Saat Janice berusia tujuh tahun, tuan besar di Keluarga Felix mengadakan jamuan ulang tahun dan mengundang banyak tamu.Janice tidak terbiasa dengan tempat ramai, jadi dia pergi melihat ikan di taman bunga di belakang.Saat dia sedang merasa bosan, dia tiba-tiba mendengar suara mengejek dari sampingnya."Kamu sudah melihat selama ini, memangnya kamu mau menangkapnya, ya?"Janice menoleh dan melihat seorang anak laki-laki berwajah putih yang berdiri di belakangnya.Anak laki-laki ini terlihat satu atau dua tahun lebih tua dari Janice. Dia tidak berpakaian terlalu formal, tetapi bisa dilihat bahwa kemeja yang dia kenakan sangat mahal.Mata Janice seketika terbelalak."Aku nggak ... aku hanya bosan," jawabnya.Kemudian, dia bertanya, "Apakah kamu tamu yang datang hari ini?""Termasuk ya, tapi mereka nggak terlalu menyambut kedatanganku. Secara kebetulan, aku juga nggak menyukai mereka," jawab anak laki-laki itu.Anak laki-laki itu memandang ke kejauhan, wajahnya menunjukkan sejenis kedewa
Keesokan harinya, Janice bangun pagi-pagi sekali.Ini hari pertama dia akan bekerja di Perusahaan Walter. Dengan penuh semangat, dia mempersiapkan sarapan yang melimpah.Saat dia pergi, Laura masih tidur lelap dan ponselnya yang terletak di satu sisi terus berdering.Janice melihatnya sekilas, ada panggilan masuk dari "Bos Bodoh".Setelah berpikir sejenak, Janice menerima panggilan ini."Halo? Aku temannya Laura. Hari ini, Laura nggak enak badan, jadi dia mungkin harus izin sakit," kata Janice.Dia selalu mendengar Laura mengeluh tentang bosnya, sehingga dia mengira bahwa bosnya Laura adalah pria tua yang botak dan gemuk.Tak disangka, suara pria itu sangat muda.Pria itu bahkan bersikap sopan."Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku akan membiarkannya libur sehari. Kesehatannya lebih penting," kata pria itu."Baik, akan kusampaikan padanya," kata Janice."Kalau begitu, aku matikan panggilannya, ya," kata pria itu lagi.Janice meletakkan ponsel itu di samping ranjang dan melihat L
"Sudah kubilang, keluar!"Di dalam ruangan, Jordan sedang duduk di kursi kulit sambil memancarkan aura yang sangat ganas.Saat dia melihat Angela, dia mengernyit dan bertanya, "Kenapa kamu datang ke sini?""Jordan ... aku lihat suasana hatimu kurang baik, jadi aku mengkhawatirkanmu," jawab Angela."Aku baik-baik saja," kata Jordan."Kamu marah besar, mana mungkin kamu baik-baik saja? Kalau suasana hatimu nggak baik, kamu bisa cerita padaku, mungkin saja aku bisa membantumu," kata Angela.Angela mendekati Jordan sambil menatapnya dengan tatapan gelap. "Aku mau membantumu.""Kamu nggak bisa membantuku," kata Jordan.Dengan kemampuan Angela, dia sama sekali tidak bisa membantu dalam masalah bisnis ini.Jika itu Janice, dia pasti bisa membantu.Saat Jordan teringat akan Janice, suasana hatinya yang memang sudah buruk menjadi makin berapi-api.Namun, Angela tidak menyerah."Jordan, jangan begitu, pasti ada yang bisa kubantu. Kamu belum makan siang, 'kan? Ayo kita makan di restoran baru di l
"Pak Cedric."Janice kembali ke kantor presiden direktur, mengetuk pintu dan memasuki ruangan.Dia malah melihat Cedric yang sedang berbaring di sofa di satu sisi dengan kedua kakinya yang panjang disilangkan dengan santai. Salah satu tangannya berada di belakang kepalanya dan tangannya yang lainnya memegang sebatang rokok.Matanya terpejam, seakan-akan dia terlelap.Janice meletakkan makanan yang dia bawa di satu sisi sambil menatap wajah pria itu.Pria itu memiliki wajah yang sangat indah, dengan garis wajah yang tegas. Saat dia memejamkan matanya, dia terlihat seperti bangsawan dari buku komik.Janice tidak bisa menahan diri dari menatap wajah itu lekat-lekat.Pada saat ini, Cedric tiba-tiba membuka matanya."Emm, Pak Cedric, aku membawakan makanan untukmu ...."Janice mengalihkan tatapannya dengan perasaan bersalah dan menyodorkan makanan itu pada Cedric.Melihat telinga Janice yang memerah, Cedric bangun dengan malas."Kamu lama sekali, nggak datang-datang. Kukira kamu berkhianat
Telinga Janice bahkan mengeluarkan uap panas.Dia mencengkeram lengan baju Cedric dengan tidak berdaya.Cedric menepuk-nepuk kepala Janice untuk menenangkan wanita ini."Jangan takut, aku menelepon sebentar, ya."Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.Panggilan ini langsung terhubung.Dari ujung telepon lainnya, terdengar suara Winnie Walter yang terkejut."Kak, kamu mencariku?"Cedric pun bertanya, "Kamu lagi sibuk, nggak?""Nggak, sih ....""Kalau begitu, cepat datang ke sini," kata Cedric.Cedric menyela ucapan Winnie dan menjelaskan dengan singkat bahwa Janice diberi obat-obatan yang tidak benar. Kemudian, dia memberi tahu lokasinya dan meminta Winnie untuk datang secepat mungkin.Setelah itu, dia berbalik lagi dan naik ke mobil.Begitu Cedric membuka pintu mobil, gerakannya seketika menjadi kaku.Di dalam mobil, Janice sudah membuka beberapa kancing bajunya, memperlihatkan lehernya yang indah. Tangannya juga terus menarik kerah bajunya, sehingga tali pakaian dalamny
Winnie jelas-jelas tidak percaya.Cedric hanya meliriknya sekilas sambil berkata, "Kamu cerewet sekali."Winnie tidak menanggapi ucapan itu dan hanya diam-diam menjulurkan lidahnya.Dia jarang sekali mendengar gosip tentang percintaan Cedric, jadi tentu saja dia tidak bisa menahan diri dari menanyakan hal-hal tersebut.Pada saat ini, pintu kamar mandi terbuka.Janice berjalan keluar dengan mengenakan sebuah jubah mandi berwarna putih.Mata Winnie seketika berkilau.Rambut wanita yang panjang dan berwarna cokelat itu diikat ke belakang, menunjukkan wajahnya yang cantik. Bibirnya merah, kulitnya putih, dengan rona merah yang samar-samar terlihat.Wanita ini sangat memesona.'Wah, selera Kakak benar-benar bagus, ya!' pikir Winnie.Cedric hanya melirik Janice sekilas, lalu mengalihkan tatapannya."Ini Winnie Walter. Dia seorang dokter, jadi dia ahli dalam hal ini. Biarkan dia memeriksa kondisimu, ya," kata Cedric."Halo, Nona Winnie," kata Janice."Panggil saja aku Winnie, aku adik sepupun
Mobil ini melaju dengan kencang ke hotel sebelumnya.Sudah ada sekelompok orang yang menunggu di lantai bawah hotel.Pria yang memimpin kelompok orang ini memiliki gaya rambut pendek. Wajahnya dingin dan tegas, dengan beberapa tato di lehernya.Saat dia melihat Cedric, dia menunduk sambil menyapa Cedric."Tuan Cedric."Cedric hanya mengiakan sapaan ini, lalu melangkah ke dalam hotel. Kelompok orang itu pun mengikutinya dalam diam.Di dalam hotel, tidak ada lagi sosok tamu lainnya, hanya ada manajer hotel yang berdiri di samping pintu dengan ekspresi ketakutan."Pak Cedric, semua orang sudah disingkirkan, seperti yang Anda minta. Tapi ...."Cedric hanya meliriknya sekilas sambil berkata, "Aku akan bayar kerugiannya. Nanti, akan ada yang menghubungimu."Tatapannya sangat cuek, tetapi terlihat sangat tajam.Manajer itu bergegas berkata, "Tenang saja, saya nggak akan membocorkan kejadian malam ini ke mana pun."Cedric baru mengalihkan tatapannya.Dia naik lift dan kembali ke lantai sebelum
Janice menoleh dengan susah payah dan melihat wajah seseorang yang mengantuk."Janice, kamu sudah bangun, ya?"Janice seketika terdiam."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Janice."Siapa lagi yang bisa ada di sini selain aku?" tanya Laura pula.Laura tampak yakin, lalu dia tiba-tiba tersenyum dengan nakal."Janice, jangan-jangan kamu kira aku Cedric, ya?" tanya Laura."Nggak," jawab Janice."Kalau begitu, kenapa kamu merasa bersalah? Sudah kuduga! Kamu bilang kamu nggak berani mendambakan Cedric, tapi sebenarnya kamu menginginkan tubuhnya!" seru Laura.Laura memeluk Janice sambil tertawa terbahak-bahak."Janice, kamu sudah dewasa ya, sudah bisa menginginkan seorang pria. Besok, aku akan pergi melakukan operasi untuk menjadi seorang pria, agar aku bisa mencintaimu dengan seluruh jiwa dan ragaku!" kata Laura."Kamu benar-benar makin aneh, ya," kata Janice.Janice melepaskan dirinya dari pelukan Laura dan turun dari ranjang."Jangan berulah lagi, aku harus pergi ke perusahaan."Laura langsun
Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak
"Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau
Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den
"Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng
Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa
Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da
Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber
'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice
Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '