Share

Bab 3

Penulis: Umi
Janice berjalan keluar dari Perusahaan Felix.

Dia tidak pernah meninggalkan perusahaan lebih awal. Hari masih pagi, tetapi dia tidak tahu ke mana dia harus pergi.

Akhirnya, dia pergi ke sebuah kafe di sebelah perusahaan yang sering dia kunjungi.

Biji kopi yang digunakan kafe ini berasal dari luar negeri. Aromanya pekat dan menyegarkan perasaannya, persis seperti yang dia sukai.

Pemilik kafe ini mengenalinya dan membuatkannya segelas kopi susu secara pribadi sambil bertanya, "Hari ini, pacarmu nggak datang, ya?"

Pacar?

Jordan, ya?

Sebelumnya, Janice memang sering datang ke kafe ini dengan Jordan.

Janice tersenyum sambil menjawab, "Dia nggak bisa datang lagi."

"Sudah putus, ya?" tanya pemilik kafe itu.

"Dia sudah meninggal," jawab Janice lagi.

Pemilik kafe itu langsung terdiam.

Janice duduk di kursi rotan sambil mengaduk kopinya dengan sendok secara perlahan. Saat dia hendak meminum kopi tersebut, ponselnya berdering.

"Sayang, aku sudah menghubungimu berkali-kali, kenapa nggak diangkat?"

Panggilan ini berasal dari Laura Scarlett.

Kota Sidny sangat luas, tetapi Janice hanya memiliki satu teman baik, yaitu Laura.

Suara Janice menjadi jauh lebih lembut.

"Aku lagi ada masalah, jadi nggak memperhatikan ponselku," jawab Janice.

"Masalah apa? Jangan-jangan Jordan si bajingan itu menindasmu lagi, ya? Kamu bukan hanya harus mengurus pekerjaannya, tapi juga harus mengurus kehidupan sehari-seharinya. Dia benar-benar manipulatif!" seru Laura.

Selama bertahun-tahun, Laura sudah menyaksikan segala hal yang dialami Janice karena Jordan. Dia selalu mengeluh bahwa Jordan adalah seorang bajingan. Kalau tidak, Jordan pasti sudah menikahi Janice.

Sebelumnya, Janice merasa bahwa ucapan Laura sangat kasar. Namun, sekarang, dia menyadari bahwa Laura sangat pandai menilai orang lain.

"Tenang saja. Ke depannya, aku nggak akan ditindas olehnya lagi," kata Janice.

"Kenapa? Si bajingan itu akhirnya mau menikahimu, ya? Kamu sudah mau menikah dengan keluarga kaya?! Sayang, aku akan langsung mengundurkan diri dari pekerjaanku. Kamu harus menghidupiku seumur hidupku, ya!" seru Laura.

Laura sangat bersemangat, seakan-akan dialah yang akan menikah dengan pria kaya.

Janice mengurut keningnya sambil berkata, "Jordan sudah punya pacar, jadi nggak ada gunanya aku berlamaan lagi di sisinya."

Laura mulai marah-marah.

"Pacar? Bukankah kamu pacarnya?! Maksudmu, si bajingan itu mencari pacar baru dan meninggalkanmu begitu saja?!"

"Kalau begitu, sekarang kamu pasti lagi sangat sedih, 'kan?!"

"Sayang, kamu di mana? Aku akan pergi menjemputmu!"

Janice pun bertanya, "Bukannya kamu lagi kerja, ya?"

"Pekerjaanku nggak sepenting kamu! Bosku yang bodoh itu nggak akan berani memecatku. Berikan alamatmu padaku!"

Janice pun memberi tahu lokasinya pada Laura.

Sejujurnya, Janice memang merasa dia memerlukan seseorang untuk menemani dirinya sekarang.

Setelah menunggu selama hampir satu jam, Janice menerima pesan dari Laura.

[Sayang, jalanan agak macet. Aku akan segera tiba. Lima menit lagi! Tunggu aku, ya!]

Janice berdiri dan pergi menunggu di luar kafe.

Dengan sifatnya Laura, Janice khawatir sahabatnya itu akan langsung marah-marah di dalam kafe.

Sebagai seseorang yang berkepribadian lebih menyendiri, dia tidak bisa mengendalikan situasi seperti itu.

Entah sejak kapan, hujan gerimis turun. Janice mengenakan gaun yang dia beli di pusat perbelanjaan tadi pagi. Gaun berwarna biru muda itu mencapai betisnya dan hampir tidak bisa menutupi bagian memar di kakinya.

Hujan ini membuat cuaca agak dingin. Dia menyilangkan kedua tangannya dan bergeser sedikit ke dalam.

Di bawah hujan yang sunyi ini, mobil sesekali melewati jalanan di depannya.

Wanita yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu layaknya bunga yang mekar dalam diam di pinggir jalan.

Adegan ini dilihat oleh seorang pria yang berada di ruang khusus di restoran seberang.

Cedric Walter mengenakan setelan jas berwarna hitam. Dia berdiri di depan jendela di lantai enam, dengan sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, sambil memandang ke bawah dengan tatapan yang mendalam.

Tangannya yang lainnya menggoyangkan gelas anggur dengan pelan.

Bos perusahaan real estat di sampingnya memanggilnya dengan menyanjung. "Kenapa Tuan Cedric nggak makan lagi? Apakah makanannya nggak sesuai dengan selera Tuan?"

"Aku lagi mencerna makanan," jawab Cedric dengan nada datar, tidak menunjukkan emosi apa pun.

Bos itu berpikir sejenak, lalu memberi isyarat pada seorang wanita cantik berpakaian gaun tradisional yang sedang memainkan alat musik sambil bernyanyi di satu sisi.

Wanita itu langsung berjalan menghampiri Cedric dan bertanya dengan lembut, "Apakah Tuan Cedric ingin mendengarkan lagu lagi?"

"Setelah aku melihat pemandangan," jawab Cedric.

Wanita cantik itu bertanya dengan genit, "Mana ada pemandangan di luar? Lagi pula ... Tuan Cedric, apakah pemandangannya lebih cantik dari saya?"

Cedric menoleh dan menatap wanita itu.

Matanya panjang dan sipit, dengan sebuah tahi lalat di sudut matanya, menonjolkan wajahnya yang tampan dan mulia, serta sangat menawan.

Orang yang ditatap dengan mata seperti ini pasti akan tergerak hatinya.

"Memang nggak secantik kamu," kata Cedric.

Kemudian, Cedric mengangkat kepalanya dan meneguk anggur merah di gelasnya. Gerakan ini membuatnya terlihat sangat menggoda.

Mendengar pujian ini, jantung wanita cantik itu seketika berdebar kencang.

Bos perusahaan real estat itu juga merasa senang.

Reputasi Cedric di luar kurang baik, yaitu bahwa di balik wajahnya yang sangat tampan, dia sebenarnya sangat gila.

Dia juga pemarah, kejam dan tidak mudah untuk didekati.

Namun, dia adalah pemimpin Keluarga Walter.

Awalnya, Kota Sidny adalah kekuasaan Keluarga Felix, diikuti oleh Keluarga Walter. Namun, tidak ada yang menyangka kemunculan Cedric si anak haram ini. Tidak seperti pelatihan pewaris keluarga biasanya, dia berasal dari jalan yang tidak benar.

Latar belakang Cedric tidak jelas. Setelah dia mengambil alih Keluarga Walter, dia menguasai jalan yang baik dan juga buruk, hingga menyerang Keluarga Felix. Selama beberapa tahun terakhir, dia sudah menginjak Perusahaan Felix secara terang-terangan.

Sekarang, meskipun dia mengenakan setelan jas yang rapi dan terlihat begitu mulia, dia sebenarnya bukanlah orang yang baik hati.

Hari ini, bos perusahaan real estat itu berhasil mengajak Cedric keluar dengan susah payah. Melihat suasana hati Cedric sepertinya lumayan baik, dia tentu saja berusaha untuk memanfaatkan kesempatan ini.

"Stella adalah penyanyi terbaik di sini. Kalau Tuan Cedric menyukainya, ada kamar pribadi di lantai atas. Kalian ...."

Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Cedric berbalik, meletakkan gelasnya di atas meja dan mendecakkan lidahnya.

"Memangnya aku terlihat sehaus itu, ya?" tanya Cedric.

Senyuman bos itu seketika menjadi kaku. Dia tidak mengerti mengapa sikap Cedric tiba-tiba berubah.

"Tuan Cedric bercanda, ya. Saya nggak bermaksud seperti itu," katanya.

Cedric tersenyum sambil mendorong pinggang ramping wanita cantik itu dengan jari tangannya yang panjang.

Wanita cantik itu melangkah maju beberapa langkah dan jatuh terduduk dalam pelukan bos itu.

Sedangkan Cedric sudah berbalik dan berjalan ke arah pintu.

"Lain kali, bersikaplah lebih jujur. Jangan begitu rendahan," kata Cedric.

...

Di sisi lainnya, kafe tersebut terletak di dalam kawasan pusat komersial, jadi taksi biasa tidak diizinkan untuk masuk.

Setelah menunggu sesaat, Janice akhirnya melihat Laura berlari kecil menghampirinya.

"Janice ...."

Begitu Laura melihat Janice, dia langsung memeluk Janice sambil menangis dengan keras.

Janice agak terkejut. Saat dia melihat orang-orang di dalam kafe menatap mereka dengan tatapan aneh melalui kaca jendela, dia tiba-tiba sedikit menyesal membiarkan Laura datang.

Dia menepuk-nepuk punggung Laura.

"Sudahlah, nggak apa-apa, nggak apa-apa ...."

"Bajingan itu bukan manusia! Ya sudah kalau dia mau meninggalkanmu, tapi berani sekali dia memukulmu! Seharusnya aku bawa pisau. Kalau aku nggak bisa mengalahkannya, aku akan menusuk dua ginjalnya!" seru Laura.

"Luka di wajahku bukan karena dipukul Jordan .... Kita pulang saja dulu, deh," kata Janice.

Laura baru menyeka air matanya.

"Baiklah," katanya.

Saat kedua orang ini hendak menerjang hujan untuk pergi memanggil taksi, mereka tiba-tiba melihat seorang pria yang datang dengan ramah dan menyodorkan sebuah payung pada mereka.

"Hujan turun sangat deras, kalian bisa pakai payung ini," kata pria itu.

Janice bertanya dengan waspada, "Kamu siapa?"

"Bos kami kebetulan punya urusan di sini. Dia melihat kalian menangis sesedih ini, jadi dia memberikan payung ini untuk kalian," jawab pria itu.

Pria itu sepertinya takut mereka akan salah paham bahwa dia memiliki niat lainnya, jadi dia meletakkan payung itu dan langsung pergi.

Dengan suara yang sudah serak karena menangis, Laura berseru, "Sampaikan rasa terima kasih kami pada bosmu, ya! Orang baik akan hidup damai selamanya!"

Setelah Janice dan Laura pergi dengan payung itu, Cedric baru menaikkan jendela belakang mobil Bentley secara perlahan.

Andrew Norway tidak bisa menahan diri dari bertanya, "Pak Cedric, apakah Anda kenal dengan mereka?"

"Ya, yang pakai gaun biru itu," jawab Cedric.

Andrew mengingat kembali dua wanita itu.

Wanita itu memang cantik, dengan matanya yang bulat dan kulitnya yang putih.

Jangan-jangan bosnya pernah menjalin hubungan dengan wanita itu?

Andrew tidak berani bertanya.

Namun, dia jarang sekali melihat bosnya seperti ini, jadi dia mempertaruhkan nyawanya dan bertanya, "Apakah Anda ... pernah berpacaran dengannya?"

Cedric memicingkan matanya yang indah. Dia melonggarkan dasinya dengan jari tangannya yang panjang sambil tersenyum dengan santai dan nakal.

"Dia hanyalah orang yang nggak tahu berterima kasih," jawabnya.

Bab terkait

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 4

    "Sayang, aku terlalu emosi. Kukira kamu bukan hanya bersedih, tapi juga terluka. Kukira bajingan itu begitu rendahan, hingga dia berani memukul wanita," kata Laura.Sepulangnya ke rumah dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Janice, Laura akhirnya berhenti menangis."Tapi, apa yang terjadi juga bukan hal baik. Kamu bahkan sudah bertemu dengan pria cabul, tapi Jordan malah menemani selingkuhannya. Bajingan sialan seperti ini seharusnya dipotong-potong dan dikurung di dalam kandang!" seru Laura."Angela adalah pacarnya," kata Janice.Laura berseru lagi, "Pacar apanya?! Kalau dia pacarnya Jordan, kamu siapa?!"Cahaya lampu menyinari wajahnya Janice yang dingin, menunjukkan sedikit rasa sedih."Benar, aku siapa .... Aku hanya seperti hewan peliharaan yang nggak dia pedulikan," kata Janice.'Yang datang dan pergi sesuai perintahnya,' pikir Janice.'Hingga saat dia membuangku pun, dia nggak memberiku penjelasan yang baik.'"Sudahlah, jangan bahas bajingan itu lagi. Anggap saja ketul

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 5

    Jordan melirik ke arah Angela dan melihat kedua mata wanita itu memerah.Api amarah dalam hatinya pun tertahan."Ini bukan salahmu. Kamu baru mulai kerja, jadi wajar saja kalau kamu nggak tahu apa-apa," kata Jordan."Jordan ...."Angela melemparkan dirinya ke pelukan Jordan dan menangis dengan sangat sedih.Entah mengapa, Jordan merasa kesal.Jika Janice menghadiri rapat itu, kesalahan level rendah seperti ini tidak akan terjadi.Kalaupun Janice melakukan kesalahan, dia hanya akan mengakuinya dalam diam, lalu memperbaiki kesalahan itu dan mencari cara untuk memperbaiki keadaan.Setelah kembali ke perusahaan, Jordan bahkan tidak makan malam dan langsung menghubungi partner kerja sama itu secara pribadi.Setelah bernegosiasi selama beberapa jam, Daniel baru setuju untuk memberikan mereka satu kesempatan lagi.Waktunya ditetapkan pada beberapa hari kemudian.Setelah menyelesaikan masalah ini, suasana hati Jordan sedikit membaik.Saat dia berjalan keluar dari kantornya, dia melihat Angela

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 6

    Janice naik taksi ke Perusahaan Felix.Dalam perjalanan, dia menerima panggilan dari Laura. Laura menanyakan di mana dia berada dan Janice pun menjawab dengan santai.Alhasil, Laura langsung mengatakan bahwa dia akan ikut pergi. Katanya, sahabat baik harus menghadapi kesulitan bersama, jadi dia akan datang menghadapi Jordan dengan Janice.Janice tidak bisa menolak Laura, jadi dia hanya bisa membiarkan Laura ikut pergi.Satu jam kemudian, taksi ini berhenti di depan pintu Perusahaan Felix.Di bawah sinar matahari, bangunan yang megah dan menjulang tinggi ini memantulkan cahaya yang menyilaukan, sehingga Janice memicingkan matanya.Kantor pusat Perusahaan Felix yang sebelumnya tidak berada di tempat ini, bangunan ini adalah bangunan baru.Lima tahun yang lalu, saat bangunan baru ini selesai dibangun, suasana hati Jordan sangat baik, jadi dia minum-minum dan tertidur di kantornya.Pada saat itu, Janice terus menemaninya.Saat Janice sedang berdiri di depan jendela kaca yang besar sambil m

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 7

    Pada saat ini, Janice benar-benar terdiam.Laura merasa murka, hingga dia ingin pergi menghajar Jordan."Memangnya sebelumnya kamu bisu, ya?! Kenapa kamu nggak pernah mengucapkan omong kosong seperti ini?!" seru Laura.Jordan juga mulai marah.Dia menurunkan tatapannya dan memancarkan aura yang ganas."Laura, ini Perusahaan Felix, jangan buat masalah lagi!"Sebelumnya, Laura juga takut pada Jordan. Namun, kali ini, dia benar-benar marah hingga dia sama sekali tidak ingin mundur.Dia menyingsingkan lengan bajunya dan mendorong Steven yang menghalanginya untuk pergi memukul Jordan.Jordan langsung memanggil petugas keamanan.Dalam waktu singkat, beberapa petugas keamanan menarik Laura ke luar dengan kasar.Janice pun berjalan maju dan melindungi Laura."Lepaskan dia!" seru Janice sambil menatap Jordan."Kalau kamu berani menyentuh Laura, aku akan melawanmu! Jordan, setelah menjadi asisten khususmu selama bertahun-tahun, aku menguasai segala hal tentangmu. Kamu nggak ingin mendengar lapor

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 8

    Setelah tabrakan itu, suasana hati Janice yang awalnya buruk menjadi jauh lebih baik."Janice, bagaimana perasaanmu?" tanya Laura.Janice menjawab, "Aku baik-baik saja, aku sudah menangis sangat banyak. Lagi pula, kamu menabrak mobil Bentley, mana mungkin aku masih bersedih di sini?"Laura pun berkata, "Kenapa kamu nggak bilang lebih awal? Kalau aku tahu cara ini bisa membuat suasana hatimu membaik, aku pasti akan menghancurkan mobil Maybach milik Jordan si bajingan itu!"Janice tidak bisa menahan dirinya dari tertawa dan memeluk Laura."Laura, kamu baik sekali," kata Janice.Laura berkata, "Meskipun kamu cantik dan bertubuh bagus, aku menyukai pria perkasa. Terima kasih."Janice pun berkata, "Baiklah, setelah aku menjadi kaya raya, aku akan memesan sepuluh pria seperti itu untukmu.""Dua saja sudah cukup. Staminaku nggak cukup untuk menghadapi sepuluh pria," kata Laura.Keduanya masuk ke rumah sewa sambil bercanda tawa. Janice pun sudah melupakan hal yang terjadi dengan Jordan.Pada m

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 9

    Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia menyodorkan sebuah kontrak yang sudah dipersiapkan pada Janice."Periksalah dengan baik. Kalau nggak ada masalah, tanda tangan saja."Janice menerima kontrak itu dan duduk di sofa di satu sisi, lalu mulai membaca dengan sungguh-sungguh.Saat dia membaca kontrak itu, Cedric mengamatinya.Wanita ini memiliki rambut berwarna cokelat, kulit putih dan wajah yang indah.Bahkan hanya dengan duduk santai seperti ini pun postur tubuhnya sangat bagus. Lekuk lehernya sangat indah, dengan garis pinggang yang ramping dan lembut.Tatapan Cedric mendalam. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya.Janice tidak menemukan masalah apa pun dengan kontrak itu, tawarannya bahkan lebih tinggi daripada gaji yang dia dapatkan dari Jordan.Dia pun menandatangani kontrak itu."Selamat bergabung dengan perusahaan," kata Cedric sambil tersenyum dengan santai.Janice berdiri dan berkata, "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu Pak Cedric lagi. Besok, aku akan datang kerja tepat wa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 10

    Janice?Carter James mendorong kacamatanya yang berbingkai warna emas. Dia mengira bahwa dia salah lihat.Namun, saat dia hendak pergi memastikan bahwa itu Janice, ponselnya berdering.Dia pun mendengar suara Calvin, adiknya, dari ujung telepon lainnya."Kak, kenapa kamu belum datang juga? Kami sudah menunggumu sangat lama!""Aku akan segera ke sana," jawab Carter.Setelah mengakhiri panggilan ini, Carter langsung pergi ke ruangan pribadi yang mewah di lantai dua.Sudah ada beberapa orang yang menunggu di dalam ruangan, ada Calvin, Jesslyn Felix dan juga Jordan.Ada juga seorang gadis kecil yang mengikuti Jordan.Carter melemparkan jas luarnya ke sofa sambil bertanya, "Kenapa Janice nggak datang?"Begitu dia menanyakan hal ini, suasana di dalam ruangan seketika membeku.Jordan menjawab, "Dia sudah mengundurkan diri dari perusahaan. Mulai sekarang, dia nggak lagi berhubungan dengan Perusahaan Felix.""Kalian sudah putus?" tanya Carter lagi."Kapan kami pernah pacaran?" tanya Jordan pula

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 11

    Begitu kata-kata ini keluar dari mulutnya, semua orang langsung tampak terkejut.Jordan tertawa dengan penuh amarah. Dia menoleh dan menatap Janice sambil berkata, "Sungguh mengejutkan, ya. Baru beberapa hari saja, kamu sudah mendekati sainganku?""Ini nggak ada hubungannya denganmu!" seru Janice.Janice merasa marah hingga wajahnya memerah. Dia langsung menepis tangan Jordan dengan kuat.Karena dia mengerahkan kekuatan yang terlalu besar, dia terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang, hingga sebuah tangan menahan pinggangnya dengan lembut.Cedric menatap matanya dengan tatapan yang mendalam dan nakal.Janice pun tercengang sejenak.Kemudian, dia menegakkan badannya dan berdiri di sisi Cedric.Cedric seperti merasa senang melihat tindakan Janice. Seulas senyuman pun tersungging di bibirnya.Sedangkan Jordan merasa bahwa adegan ini sangat mengganggu.Baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, Simon malah langsung berkata, "Jordan, bukankah Janice sudah mengundurkan diri? Kalau kamu t

Bab terbaru

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 50

    Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 49

    "Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 48

    Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 47

    "Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 46

    Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 45

    Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 44

    Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 43

    'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 42

    Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status