itu selalu datang bak pahlawan padahal Vasya tak menyukai hal itu.Di samping Jaden sudah ada pak polisi yang langsung frontal bertanya kenapa Vasya di kurung seperti itu. Polisi itu langsung bilang bahwa itu menyalahi aturan, manusia di larang di kurung bagai