Hey, ruanganmu di Devisi 3.
Seketika mulut Vasya kering. Ia menatap Jaden dengan mata membulat sementara masalalunya itu tersenyum dengan seringai bagai serigala. Para tukang masih lalu lalang seolah membuat singgasana baru bagi raja hutan sialan.Sial.Baru belum genap sejam ia lega karena Herry hilang dari pandangan tapi sekarang sudah ada penjajah baru dalam hidupnya. Jaden bukan Dewa ia iblis berbalut wajah tampan dengan tubuh yang mirip pahatan yunani. Sungguh ia iblis.Makanya Vasya tak senang sedikitpun bertemu dengan Jaden, ia sama sekali tak merasa nyaman dengan situasi sekarang. Dengan cekatan ia segera mematikan komputer dan meraih tas hendak pulang lalu menulis surat pengunduran dirinya. Tapi iblis berkulit dewa itu mencegahnya untuk pergi."Jangan bilang tak mau karena kamu sudah tahu bagaimana hari harimu setelah menolakku."Hening.Waktu seolah berhenti berjalan. Tubuh Vasya membeku dan pikirannya menjelajah ke memori sebelumnya saat mereka SMA. Sungguh kenapa ia malas mengingatnya.Akankah berbeda jika aku mengatakan ya?.Tapi rasional Vasya jelas sekali memberikan sinyal negatif, ia menggeleng dengan kasar dan langsung membuat Jaden tersenyum mengerikan."Aku tertolak lagi setelah 7 tahun."Vasya menolehnya tapi tak bergeming. Tubuhnya bergetar dan terus mengeluarkan keringat dingin."Sekarang kita sudah sama sama dewasa Vasya."Deg.Kata kata barusan seolah memberikan pandangan akan bagaimana lelaki itu kembali menghinggapi hidupnya. Kakinya yang bergetar seolah gatal ingin segera pergi."Pikirkan baik baik manis, jangan melakukan kesalahan yang sama."Dengan kata lain kesempatan menerimanya masih terbuka tapi siapa yang mau menerima Jaden. Kerasukan setan apa Vasya melakukannya, sama sekali perasaannya masih sama seperti dulu. Masih sama traumanya.Dengan memberanikan diri Vasya langsung berlalu begitu saja meninggalkan Jaden yang masih menantikan jawabannya. Ia tak peduli sungguh ia sudah merasa bebas tapi kenapa lelaki itu malah kembali di sekitarnya.Lambat laun tangisnya pecah, ia kembali ke apartementnya dengan muka yang sangat berantakan sampai sampai adiknyapun tak membukakan pintu untuknya karena menganggap Vasya itu orang gila."Andri buka pintunya!""Tidak mau, kakak pasti zombie seperti di drama Happiness."Lagi lagi drama lain muncul. Ia mengacak ngacak rambutnya kembali tapi kemudian merapikannya lalu meraih pembersih wajah dan langsung memperlihatkan wajah bare face nya ke kamera yang ada di dekat pintu."Oke aku bukakan."Dasar tengil!Setelah pintu terbuka Vasya berhambur kedalam tanpa menggubris adiknya yang minta maaf karena tidak mengenal penampilan kakaknya yang mirip gelandangan. Adiknya bukan masalah, sekarang yang bermasalah adalah hidupnya selanjutnya.Gadis itu langsung menuju kamarnya dan membanting tubuhnya di atas ranjang. Tangannya hendak mencari lagu di ponselnya tapi tiba tiba Amanda menelponnya. Sambil mendesah pasrah ia mengangkatnya."Sudah pulang?""Hhmmm.""Sudah tahu pak Herry di pecat?""Hmmm.""Sudah tahu pak Jaden yang menggantikannya?"Dan kali ini Vasya menjawabnya dengan isakan penuh kepedihan sampai sampai Amanda bingung sendiri."Kenapa Sya?"Vasya menggeleng tapi tentu saja gelengan itu tak di ketahui oleh Amanda. Gadis itu hanya terus merintih sambil memandangi lukisan potret dirinya semasa SMA."Kenapa Sya ,apakah adekmu membuat masalah?""Bukan Nda""Lalu?"Hening hanya ada suara detak jam berdenting.Setelahnya sambungan telepon terputus begitu saja menyisakan rasa penasaran pada sanubari Amanda tapi ia tak begitu kepo karena ia sendiri sedang sibuk dengan Vino. Dalam keadaan sebegitu menyedihkannya Vasya memutuskan untuk menulis surat pengunduran dirinya.Ia harus melakukannya, jangan sampai hidup mengerikannya terulang kembali. Gadis itu dengan mantap mulai mengetik dengan sepenuh hati sambil sesegukan. Biarkan saja Jaden disana kali ini ia bisa pergi menghindarinya berbeda dengan dahulu. Setelah surat itu selesai di print mau tak mau Vasya tersenyum sumringah.Tunggu sepertinya bukan cuma ini.Pikirannya kini kacau balau. Mungkin lebih baik ia mengungsi ke kota sebelah sekalian. Trauma itu benar benar nyata, Jaden bukan sosok pria legowo, ia pasti mengejarnya bagaimanapun caranya. Sungguh butuh perjuangan hebat untuk melepaskan diri dari toxic people sepertinya.Padahal Videonya sedang ramai dan para karyawan jelas sedang mencari tahu siapa wanita yang sedang berusaha di lecehkan oleh pak Herry dan dengan berani memiting pergelangan tangan atasan genitnya itu. Tapi sang lakon disini malah tidak memikirkan dirinya yang jelas malu karena viral.Vasya tak peduli, ia sudah fix ingin melepaskan diri dan kini ia sedang mencari lowongan pekerjaan.Hidup harus berjalan tapi dengan nyaman.Gadis yang beberapa menit yang lalu sesegukan kini sudah kembali waras ia memanggil adeknya lalu menyuruhnya untuk membuat mie instan karena ia lapar. Andri yang merasa janggal hanya geleng geleng pasalnya ini jam 1 dan kakaknya minta mie instan. Sungguh tak seperti biasanya.Setelah mie instan itu jadi Andri segera memberikannya pada kakaknya sambil mengamati wajah kakaknya lebih dalam."Kakak sakit?"Vasya hanya menggeleng sesaat lalu menghirup aroma mie instan itu dengan semangat. Lagi lagi keanehan itu membuat Andri sedikit bergindik ngeri. Tak biasanya kakaknya seperti ini. Jelas adik cekatan itu tau ada yang tidak beres."Kakak baik baik saja?"Kakak perempuannya mendongak sambil memasang tampang memelas tapi masih tak bisa mengucapkan apapun. Ia menyimpan rapat rapat rahasianya. Hanya senyuman manis lalu terima kasih yang bisa ia lontarkan pada sang adik.*Paginya Devisi 1 menyambut manager baru dengan sangat antusias kecuali Vasya, ia tersenyum sambil bertepuk tangan tapi di hatinya ia menyimpan bom waktunya sendiri. Jaden amatlah sangat tampak mengayomi dan berwibawa tapi Vasya tahu sisi gelapnya. Lelaki itu sedang memasang topeng untuk imagenya sendiri.Hari ini Vasya akan terus terang dan berpamitan dengan hormat pada rekan rekannya, ia harus melakukannya dengan benar. Dan saat semuanya hendak duduk Vasya berjalan dengan mantap kearah Jaden lalu menyodorkan amplop putih yang sedari tadi ia simpan di sakunya."Ini pak surat pengunduran diri saya."Semuanya berbalik dan melongo terlebih lagi kak Viola, gadis itu malah sambil berkacak pinggang. Sementara itu Jaden hanya tersenyum dan menerima surat itu sesuai image yang ia bangun."Sudah dipikirkan matang matang?"Vasya mengangguk antusias tapi tetap menunduk. Tergambar di pikirannya bahwa Jaden sedang tersenyum jahat. Lelaki itu pasti paham dan apakah suratnya di terima begitu saja atau tidak, mari kita lihat."Oke mari kita cari tanggal yang tepat."Hah?Apa lagi ini?Tanggal apa tanggal di pecat atau bagaimana?Sungguh semua orang sibuk berasumsi sendiri sementara Vasya hanya bisa mematung sambil menelan ludahnya, Ia tak menyangka Jaden akan membuat drama komedi romansa kali ini.Kreatif sekali ya ha ha ha...Setelah Jaden berbohong tentang hal pernikahan semua orang kasrak kusruk sambil ciya ciye sementara Vasya menelan ludahnya kembali dan tak berani mengatakan sesuatu. Ekspresi setan itu amat sangat menyiksa membuat Vasya pening lalu tanpa sadar sesuatu mengalir menuju mulutnya.Menyadari ada yang tak beres dengan hidungnya Vasya hanya bisa mendongak agar darahnya tak terus keluar. Amanda langsung syok, ia tergopoh gopoh memberi Vasya tisue sambil nyerocos tak jelas. "Makanya jangan terlalu giat bekerja." Vasya sendiri hanya terdiam dan fokus menyeka mimisannya sendiri sementara Jaden menatapnya tanpa ekspresi. "Sepertinya kita perlu ke rumah sakit."Vasya menoleh lalu menggeleng dengan tegas tapi seperti biasanya Jaden memang begitu tabiatnya. Lelaki itu tetap memaksa dan akhirnya mereka beneran pergi tanpa menggubris semua karyawan yang sudah bergosip ria tentang mereka kecuali Amanda.Gadis malang itu sekarang sedang di buru penjelasan oleh rekan rekannya. Dan sialnya Amanda benar
"Percaya padaku dan jangan membantah!""Ya.""Jaden itu bukan pacarku, dia lebih lebih gila dari drama yang ia buat kemarin."Amanda kelihatan kebingungan, ia dari tadi kepo dengan hubungan Vasya dan Jaden tapi malah diberitahu hal yang membuatnya makin pusing. "Jadi kamu tidak pacaran dengan pak Jaden?"Vasya dengan polos menggeleng lemah. Ia meringis dan menatap Amanda. Bestinya harus tahu kisah yang sebenarnya, ia harus memberitahukan semuanya dari A sampai Z. Pokoknya sampai Amanda paham betul dan tidak bertanya kembali apa hubungan mereka. "Jaden dan aku satu SMA, ia banyak di gandrungi wanita tapi naasnya dia salah paham dulu dan mengira aku menyukainya padahal sama sekali tidak.""Lalu?" Ceklek..Andri menatap Amanda, ia mengatakan bahwa ada lelaki yang mencarinya. Seketika Vasya bernafas lega karena ia tak perlu mengatakan secara detail untuk saat ini."Oke, bilang aku akan turun."Setelahnya Andri terdengar menuju pintu sementara Amanda menatap Vasya penuh selidik. "Cuma s
Brukk!!!Tubuhnya terhempas ke depan meninggalkan nyeri yang luar biasa sangat di sekitar tempurung lututnya. Suara panggilan di belakang sudah menghilang di susul suara langkah kaki mendekat."Vasya!"Gadis itu memegang lututnya sambil merintih serta mengumpat sebal dengan takdir yang tak berpihak padanya. Ia melihat langkah kaki si Herry mendekatinya dengan tampang khas menyebalkannya.Hati Vasya sudah tak karuan, keringatnya bercucuran dimana mana, nafasnya tentu tak beraturan dengan sorot mata terancam. Siapapun tolong!"Kak Vasya!"Tubuh Vasya tersentak kaget mendengar namanya di sebut seseorang dari belakang, ia jelas tak mengenali suara tersebut. Gadis itu menoleh ke belakang sebentar, ia melihat pria berjas sedang tersenyum ke arahnya. Dia berani bertaruh bahwa ia tak mengenalnya sama sekali.Tunggu. Pikiran Vasya traveling ke masa lalu dan sepertinya lelaki berjas itu teman dari adiknya sendiri. Dengan raut wajah sumringah Vasya tersenyum lega. Sementara sosok Herry sudah s
Aneh aneh saja perkataannya!Mana bisa."Pak tolong.."Dengan Frustasi Vasya memegangi kepalanya. Ia hampir menangis dengan situasi macam guk guk seharian ini."Saya sudah muak pak, bapak cari pembantu lain saja.""Aku tak butuh pembantu."Bohong!Memandangnya lama lama membangkitkan memori lama dan itu membuat Vasya meneteskan air mata kembali. Ia sudah tak mau terjebak dimasa lalu, ia mau bangkit. Rasanya ia lelah hidup di atur orang lain, ia ingin bebas lepas seperti sedia kala."Vasya, dengarkan aku.."Saat Jaden berkata demikian Andri tiba tiba datang membawa secangkir kopi. Ia bingung melihat tampang kakaknya sudah tak karuan bentuknya sambil memijit mijit kepalanya. Yang ia sadari adalah kedua orang itu punya sesuatu hubungan tapi ia memilih mundur ke dapur alih alih kepo dengan urusan kakaknya."Bapak yang dengerin saya, saya menolak bapak datang ke hidup saya lagi titik!"Andai kalau kakinya sehat ia pasti akan langsung pergi ke kamarnya tapi sayang lututnya benar benar berma
"Udah deh jangan ributin ini, Pak Herry ndak akan sampe segitunya kok tadi kebetulan saja paling."Jaden menghembuskan nafas lelah ia jelas membenci wanita pembangkang. Ia benar benar heran dengan Vasya yang susah sekali di bilangi. Vasya juga sebenarnya kepikiran tapi ia lebih memilih pura pura tak terjadi apa apa, ia memaksa pikirannya untuk positif thinking, serius ia kini menganggap adegan lari larian tadi cuma kebetulan."Percaya sya biar kamu aman."Memang benar tapi Vasya menolak untuk sekedar berseliweran di depan Jaden kembali. Bukannya aman tapi malah pusing yang ada."Ayo kita kembali seperti dulu maka psikopat sepertinya tak akan macam macam padamu."Gila ya?Apa aku pindah kota saja?Kok pilihannya tak ada yang lebih baik?"Jangan melarikan diri, dia akan mengejar dan aku tak bisa memantau kalau kamu jauh."Kali ini Vasya menelan ludah, sulit baginya berkutik jika di depan Jaden yang sudah tau semua tentangnya dan juga pikirannya. Lelaki sialan itu mencoba meyakinkannya k
Vasya mendongak, ia sudah hampir menangis. Kalimat selanjutnya sangat membuat ia penasaran. Hal seperti ini saja sudah membuatnya syok berat, sekarang apalagi yang terungkap."Pak Herry memasang camera di bawah mejamu.""Apa?!"Vasya memejamkan mata dan air mata itu sudah menetes begitu saja. Mukanya sudah memerah, belakang telinganya terasa panas dingin menahan amarah.Dasar bejat Herry sialan!"Banyak sekali video setengah badanmu sya, ini tak benar, lelaki itu jelas bisa nekad."Kenapa serasa hancur semua martabatnya dan lebih parah lagi semua itu di ungkap oleh Jaden. Vasya merasa malu sekali dengan lelaki yang sekarang masih membicarakan tentang hal hal di luar nurul yang ia temukan di laci meja pak Herry.Perasaan Vasya tak karuan, ia menggigit jari jemarinya sambil menatap Jaden yang kini terdiam. Dalam diam mereka saling menatap mencoba menyelami pikiran masing masing dan akhirnya Vasya menyerah."Aku pulang ke kampung halamanku saja kalau begitu."Jaden terdiam sejenak, ia pik
Suara Andri terdengar lantang sementara tubuh kakaknya sudah ia lempar entah kemana. Kebiasaan lelaki itu tak pernah bisa sembuh. Setiap kali mati lampu pasti ia akan panik sendiri. Dan untungnya tubuh Vasya tak terbentur lantai melainkan tertangkap oleh Jaden.Pose mereka sudah sangat dekat dan lagi lagi Vasya teringat memori lampau, ia langsung reflek berdiri tapi kemudian kembali meringis lalu berpegangan pada lengan Jaden.Untungnya itu dalam keadaan gelap jadi ia tak tengsin amat. Dengan terpaksa ia meminta tolong pada Jaden. Mulutnyapun kaku setengah mati waktu mengucapkannya."Aku antar ke kamar."Jaden meraih ponselnya lalu menyalakan lampu flash. Lelaki itu memapah Vasya ke kamarnya sementara Andri masih terduduk di lantai sambil menutupi wajahnya yang ketakutan."Tolong sadarkan adikku."Jaden hanya mengangguk lalu meletakkan Vasya di kasurnya. Lelaki itu berlalu menuju lelaki yang sedang menutup matanya menggunakan telapak tangannya. Ia menyinari wajah Andri dengan flashnya
"Efek minum kopi."Bohong padahal Vasya minum boba tadi sore. Jaden tak bertanya lagi. Vasya mencoba menutup matanya kembali tapi masih belum bisa terpejam lalu terdengar suara Jaden membalikkan badannya ke arah Vasya."Kamu ingat waktu kemah pas SMA Sya?"Ahh tidak ingat, aku tidak ingat!Sudah hilang ingatan aku!Vasya terdiam, dia tak capek capek menjawab walaupun sekarang pikirannya berkelana ke masa yang Jaden sebutkan. Masa masa mereka kemah dan tersesat di dalam hutan hingga gemetaran karena bertemu kuntilanak dan sebangsanya."Masih ingat kamu tidur di tenda laki laki?"Vasya syok sebentar ternyata adegan itu yang di maksud oleh Jaden. Ia teringat walaupun samar samar."Kamu tidur di sebelah aku karena saking takutnya."Waow benarkah itu?Vasya masih terdiam, ia berusaha agar tak kembali ke masa yang sudah sudah. Jujur saja ia belum bisa untuk berdamai dengan dirinya di masa lalu. Sekali membuka ingatan lama yang membahagiakan ingatan rentetan selanjutnya pasti akan terngian j