Jesslyn membanting pintu mobil dan mobil Maybach itu pun melaju pergi.Angela berdiri di pinggir jalan tanpa bergerak untuk sangat lama.Tidak jauh dari Angela, Calvin menyaksikan segalanya dan merasa kasihan pada Angela."Sikap Jesslyn agak menyakitkan hati, ya. Lihatlah, Angela kasihan sekali. Biar aku antarkan dia pulang, deh," kata Calvin.Namun, Carter langsung menahannya."Jangan ganggu dia.""Kenapa, Kak? Bukankah kamu selalu bersikap baik?" tanya Calvin.Carter memicingkan matanya sambil berkata, "Angela nggak memerlukan bantuanmu, dia nggak selemah yang kamu pikirkan.""Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Calvin lagi."Aku pandai menilai orang lain. Misalnya, aku tahu kalau kamu sangat bodoh. Akurat sekali, bukan?" kata Carter.'Kenapa dia malah mengataiku?' pikir Calvin....Setelah Jesslyn mengantarkan Jordan ke vilanya Jordan dan meminta pengurus rumah untuk menjaga Jordan dengan baik, dia pun pergi.Jordan berbaring di atas ranjang. Melihat vila yang sepi ini, hatinya terasa kos
Keesokan harinya, Janice bangun pagi dan mulai memasak sarapan.Dia sudah membeli banyak sayuran dan daging segar.Setelah mempersiapkan bahan masakan, dia memasak sepanci bubur daging dan membungkusnya dengan baik, lalu pergi ke perusahaan.Saat dia hendak menyeberang jalan di dekat perusahaan, sebuah mobil Land Rover tiba-tiba muncul dari satu sisi dan melaju melewatinya.Janice terkejut dan melangkah mundur.Dia baik-baik saja, tetapi tas di tangannya membentur mobil itu dan terlempar, sehingga bubur di dalam termos tumpah.Mobil Land Rover itu berhenti melaju. Kemudian, sopir mobil itu menurunkan jendela mobil dan melemparkan setumpuk uang ke lantai."Kami lagi buru-buru. Ini kompensasi dari tuan muda kami!" seru sopir itu.Janice berjalan menghampiri mobil itu dan memungut uang itu dari lantai.Sopir itu hendak menginjak gas lagi, tetapi Janice malah mengangkat tangannya dan melemparkan uang itu dengan kuat ke wajah sopir itu."Aku sudah mengambil foto pelat mobil ini. Di sini jug
Saat dia hendak pergi, dia malah melihat Cedric yang mendorong pintu dan memasuki ruangan.Pria ini mengenakan jas khusus berwarna hitam tanpa dasi dan celana panjang berwarna hitam yang menutupi kakinya yang panjang. Dia terlihat dingin, tetapi juga santai."Pak Cedric."Janice tersenyum sambil berkata, "Aku sudah membawakanmu sarapan."Cedric berjalan menghampirinya.Saat dia melihat bubur udang yang dibungkus dengan baik di atas meja, dia mendecakkan lidahnya."Bubur buatan Janice sangat bagus ya, sama persis dengan bubur dari toko sarapan di lantai bawah. Sungguh kebetulan, bukan hanya bungkusannya sama, bahkan logo di kantongannya juga sama."Janice terdiam sejenak sebelum menjelaskan. "Awalnya, aku sudah memasakkan bubur untukmu. Tapi, pagi ini, ada sedikit kejadian yang membuat buburnya tumpah semua. Jadi, aku hanya bisa beli seporsi bubur untukmu. Tenang saja. Besok, aku pasti akan memasakkannya untukmu.""Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Cedric."Hah?"Saat Janice menyadari b
Janice hampir tidak bisa mempertahankan ekspresinya.Setelah mereka berjalan lebih jauh, dia tidak bisa menahan diri dari berkata dengan suara rendah, "Pak Cedric, kenapa kamu nggak menyangkalnya?""Lihatlah, gadis itu sangat mendambakan kisah cinta yang indah. Mana mungkin aku tega menghancurkan khayalannya?" kata Cedric."Ke depannya ... sebaiknya jangan bercanda seperti ini lagi," kata Janice.Mendengar ucapan Janice, senyuman Cedric memudar."Baiklah."Janice menundukkan kepalanya, dia tidak menyadari aura pria di sebelahnya menjadi lebih dingin.Dia berjalan masuk ke kantor direktur rumah sakit dan menerima pemeriksaan. Seperti dugaannya, dia baik-baik saja.Kemudian, dia pergi lagi ke departemen lainnya.Semuanya baik-baik saja.Saat Janice keluar, Cedric sedang bersandar di dinding sambil memeriksa hasil pemeriksaannya satu per satu.Helaian rambut yang jatuh ke depan keningnya membuat wajahnya yang tampan terlihat melankolis.Banyak orang di sekitar pun diam-diam melirik ke ara
Tanpa ragu-ragu, Janice menjawab, "Tentu saja kamu!""Serius?" Cedric tersenyum sambil berkata, "Tadi, kulihat kamu duduk bengong di dalam mobil. Kukira kamu khawatir Jordan dipukul olehku.""Aku nggak mengkhawatirkannya, aku hanya memikirkan sesuatu," kata Janice.Janice menoleh ke arah jendela mobil dengan ekspresi linglung.Hari ini, saat Jordan menyuruhnya untuk meminta maaf pada Angela, dia teringat akan masa-masa dia mengikuti Jordan.Pernah sekali, ada tamu yang berniat jahat padanya dan terus menuangkan anggur untuknya. Karena dia tidak meminum anggur itu, tamu itu marah besar dan tiba-tiba menuangkan segelas anggur ke kepalanya sambil memarahinya tidak tahu diri.Pada saat itu, Jordan juga berada bersamanya.Jordan menyuruhnya untuk meminta maaf pada tamu itu.Dia menahan ketidakadilan ini dan menunduk sambil meminta maaf.Saat mereka pulang, dia tidak bisa menahan diri dari mengungkit hal ini lagi.Jordan malah berkata dengan santai, "Aku berada di sampingmu, apa yang bisa di
'Kalau bukan karena mabuk, aku juga nggak akan mencarinya!' pikir Jordan.Dari kaca spion, Steven melihat Jordan yang terkadang marah-marah, lalu tiba-tiba tertawa. Dia pun merasa sangat aneh."Steven, bukannya aku menyuruhmu untuk cari asisten khusus baru, ya? Kenapa masih nggak ada kabar?" tanya Jordan."Pak Jordan, saya sudah memilih beberapa kandidat yang cocok, tapi Anda selalu nggak punya waktu untuk mewawancarai mereka ..." jawab Steven."Panggil mereka ke perusahaan hari ini," sela Jordan.Jordan duduk di jok belakang mobil dengan kaki tersilang.Dia berpikir, 'Kalau nggak ada Janice, aku hanya perlu mencari penggantinya!'...Setibanya di Perusahaan Felix, Jordan langsung menyuruh seseorang untuk mengatur wawancara.Dalam waktu singkat, orang-orang mulai berdatangan.Bisa bergabung dengan Perusahaan Felix adalah sebuah kesempatan yang sangat susah didapat.Para terwawancara masuk ke kantor presiden direktur dengan serentak dan berdiri berjajar.Ada dua pria dan tiga wanita, se
Di dalam kotak itu, terdapat dua jam tangan.Desain jam tangan ini indah dan unik. Di bawah cahaya lampu, jam tangan tersebut memiliki kesan metalik yang dingin. Benda ini jelas-jelas sangat mahal.Cedric berkata dengan acuh tak acuh, "Terima kasih, ya. Tapi, kenapa kamu memberiku satu pasang jam tangan? Kamu mau mengejekku masih lajang, ya?"Simon tersenyum sambil berkata, "Satu lagi punya wanita, kamu bisa memberikannya pada Janice.""Dia nggak akan menerimanya," kata Cedric."Itu urusanmu."Simon tersenyum sambil berkata, "Hari ini hari spesial. Nanti malam, bagaimana kalau kita pergi minum bareng?"Cedric menyimpan jam tangan itu sambil berkata, "Apa yang spesial? Kamu tahu aku nggak pernah merayakan ulang tahunku.""Kamu lagi-lagi nggak menghargai usahaku."Simon mendecakkan lidahnya.Namun, dia sudah terbiasa. Sejak kejadian itu, Cedric tidak lagi merayakan ulang tahunnya.Tok, tok.Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dari luar.Setelah Cedric menyahut, Janice membuka pintu
Selama bertahun-tahun Janice tinggal di Kediaman Felix, satu-satunya orang tua yang memedulikannya hanyalah Emma, neneknya Jordan.Hanya saja, Emma kurang sehat. Selama beberapa tahun terakhir, Emma jarang keluar lagi dan akhirnya langsung dipindahkan ke sebuah panti jompo dengan pemandangan yang sangat indah.Meskipun orangnya tidak berada di sisi Janice, setiap tahun, di hari ulang tahun Janice, dia akan menyuruh seseorang untuk mengirimkan hadiah untuk Janice.Janice terdiam sejenak, lalu langsung mengakhiri panggilan ini.Cedric menyadari bahwa ada yang tidak benar.Dia pun bertanya, "Ada apa?"Janice menjawab dengan agak canggung, "Pak Cedric ... bisakah kita mengundur makan malam ini? Aku ada urusan mendesak."Selama dua tahun terakhir, kondisi kesehatan Emma memburuk. Janice takut jika kali ini dia tidak pulang, ke depannya, dia tidak bisa bertemu dengan Emma lagi.Kalau begitu, dia pasti akan merasa bersalah seumur hidupnya.Namun, hari ini adalah hari ulang tahunnya Cedric yan
Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak
"Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau
Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den
"Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng
Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa
Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da
Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber
'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice
Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '