Share

Keping 65a

Author: Puspitalagi
last update Last Updated: 2023-01-16 12:05:12

"Maaf ya, kalau aku tadi membuat suasana kurang nyaman. Tapi, aku menikmati sekali sarapan pagi ini. Aku juga menyukai kalian semua," aku menatap mereka secara bergantian.

Rasa-rasanya suaraku sudah tenang. Warna suaraku tampak jelas, dan aku merasa sedang duduk di balik mic studio. Inilah yang akan kau dapatkan saat kau menikahi mantan penyiar dan seorang reporter, sebuah advokasi tak ternilai.

Aku menoleh, tersenyum pada Biru.

Di ujung meja, kulihat Papa masih duduk dengan bahu lemas. Beberapa kali Mama mengelus lengannya yang besar, dan ia tampak memandang Biru dengan pandangan menerawang. Seolah Biru tembus pandang, apa yang sedang ia pikirkan sebenarnya?

"Aku sudah lama menghabiskan waktu dengan Biru. Ia begitu mencintai keluarganya, Papa dan Mama, saudara-saudaranya. Bahkan berita-berita di JMTV baru-baru ini kusadari adalah bentuk advokasi untuk pekerja kemanusiaan, untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya Kesehatan dan layanan medis. Dunia televisi tidak melulu hinga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 65b

    Aku sekarang mengerti, kenapa Biru tampak kesulitan membangun komunikasi. Dia terkadang memiliki mood berbeda, tidak semua yang dilakukannya ia ceritakan padaku. Mungkin, ia memang begitu. Itu sisi lain dirinya, seharusnya aku yang lebih pro-aktif, seharusnya aku bisa memahami dirinya dengan baik. Ketika acara usai, Biru menarik tanganku dan berjalan menuju Melissa dan Samu. Kami mengucapkan salam dan terima kasih. Lalu ke arah Papa dan Mama. Kami berpamitan. Mama mencium pipiku, dan aku mencium punggung tangan Mama dan Papa. Aku hanya melempar senyum. Lalu beriringan berjalan keluar bersama Biru. Di pintu keluar, seorang pegawai menghampiriku, "Mbak, tadi keren banget sih speech-nya. Saya jadi terharu. Kayak lihat adegan sinetron." Aku hanya tersenyum, sementara Biru tertawa. Aku menjinjing tas mungilku, dan kulihat ada pesan dari Bumi. Pengirim: Bumi Mada Kak, terima kasih ya. Sudah membawa Kak Biru lagi pada kami. Salam dariku dan Kak Samu.Aku melangkahkah kaki dan kulihat

    Last Updated : 2023-01-16
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 66a

    Jemari kaki telanjangku yang pegal dengan heels seketika merasa hangat, manakala tenggelam ke pasir putih yang terasa hangat. Sepatu berhak tinggi sudah kusimpan di dalam mobil. Rasa-rasanya aku merasa begitu bebas.Matahari berpendar kekuningan di langit. Membiaskan warna laut kebiruan, mengantarkan aroma garam yang khas. Pohon-pohon di sekitar pantai begitu landai tertiup angin. Aku merasa berada di tempat baru. Suatu tempat yang belum pernah kukunjungi. Aku pernah melewati daerah pantai utara Jawa ini, namun tidak sering melakukan touring. Menurut Bapak sedikit berbahaya, kita harus pandai membaur dengan pemakai jalan lainnya.Banyak truk-truk besar, dan bis-bis raksasa yang ugal-ugalan di jalan. Sehingga harus selalu waspada. Namun, sajian pemandangan di saat kita berkendara melewati jalur-jalur bebas dan liar, terasa menggetarkan. Mungkin itu yang diinginkan Biru. Aku merasa harus banyak mengenalnya, aku tentu saja tidak ingin pernikahan ini berakhir seperti layaknya pernikahank

    Last Updated : 2023-01-16
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 66b

    Dari deretan pantai utara Jawa yang eksotis, mobil kami menyusuri pantai-pantai meliuk di pesisir Tuban, Lamongan, Gresik, hingga akhirnya, seperti kilat yang menyambar begitu cepat, sampailah kami di kota Pahlawan. Kotaku. Karena aku pahlawannya di acara sarapan itu. Aku memang sok penting.Mobil Biru meliuk dengan lincah karena saat menjelang Subuh jalanan masih sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Tapi, beberapa jam lagi tentu saja jalanan ini akan sangat ramai. Hawa metropolis akan segera menguapkan asap tebal dan pekat. Membuat orang berlomba dalam menentukan prioritas hidup.Kami berhenti di Athena Palace dan serta merta, disambut oleh senyum resepsionis dan room boy. Aku melihat puncak apartemen berkelas ini, serasa bukan duniaku. Tapi, akan segera menjadi tempat tinggalku.Aku menarik napas dalam, Biru menggenggam tanganku. Badanku serasa remuk redam, bagaimana ia bisa bertahan di dalam mobil MPV biasa dan tidak terlihat keberatan atau lelah?"Kenapa kau memakai m

    Last Updated : 2023-01-16
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 67a

    Kau tahu kenapa Biru menikahimu? Bukan persoalan cinta semata. Dia sangat membenci Argo. Karena Argo sudah membuatnya murka.Aku segera saja menghapus SMS dengan nomor asing ini. Kali ini, nomor dari Kazakhstan. Mungkin besok bisa jadi nomor dari negeri-negeri asing lainnya. Nomor-nomor acak yang bisa didapatkan dengan mudah lewat internet.Jelas sekali, ini hanya dikirimkan kepadaku saja. Karena sangat bersifat pribadi. Kalau ini SMS penipuan, umumnya dikirimkan secara random pada ribuan nomor. Begitulah modus klasik para scammer (penipu).Aku berdiri di sisi mobil van milik Bang Napi. Ia tersenyum. Tampaknya, ia mulai memahami jika aku sudah menjalin hubungan special dengan CEO JMTV. Hanya, dia tak begitu mengerti mungkin bagaimana seriusnya hubungan kami.Mungkin dia mengira aku dan Biru menikah siri. Itu seminggu yang lalu sebelum Bapak mengirimkan pesan wasiat, dan mengatakan kalau surat-suratnya beres. Biru mengirimkan pengacaranya ke sana. Sebenarnya, ingin sekali aku dan Biru

    Last Updated : 2023-01-17
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 67b

    Jadi, aku membuka pintu gerbang besi tempanya, segera saja suara logam berdentang terdengar memekakkan telinga. Bang Napi turun, tapi nampaknya ia tak tertarik masuk ke dalam pagar. Malah, menghampiri depot makanan yang terletak di depan rumahku—eh rumah Argo ini.Aku berjongkok mencari tempat rahasia itu. Jemariku terasa gemetar saat aku mengusap deretan keramik di taman. Di sanalah kami biasa meletakkan kunci rumah. Kalau-kalau kunci duplikat kami ketinggalan. Aku mengambil satu keramik, lalu melihat isi di baliknya. Ada kunci yang tergeletak begitu saja di dalam lubang berbentuk persegi.Aku mengambilnya dengan cepat. Seolah sedang memegang barang yang panas. Ada rasa-rasa tak menentu di dada. Seolah aku sedang berada di rumah ini. Tujuh tahun lalu.Dadaku terasa sesak. Namun, aku menahannya.Entahlah, kenapa Biru harus menyiksaku begini? Apa dia tidak percaya padaku?Aku berdiri, melangkah menuju pintu utama. Aku menggerakkan kunci dan terbukalah pintu itu. Perlahan, aku masuk. Se

    Last Updated : 2023-01-17
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 68a

    Gawai itu jatuh dari genggamanku, membentur karpet halus yang tipis. Aku seperti merasakan jika jiwaku melayang-layang. Seperti bermimpi. Apakah ini mimpi? Bagaimana mungkin, aku tidak mengenali mantan suamiku dahulu? Sampai sejauh mana ia berpetualang dengan perempuan-perempuan simpanannya itu?Argo orang yang baik, lembut, terpelajar,sedikit flamboyant, terkadang mungkin terlihat posesif tapi selama menjadi seorang suami—ia tampak biasa-biasa saja. Namun, kenapa ia memiliki hobi seperti ini? Apa ia ini tidak takut murka Allah?Duh, Gusti Allah. Apa salahku?Selama aku bekerja dengan Biru, selama itu pula ia mengingatkanku agar berhati-hati dengan sikap Biru yang konon menurutnya predator.Aku tertawa kering, nyaris hingga mataku berair.Kenapa ia membalikkan semua tuduhan pada Biru? Bukankah dia ini yang justru menjadi predator perempuan?Aku mendongak. Tertawa miris. Air mata berlinang-linang di pipiku. Rasanya perih, sakit, dan kesal, telah berkali-kali dikhianati.Aku pun mulai

    Last Updated : 2023-01-17
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 68b

    Aku membuka folder galeri. Ada foto-foto saat mereka bersama. Foto-foto yang diambil di saat mereka ada di kafe, tepi pantai, tempat-tempat pribadi. Sebagian tidak kukenal. Sebagian mungkin orang lain.Mungkin istri laki-laki lain.Seperti Shely dan Melani.OOOSepotong ingatan melayang-layang kembali. Berlanjut pada ingatan berikutnya. Sepertinya, aku mulai memahami—kenapa aku tidak bisa mencium gelagat aneh Argo selama ini.Dulu, aku terlalu memercayainya. Menyerahkan seluruh cintaku padanya. Ia menghipnotisku—dalam sebuah diksi bernama cinta. Ia berkata—selalu mencintai dan mendukungku. Namun, pada saat yang sama ia melakukan dosa-dosa yang tidak bisa kumaafkan.Mataku terasa berat, dan rasa-rasanya aku tidak mau menangis lagi. Aku merasa seperti terlahir dalam sosok yang baru. Aku bisa memindai episode kehidupan yang sedang kujalani ini.Di bawah, terdengar suara-suara Bang Napi dan tim. Lalu, terdengar pintu terbuka dan tertutup. Sepertinya, Argo sudah pulang. Aku melihat jam din

    Last Updated : 2023-01-17
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 69a

    (Langit Biru)Dia akan mencintaiku.Dia akan jatuh cinta padaku.Gadis kecil dengan rambut dikuncir dua yang suka menangis keras-keras memekakkan isi telinga penduduk desa. Gadis kecil yang suka sekali menepuk kedua pipinya dengan bedak putih yang tebal, khas sekali anak-anak di desa.Aku sering menggendongnya, ketika ia baru berumur dua atau tiga tahun. Saat berumur lima tahun, dia sudah agak rewel dan suka sekali mengoceh. Omongannya selalu banyak dan sangat lucu. Setiap kali aku merasa kesal, marah, dan setumpuk energi buruk yang kudapatkan dari rumah—tepatnya dari Papa. Aku mendatanginya. Dia yang bisa membuatku tertawa.Kadang, aku menggodanya. Dia begitu lucu, dengan pipi chubby dan tubuh montok. Tubuh gemuk yang biasa dimiliki balita seusianya.Kakaknya—Senopati selalu mengajakku bermain. Menjauhkanku dari belitan tuntutan Papa. Mungkin, Papa merasa aku bisa menjadi cerdas dan tangguh dengan hardikannya. Namun, entah kenapa ia suka sekali membuatku kesal dan marah. Nyaris saja

    Last Updated : 2023-01-17

Latest chapter

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 84b

    Anjani RahmaSangat menawan dengan jas putih sempurna. Dengan bunga kecil di saku atas jasnya. Rambutnya tampak berkilau ditimpa sinar lampu, aku mengingat rambut itu. Mirip rambut aktor Jepang. Dulu, saat aku kecil, aku merasa ia penjelmaan tokoh manga.Ketika aku sudah mendekat padanya. Aku mengenali wangi parfum kesukaannya. Ketika pandangan kami bertemu, beberapa detik waktu membeku. Seolah ada yang lepas begitu saja dari dalam diriku. Seperti gumpalan kertas yang menggelinding. Ada kelegaan dan rasa nyaman.Tentu saja, kami akan selalu bersama-sama, iya kan?Kami akan baik-baik saja.Aku tersenyum, ia pun demikian. Lalu, ia membimbingku.Aku menyerahkan buket bungaku pada Lupita. Jemari Biru meremas tanganku lembut. Aku menatapnya, seperti sedang kecanduan sesuatu.Jani, ingat ini di hall masih banyak orang."Mas.""Sst, jangan ngobrol dulu, Jani. Ini masih jalan.""Eh, iya.""Kamu cantik."Aku tersipu-sipu, dan seketika itu semua orang di dalam hall terasa lenyap.Baiklah, aku h

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 84a

    Anjani RahmaTentu saja aku terperangah. Itu aku. Iya, itu aku.Perempuan dalam balutan kebaya dengan ekor dua meter itu, aku. Nyaris saja aku lupa bagaimana wajahku. Ya, bagaimana sih. Ini seperti tampilan artis begitu. Tampaknya terlalu cantik dan glamour. Namun, begitulah aku sekarang.Sebentar lagi, aku akan turun di hall utama Plaza Athena. Ada ribuan pasang mata yang akan mengamati gerak gerikku. Tentu saja mungkin ada yang penasaran karyawan seperti apa yang bisa memikat bos CEO-nya. Apakah kejadian itu ada di alam nyata, tidak sekadar dalam cerita-cerita fiksi ala platform?Setidaknya, tadi sudah hampir satu jam aku berada di suite mempelai perempuan. Menyiapkan diri untuk tampil sebaik mungkin di malam bersejarah ini.Aku menelan ludah canggung.Rasa-rasanya mustahil rencanaku berhasil, tapi sejauh ini kurasa cukup lancar. Aku masih belum membayangkan bagaimana reaksi Biru, karena kata Ibu tidak boleh bertemu dulu dengan mempelai laki—biar nggak sial. Padahal, kata Ibu juga i

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 83b

    Anjani Rahma "Sabar, Jani. Nanti giliranmu keluar, kita menunggu aba-aba dari sekretaris EO ya," Ibu seperti mengerti pikiranku.Semua ini terasa begitu glamour, memang ini bukan gayaku. Namun, ini adalah lifestyle relasi Biru dan budaya di kalangan mereka. Jadi, menurutku tidak mengapa. Hal yang masih kupikirkan adalah adanya pesan dari Mbak Wati, yang sedang menunggu Pak Menkes di halaman kantor Gubernur.Well, iya. Aku masih minta bantuan divisi Aneh Tapi Nyata, kan mereka juga sahabat sejati. Ada juga tim dari acara Talk Show Kesehatan yang sudah bersiap di rooftop yang disulap seperti studio tertutup yang sangat lux, agar kalau Pak Menkes datang. Saat acara berlangsung angin besar tidak mengganggu."Keluarga Biru sudah datang, Nduk," Ibu tersenyum begitu manis.Aku merasa kaget, "Siapa saja Bu?""Lho ya keluarga Biru, semua anggota keluarganya.""Papa juga?""Ya harus to. Kan ini putra kesayangan Dokter Mada."Kesayangan. Ya, semoga saja deh Bu. Aku sedikit nyengir, namun hatiku

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 83a

    Anjani RahmaBaik. Baiklah. Aku tidak boleh panik.Rencana ini akan berhasil, namun sebenarnya aku cemas juga."Jani, aku rasa rencana itu terlalu berani," bisik Lupita di telingaku.Aku sedang menggenggam gawai, dan jemariku berkeringat karena udara dingin dalam ruangan di tepi langit ini. Bukan, ini bukan apartemen atap langit. Melainkan, Plaza Athena, tempat resepsi pernikahan kami berlangsung malam ini.Beberapa hari kemarin, semua sudah dirancang dengan baik oleh EO dan juga beberapa kerabat yang datang dari seluruh nusantara. Tentu saja, Ibu dan Bapak, serta Mas Seno ikut membantu. Karena, Biru seorang diri di sini. Maksudku, kerabatnya sudah diundang, hanya saja sepertinya tidak ada budaya rewang ya. Sebab itu, Biru sangat mengandalkan EO. Tapi, kan selalu ada yang harus dibenahi ini dan itu."Jangan pesimis begitu dong, Pit." Kataku sedikit kesal, kalau aku sedang dirias mungkin MUA, mungkin dia akan terbelalak melihat ekspresiku ini. Karena bisa-bisa merusak riasan.Oh iya,

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 82b

    Anjani Rahma Maka, karena aku tidak punya siapa-siapa yang bisa diganggu di jam begini. Aku menelpon Lupita."Jani, ampun dah, jam berapa ini?" katanya serak sembari menguap di telepon yang kugenggam."Dah, ah. Kamu kan masih jones, jadi sesekali bantu aku kan nggak apa-apa, Pit.""Jones sih jones, Jani. Tapi besok aku kerja. Belum ada yang ngasih aku nafkah kayak kamu begitu. Aku masih berbentuk dendeng yang harus terus berimprovisasi agar survive di sini," keluhnya."Lha sekarang, kok malah kamu yang curhat sih, Pit?"Dia terdiam, "Eh, iya juga sih ya." Lalu ia tertawa terbahak-bahak sampai telingaku sakit."Jangan ngikik kayak kuntilanak begitu dong, Pit. Bayiku nanti nggak bisa tidur.""Heleh, bayimu masih di perut."Aku bersimpuh di karpet tebal yang terletak di ruang tengah. "Gini, Pit. Sepertinya Papa Biru itu nggak bisa datang. Padahal, kan Biru ngarepin banget ortunya datang semua.""Oh, kok begitu sih?""Ya, kan aku pernah cerita.""Sekilas.""Iya, memang. Sekilas saja sih.

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 82a

    Anjani RahmaAku terpaku menatap Biru yang terlelap di sampingku. Ini sudah agak larut sebenarnya, tadi pukul sembilan, Biru baru pulang. Sedikit terlambat tidak seperti hari biasanya memang. Konon, proyek pembukaan cabang baru JMTV begitu menyita perhatiannya. Ia tampak lelah. Tidak mudah untuk membuka dua cabang sekaligus, di Batam dan Jakarta.Ia pulang dengan wajah kusut, lalu begitu saja ia berbicara perlahan, "Jani, kalau nanti orang tuaku tidak bisa datang. Tidak apa-apa ya. Kan kemarin kita juga sudah bertemu mereka di pernikahan Samu."Lalu Biru meneguk segelas air di meja makannya. Aku hanya terdiam lama mendengarkan hal tersebut, bagaimana ya. Aku sebenarnya tidak kaget, tapi kalau mertuaku turut hadir rasa-rasanya akan istimewa. Bukankah dulu, di Kanigoro orang tua Biru juga tidak menampakkan diri?"Mas, apa Papa dan Mama tahu kalau aku juga sedang hamil?""Iya.""Mereka senang tidak sih mau punya cucu?""Mama sangat bahagia, tapi Mama tidak bisa ke sini.""Papa kenapa?""

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 81b

    Anjani Rahma Tanpa kusadari sejak kehamilan ini, aku jadi sering melupakan hal-hal penting. Karena sepertinya aku terlampau fokus, bisa jadi karena euphoria sudah begitu lama menginginkan bayi, dan bayi itu dari benih Biru!Ups, jangan begitu. Namanya juga takdir, tapi ini juga cara Allah menunjukkan kalau aku memang sebaiknya berjodoh dengan Biru kan ya?"Piit, aku udahan ya," aku menutup gawai dan meletakkan punggungku yang pegal di atas sofa putih keabuan yang besar dan empuk. Pikiranku melayang pada orang tuaku dan Mas Seno.Oh, no! Kenapa aku belum menelpon mereka ya?Aku mengetik pesan instan karena sedikit malas menelpon. Aku tentu saja akan melepon Ibu karena aku harus yakin, kalau sudah memberitahu mereka. Mengundang juga keluarga dari Kanigoro.Kemudian kunyalakan televisi, dan kulihat iklan-iklan popok bayi berseliweran ke sana ke mari. Kembali aku mengingat Nawang dan bayinya. Persalinannya yang heboh, rahim kecil yang bisa terbuka lebar ketika kepala bayi keluar.Oh, ter

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 81a

    Anjani RahmaAku bergegas menaiki tangga menuju lift ke atas atap langit. Itu sebutan untuk penthouse kami, sebenarnya menyebut penthouse juga kurang menyenangkan bisa mengundang orang-orang jahat dan sok tahu. Jadi, kami—maksudku aku dan Biru memutuskan untuk menyebutnya rumah atap langit. Seperti nama kesayanganku, Biru. Duh, aku bucin nggak sih!Setelah seminggu kemarin aku membantu Nawang bersalin, lalu kembali pulih karena Biru merawatku—bayangkan suami yang membantumu pulih. Bagaimana bisa aku tidak jatuh hati padanya? Hanya saja, ya begitulah. Terkadang, aku agak kesulitan menebak apa yang diinginkan Biru. Apa rencananya. Apa juga yang dia inginkan.Bagiku, bahkan hingga aku menjadi istrinya—Biru masih tetap misterius dan penuh teka teki. Bukan—bukannya aku tidak memercayai Biru ya. Tapi, aku merasa ia agak kesulitan membuka diri. Apa karena trauma masa kecil, atau bagaimana. Tumbuh menjadi itik buruk rupa di rumahnya. Padahal, kan dia itu kan ganteng banget! Kalau dibandingin

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 80b

    Langit Biru"Harusnya Mama dan Papa datang.""Tapi, Mama bisa kan?""Insya Allah Mama bisa, Sayang.""Kalau Papa?"Terdengar hening sebentar di ujung sana.Aku sudah terbiasa dengan ini semua, jadi aku tidak merasa sedih ataupun sakit hati jika Papa tidak bersedia datang. Aku memang bukan anak emas Papa. Entahlah, mungkin karena secara genetik bakatku tidak mirip Papa dan Mama."Semoga Papa bisa datang ya Nak."Tentu saja, selalu perkataan itu. Seperti halnya pernikahan pertamaku dahulu, Papa telat datang—kalau-kalau ia tidak tahu itu adalah anak dari relasinya, seorang tokoh politik yang sekarang juga menjadi besannya."Baik, Ma. Tidak apa-apa."Aku menelan ludahku, dan merasa kesal setengah mati. Tapi, biarkan saja. Aku harus kembali bekerja, ada berderet meeting di hari ini, sampai sore mungkin hingga malam menjelang. Itu akan lebih baik ketimbang bayangan Papa dan semua hal tentangnya menghantuiku setelah percakapan pahit ini. OOO"Menurut Mas terapi apa si Argo?" tanya Anjani d

DMCA.com Protection Status