Janice menoleh dengan susah payah dan melihat wajah seseorang yang mengantuk."Janice, kamu sudah bangun, ya?"Janice seketika terdiam."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Janice."Siapa lagi yang bisa ada di sini selain aku?" tanya Laura pula.Laura tampak yakin, lalu dia tiba-tiba tersenyum dengan nakal."Janice, jangan-jangan kamu kira aku Cedric, ya?" tanya Laura."Nggak," jawab Janice."Kalau begitu, kenapa kamu merasa bersalah? Sudah kuduga! Kamu bilang kamu nggak berani mendambakan Cedric, tapi sebenarnya kamu menginginkan tubuhnya!" seru Laura.Laura memeluk Janice sambil tertawa terbahak-bahak."Janice, kamu sudah dewasa ya, sudah bisa menginginkan seorang pria. Besok, aku akan pergi melakukan operasi untuk menjadi seorang pria, agar aku bisa mencintaimu dengan seluruh jiwa dan ragaku!" kata Laura."Kamu benar-benar makin aneh, ya," kata Janice.Janice melepaskan dirinya dari pelukan Laura dan turun dari ranjang."Jangan berulah lagi, aku harus pergi ke perusahaan."Laura langsun
"Aku tahu kamu sangat andal, tapi nggak usah buru-buru. Kamu menganggap dirimu sendiri sebagai robot, tapi aku nggak ingin karyawanku yang andal kelelahan," kata Cedric.Janice pun berkata, "Baiklah. Besok, aku baru akan pergi kerja.""Sampai jumpa besok."Setelah panggilan ini diakhiri, Janice merasa agak kebingungan.Selama ini, dia sudah terbiasa memperlakukan dirinya sebagai kuda yang terus bekerja. Meskipun Jordan tidak mengkhawatirkannya, dia sendiri juga sangat hati-hati.Setelah dia bergabung dengan Perusahaan Walter, dia tiba-tiba dipedulikan seperti ini. Dia pun merasa bahwa ... meninggalkan Perusahaan Felix adalah pilihan yang tepat.Hari masih pagi, jadi Janice tidak buru-buru pulang.Dia mengirimkan sebuah pesan pada Winnie.[Winnie, Pak Cedric suka makan apa?]Balasan yang dia terima sangat mengejutkan. [Makanan manis.]Dia pun pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di dekat apartemen. Di tempat itu, ada sebuah toko kue yang menjual kue-kue dengan rasa yang sangat enak.Sebel
Seusai berbicara, Angela menatap Janice dalam diam.Namun, dia tidak melihat perubahan ekspresi apa pun di wajah Janice."Sudah selesai?" tanya Janice.Janice menatap Angela dengan tatapan dingin, dia malas menyia-nyiakan waktunya untuk berurusan dengan wanita ini.Kemudian, dia melangkah maju dan memberi isyarat pada manajer toko itu."Berikan aku satu potong kue kecil ini lagi."Tatapan manajer itu berpindah-pindah antara Janice dan Angela, lalu akhirnya dia mengeluarkan sepotong kue lagi.Dengan tatapan yang menggelap, Angela berkata, "Janice, untuk apa kamu menghabiskan uangmu untuk membeli satu potong lagi? Aku bisa mengembalikan kue ini padamu."Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia menyodorkan kantongan itu pada Janice.Kemudian, dia melepaskan pegangannya.Kue itu langsung terjatuh dan hancur berserak di lantai.Angela menutup mulutnya dengan ekspresi berlebihan dan berkata, "Maaf, kuenya hancur. Tapi, nggak apa-apa. Toko kue ini akan segera menjadi milikku, aku akan menyuruh s
Janice bukan hanya belajar membuat kue sendiri, tetapi sebelumnya, setiap minggu Janice juga akan pergi ke sebuah toko kue bernama "La Bleu" dan membelikan Jordan sepotong kue kecil.Sambil memikirkan hal ini, Jordan melirik sekilas ke kue di atas meja. Dia pun tercengang sejenak.Kue itu dari La Bleu."Kamu yang beli?" tanya Jordan."Ya, kukira kamu suka ....""Aku nggak suka. Ke depannya, jangan beli lagi."Jordan bersandar di kursinya. Dia tiba-tiba merasa agak kesal.Dia baru menyadari penampilan Angela saat ini. "Kenapa kamu pakai topi?""Aku ... nggak apa-apa ...."Angela mengangkat tangannya dan menekan topi di kepalanya dengan tatapan berkilau."Emm, kalau kamu sibuk, lanjutkan saja kesibukanmu. Aku pulang saja," kata Angela.Namun, Jordan malah berkata, "Sini."Dengan nada yang lebih tegas, Jordan berkata lagi, "Sini."Angela pun menghampirinya dengan ragu-ragu.Jordan berdiri dan melepaskan topi di kepala Angela. Begitu dia melihat krim yang lengket di kepala Angela, ekspresi
Senyuman di wajah Angela langsung menghilang. "Kenapa?"Jordan mengernyit, tetapi dia tidak menjawab dan hanya mematikan rokoknya di asbak rokok.Kemudian, dia baru berkata, "Toko ini nggak terkenal, kuenya juga nggak enak. Cari toko yang lebih besar saja. Kalau kamu beli hak kelolanya juga nggak apa-apa. Aku bisa berinvestasi padamu, hasilnya akan jauh lebih bagus daripada toko ini.""Tapi, aku mau beli toko ini," kata Angela.Angela sudah mengepalkan tangannya hingga tangannya hampir berdarah, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyuman sambil berkata, "Jordan, bukankah kamu sudah bilang kalau kamu akan membiarkanku memilih sendiri?""Ganti yang lain," kata Jordan dengan tegas.Melihat Jordan mulai tidak senang, Angela pun menundukkan kepalanya.Di balik sikapnya yang tidak berbahaya, tatapannya penuh akan kebencian dan kekesalan.Pada saat ini, pintu ruangan tiba-tiba diketuk seorang tamu.Jordan menarik Angela dari pangkuannya dan berkata, "Kamu pulang saja dulu. Aku lagi sibuk."A
Sambil mengucapkan kata-kata ini, Carter tersenyum dengan sopan pada Angela."Nggak usah dianggap serius, ya. Nona Jesslyn memang pemarah," kata Carter."Nggak apa-apa ...."Angela bersikap baik.Carter tersenyum dan bertanya, "Bisakah kamu meminjamkan Jordan padaku beberapa menit?""Kalian bisa mengobrol dulu," kata Angela sambil berbalik dan duduk di sofa di satu sisi.Jesslyn tidak menghiraukannya, sedangkan Calvin adalah seorang pria, jadi Angela hanya bisa memainkan ponselnya di sudut ruangan.Jordan duduk di sisi Carter dan menarik dasinya."Ada apa?"Carter menuangkan segelas anggur untuk Jordan sambil bertanya, "Aku hanya mau tanya, kamu benar-benar sudah yakin mau putus dengan Janice?""Kami hanya bisa putus kalau kami pernah pacaran. Aku dan Janice nggak pernah pacaran," jawab Jordan."Kalau begitu, kenapa kamu menggantung perasaannya selama itu?" tanya Carter.Dengan ekspresi kesal, Jordan berseru, "Dialah yang bersedia melakukannya!"Carter hanya menyesap seteguk anggur, la
Jesslyn menjulingkan matanya sambil menjawab, "Bukan urusanmu.""Sebagai korbannya, biar aku nasihati kamu. Cedric lebih berbahaya daripada Kak Jordan. Jangan dekati dia," kata Calvin."Yang penting dia nggak sebuta kakakku," kata Jesslyn sambil melirik sekilas ke Angela yang berada tidak jauh darinya. Dia pun merasa makin marah."Entah apa yang dipikirkan kakakku. Melissa Lexy, sahabatku, jauh lebih baik daripada wanita ini, tapi dia malah nggak mau," kata Jesslyn lagi."Melissa Lexy?"Calvin mengernyit sambil berkata, "Sudahlah. Sebelumnya, di pesta itu, dia bersikap sesinis itu pada Janice. Bahkan aku pun nggak menyukainya.""Diamlah. Dia menyukai kakakku. Melihat wanita lain di sisi kakakku, wajar saja kalau dia nggak senang! Lelaki seperti kalian memang nggak tahu apa-apa!" seru Jesslyn.Calvin hanya mengangkat bahunya tanpa mengucapkan apa pun.Benar, dia tidak mengerti.Namun, dia memiliki prinsip yang jelas dan bisa membedakan yang baik dari yang buruk.Setelah mengobrol dengan
Jesslyn membanting pintu mobil dan mobil Maybach itu pun melaju pergi.Angela berdiri di pinggir jalan tanpa bergerak untuk sangat lama.Tidak jauh dari Angela, Calvin menyaksikan segalanya dan merasa kasihan pada Angela."Sikap Jesslyn agak menyakitkan hati, ya. Lihatlah, Angela kasihan sekali. Biar aku antarkan dia pulang, deh," kata Calvin.Namun, Carter langsung menahannya."Jangan ganggu dia.""Kenapa, Kak? Bukankah kamu selalu bersikap baik?" tanya Calvin.Carter memicingkan matanya sambil berkata, "Angela nggak memerlukan bantuanmu, dia nggak selemah yang kamu pikirkan.""Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Calvin lagi."Aku pandai menilai orang lain. Misalnya, aku tahu kalau kamu sangat bodoh. Akurat sekali, bukan?" kata Carter.'Kenapa dia malah mengataiku?' pikir Calvin....Setelah Jesslyn mengantarkan Jordan ke vilanya Jordan dan meminta pengurus rumah untuk menjaga Jordan dengan baik, dia pun pergi.Jordan berbaring di atas ranjang. Melihat vila yang sepi ini, hatinya terasa kos
Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak
"Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau
Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den
"Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng
Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa
Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da
Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber
'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice
Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '