Apakah ada sisi lain dari Jaden yang tak Andri ketahui, memang Jaden itu hebat bahkan tergolong berada di puncak piramida."Dia hebat dalam menghafal Al-quran Dri"Dikiranya Andri Jaden ahli panjat atau diam diam bisa mengeluarkan jaring dari tangan macam spiderman tapi ternyata bukan."Itu hal yang sangat memberatkan lo Dri, Dimana lagi dapet paket komplit macam itu. Sudah baik, ganteng dan pinter ngaji apalagi. Kalau soal sholat sudah tak usah di ragukan lagi"Memang benar perkataan ibunya. Dilihat dari manapun Jaden itu paket komplit sekali. Ibarat martabak mah yang pake telur bebek 7 buah."Kak Vasya yang tak mau ma, ia amat pemilih"Dalam hatinya mamanya tahu apa yang Vasya rasakan. Pasti berat untuk percaya pada Jaden kembali setelah apa yang lelaki itu lakukan di masa lalu. Sebenarnya ibunya mendengar semuanya, ia mendengar semua percakapan malam itu. Dan akhirnya ia lega setelah mendengar bahwa memang anaknya menjadi korban bully seperti apa yang ia kira.Wanita mana yang bisa
Jaden sudah melihat sosok yang merasuki Vasya tempo hari tapi otaknya tak sampai kesana, ia malah takut kalau Vasya masih terhubung dengan Setan jahanam itu."Rumah kediaman Siska dijaga ketat pak"Tentu saja mereka takkan mudan untuk di bobol tentu saja, Jaden sudah bersiap dengan kemungkinan mangkir begini. Jadi ia tak perlu repot repot merespon. Ia cukup mengetik pesan pada nomor yang ada di kontaknya lalu mengiriminya. Menangkap Siska tidak akan mudah, gadis itu bagai ular yang pura pura pergi tapi langsung mematuk dari belakang."Jaga di depan rumahnya 24 jam, laporkan semua gerak geriknya"Siska harus menyesal karena menyepelekan Jaden selama ini, Kalau dulu ia diam saja dan menerima pukulan maka berbeda dengan sekarang. Ia sudah tak tahan lagi dengan Siska yang ternyata sudah lama merecoki hubungannya dengan Vasya.Gadis macam dia harus di beri pelajaran yang setimpal, kebangkrutan keluarganya tidak cukup untuk membuatnya membayar semua yang telah ia lakukan."Nampaknya ia sud
Please kamu bukan wanita gampangan yang suka di suruh suruh!Dan akhirnya Vasya masih menggeleng, ia benar benar memohon kepada Jaden agar mencari sekertaris baru."Sungguh aku tak bisa!"Terlihat sekali Jaden terluka lagi, wajahnya nampak amat sangat murung dan itu membuat ibunya Vasya tak enak hati. Bukannya Vasya yang tak enak tapi ibunya."Maafkan anak tante ya nak Jaden, ia memang keras kepala"Jaden hanya bisa meringis pilu ke arah calon ibu mertuanya. Secara garis besar ia tahu Vasya dan tahu akan sikapnya yang keras kepala begini tapi tetap saja yang namanya penolakan amat sangat menyayat hati."Tak apa apa tante"Sementara Vasya tak bergeming, ia menatap wajah Jaden dengan garang, sama sekali tak ada rasa bersalah ataupun permintaan maaf. Pokoknya Vasya merasa ia benar, harusnya Jaden yang mengalah. Tapi memang siapa dia, dia kan bukan anak bos kenapa belagu.Eh ya,Hening."Kenapa Sya?"Vasya seketika menggeleng, benar kalau ia lancang dan sesuka hatinya memilih pekerjaan ta
Vasya mengerjapkan matanya, ia mencoba mendengarkan kembali omongan Jaden yang terdengar samar samar."Apa?!""Bukan apa apa Sya""Yakin?"Jaden mengangguk dengan tegas tapi Andri bisa melihat sesuatu di mata calon kakak iparnya itu."Matamu kenapa lebam kak?"Jaden yang sudah menutupinya dengan concelear hanya bisa membisu, ia menatap Andri sambil menggelengkan kepalanya."Kenapa?""Memang matanya Jaden kenapa?""Kakak tak lihat, ini ada lebam di mata kiri kak Jaden""Masa?"Kini Vasya yang makin mendekat, ia kepo dengan wajah Jaden tapi Vasya tak menemukan hal aneh."Aku hanya kecapean dan kurang tidur"Lagi lagi Andri menggeleng, ia sangat yakin kalau lebam itu bukan lebam biasa. Bahkan saking keponya Andri langsung membuktikannya sendiri dan benar Jaden langsung meringis saat tangan Andri menekan dengan kasar area matanya."Nah kan!"Bagaimana ini Jaden tak mau bilang bahwa ia babak belur karena bodyguard Mita, ia sama sekali tak ingin mengatakan tapi ia harus memberi alasan apa u
Di malam yang sunyi ini Ibunya Vasya masih belum selesai bekerja, ia masih mencuci banyak piring. Sungguh ibu hebat yang tak menelantarkan anaknya itu terlihat letih tapi ia tak bisa istirahat sesuka hatinya."Tolong ini sekalian"Datanglah cucian piring lagi 1 trolli. Ibunya hanya bisa pura pura mengiyakan padahal di hatinya, ia sungguh jengkel luar biasa. Jika tahu ia akan di jadikan tukang cuci piring maka ia takkan repot repot untuk melamar.Dan bisanya hanya menuruti keadaan yang amat sangat memprihatinkan, ia perlu makan dan perlu untuk menyembunyikan luka mobil yang ada di dengkulnya.Tak lama datang kembali troli troli pengangkut piring piring kotor, mereka lebih dari satu. Otaknya sudah hampir gila, yang ia bisa lakukan adalah berusah dan berusaha sampai akhirnya bisa pulang.Anak perempuannya yang membutuhkan banyak perhatian pasti merindukannya untuk pulang. Vasya pasti sudah ribut dengan adiknya. Ibunya kembali menyeka keringatnya. Dia kembali membayangkan jika Vasya tahu
"Hallo""Hallo!"Entahlah tekanan intonasi Vasya tak bisa melunak, ia jengkel sejengkel jengkelnya."Tenang, aku tak menggigit!"Tanpa menjawab Vasya hanya bisa melengos."Langsung saja, kenapa?""Jangan tersinggung, ku pikir aku melihat ibumu di restoran seafood cepat saji"Vasya tak mengerti, ia tambah marah dan langsung memaki Amanda sekukanya, harusnya sahabatnya ini sadar bahwa itu pasti bukan ibunya karena ibunya alergi seafood."Ibumu tidak datang untuk makan, dia mencuci piring di bagian belakang!"Deg!Hening.Vasya menengok jam dinding sekali lagi, ia benar benar tak habis pikir dengan ibunya. Kenapa ia sebegitunya."Mamamu alergi kan, semoga saja ia baik baik saja"Hening."Dimana tempatnya?"Vasya melotot ke arah Jaden, ia menatap mata lelaki itu dengan seram sambil memasang kupingnya rapat rapat."Tolong bantu aku"*Untuk berbagai alasan Vasya benar benar ingin full menangis hari ini, entah kenapa semenjak ia mengakhiri panggilannya dengan Amanda ia jadi lebih sensitif d
Air matanya masih merembes deras di pipinya, benar perkataan Andri tapi kenapa itu begitu menyakitkan baginya. Kenapa ia bisa seimpulsif itu hanya gara gara Amanda dan pasti di samping Amanda ya juga ada Armin. Kenapa kalau mereka lihat ibunya cuci piring. Memang ibunya telanjang. Atau sejak kapan cuci piring sama dengan makan babi, sejak kapan cuci piring juga ikut haram. Lagi lagi Vasya menangis tersedu sedu. Pikirannya sedikit lebih terbuka, ia sibuk memikirkan orang lain tanpa sadar bahwa orang di sekitarnya menderita.Ia sibuk menderita karena orang lain padahal kuncinya bukan pada orang lainnya melainkan diri kita sendiri dan orang terdekat. Ngapain nyari kebahagian ke Mars kalau Cikampek saja sudah dengan senang hati memeluk kita tanpa kita perlu nyewa roket. "Maaf ma" Berulang kali ia mengatakan hal tersebut sambil terus memukul mukul dadanya yang terasa penuh sesak.*Ketika perasaan Vasya sudah lebih baik ia terduduk lagi di tepi ranjangnya, tanganya mengupas jeruk sedang
Sesampainya di depan kamar Andri langsung mengetuk pintu sementara itu di dalam mamanya sedang mencoba membuat Vasya untuk berakting tertidur agar anak lelakinya mau masuk ruangan."Nurut mama ya Sya, nanti kalau sudah kondusif baru kelapamu boleh gerak"Buseettt!Adik kampret yang ngambek peraka MU itu amat sangat menyiksa, kenapa demi dia Vasya musti jadi batu dadakan kan kampret."Nak Jaden kamu disini nak buat nutupin kepala Vasya"Segala Jaden suruh duduk samping Vasya biar kepala kakaknya agar tak terlihat."Ma..."Ketukan kedua Andri langsung membuat mamanya sigap dan langsung membuka pintu."Ayo sini sayang"Andri masuk lalu memerhatikan sekitar, ia melihat Jaden sedang duduk dan kakaknya sedang tiduran tapi dengan kepala di tutupi oleh tubuh Jaden yang terduduk. Dengan bahasa isyarat ia bertanya dalam diam kepada Jaden dan di balas Jaden bahwa Vasya memang sudah tidur.Langkah kaki Andri langsung enteng memasuki ruangan, ia langsung dengan lahap makan di sofa sambil di usap u
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar