Share

Bab 6

Penulis: Umi
Janice naik taksi ke Perusahaan Felix.

Dalam perjalanan, dia menerima panggilan dari Laura. Laura menanyakan di mana dia berada dan Janice pun menjawab dengan santai.

Alhasil, Laura langsung mengatakan bahwa dia akan ikut pergi. Katanya, sahabat baik harus menghadapi kesulitan bersama, jadi dia akan datang menghadapi Jordan dengan Janice.

Janice tidak bisa menolak Laura, jadi dia hanya bisa membiarkan Laura ikut pergi.

Satu jam kemudian, taksi ini berhenti di depan pintu Perusahaan Felix.

Di bawah sinar matahari, bangunan yang megah dan menjulang tinggi ini memantulkan cahaya yang menyilaukan, sehingga Janice memicingkan matanya.

Kantor pusat Perusahaan Felix yang sebelumnya tidak berada di tempat ini, bangunan ini adalah bangunan baru.

Lima tahun yang lalu, saat bangunan baru ini selesai dibangun, suasana hati Jordan sangat baik, jadi dia minum-minum dan tertidur di kantornya.

Pada saat itu, Janice terus menemaninya.

Saat Janice sedang berdiri di depan jendela kaca yang besar sambil mengagumi pemandangan malam di luar, seseorang tiba-tiba mendekatinya dari belakang.

Sepasang tangan menariknya ke dalam pelukan yang hangat.

Kemudian, terdengar suara Jordan yang lembut.

"Lihat apa?"

Janice menjawab, "Pemandangan malam di sini indah sekali."

"Hanya kamu yang layak untuk melihat pemandangan malam seindah ini denganku," kata Jordan sambil mencium pipi Janice. "Janice, kamu harus berada di sisiku selamanya."

Tatapan Janice goyah. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya dan melangkah memasuki Perusahaan Felix.

Saat dia melangkah masuk ke dalam lift, ponselnya berdering.

Ada pesan masuk dari Departemen SDM di Perusahaan Walter.

Dia mendapatkan kesempatan untuk wawancara.

Janice memasukkan ponselnya ke dalam tas dan langsung naik ke lantai 26, ke kantor presiden direktur.

Di dalam ruangan, Jordan sedang duduk di kursi kulit sambil menyilangkan kakinya, dengan ekspresi tidak sabar di wajahnya yang tampan, seakan-akan dia sudah menunggu Janice untuk sangat lama.

Janice berjalan masuk dan langsung meletakkan selembar kertas di hadapan pria itu.

"Aku sudah cetak surat pengunduran diriku. Kamu bisa tanda tangan, biar aku menyelesaikan prosedur pengunduran diri di Departemen SDM," kata Janice.

Namun, Jordan tidak bergerak.

"Kamu masih merajuk?" tanya Jordan.

"Merajuk? Menurutmu, aku lagi merajuk?" balas Janice.

"Kalau kamu nggak suka Angela ikut campur dalam pekerjaanmu, aku akan membiarkannya melakukan beberapa pekerjaan yang lebih mudah. Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu sebagai asisten khususku. Dia nggak akan mengganggumu lagi," kata Jordan.

Jordan merasa bahwa dia sudah mengalah.

Sebelumnya, dia tidak pernah melakukan hal seperti ini.

Setiap kali mereka bertengkar, Janice-lah yang akan datang membujuknya.

Kali ini, Janice merajuk dengan agak keterlaluan. Dia benar-benar mengundurkan diri dan pergi mencari pekerjaan lainnya, sehingga Jordan merasa tidak nyaman, seakan-akan dia kehilangan kendali.

Oleh karena itu, dia berinisiatif untuk mengalah.

Namun, Janice tidak melemah.

Jordan pun mengernyit sambil berkata, "Jangan-jangan kamu mau menyuruhku memecat Angela? Janice Juno, jangan dikasih hati malah minta jantung!"

"Jordan Felix." Janice menatap Jordan dengan tatapan jernih dan bertanya, "Siapa aku bagimu?"

Jordan mendengus dengan pelan. Dia sebenarnya ingin menjawab bahwa Janice adalah asisten khususnya.

Namun, dia malah terdiam.

Apakah Janice hanya asistennya?

Tentu saja bukan.

Namun, pertanyaan Janice benar-benar membuatnya kebingungan.

Janice sudah mengikutinya sejak usia lima tahun. Selama ini, Janice sudah menjadi seperti bayangannya.

Jordan senang diikuti oleh Janice. Saat suasana hatinya sedang baik, dia akan menoleh dan melihat Janice. Sedangkan saat suasana hatinya sedang buruk, dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan.

Apa pun yang terjadi, Janice tidak akan meninggalkan dirinya.

"Untuk apa kamu menanyakan hal ini? Kamu mau aku memberimu status yang jelas?" tanya Jordan dengan sinis.

Janice sudah memberanikan dirinya untuk menanyakan hal ini, tetapi dia malah mendapatkan jawaban seperti ini.

Dia tiba-tiba merasa bahwa hal ini sangat tidak berarti.

Dia pun berkata, "Tanda tangan saja. Kamu terus menunda-nunda dengan berbagai alasan, jangan-jangan kamu nggak rela aku pergi, ya? Apakah pacarmu tahu kamu seperti ini?"

"Nggak usah provokasi aku. Pergi saja kalau kamu mau," jawab Jordan.

Jordan mengambil penanya dan menandatangani surat itu.

"Pergi sampaikan hal-hal yang penting pada Steven. Jangan rusak kinerja perusahaanku," kata Jordan.

"Baiklah," jawab Janice sambil mengambil surat pengunduran dirinya dan berjalan ke luar.

Sikap Janice yang profesional membuat Jordan naik darah.

Dia pun berkata dengan suara rendah, "Janice Juno, pikirkanlah dengan baik. Kalau kamu meninggalkan ruangan ini, ke depannya, jangan harap kamu bisa kembali ke Perusahaan Felix lagi!"

Tanpa menanggapi ucapannya, Janice hanya membanting pintu dengan kuat.

Janice merasa bahwa sama sekali tidak ada lagi tempat baginya di Perusahaan Felix.

"Kak Janice ...."

Baru saja Janice berjalan keluar, Angela langsung menghalangi jalannya.

Dengan ekspresi penuh kekhawatiran di wajahnya yang lembut, dia berkata, "Kamu nggak bisa meninggalkan perusahaan! Perusahaan memerlukanmu. Kemarin, karena kamu nggak hadir, terjadi masalah pada proyek kerja sama itu. Jadi, jangan pergi!"

"Aku sudah mengundurkan diri," kata Janice.

"Apakah kamu berselisih dengan Pak Jordan karena aku .... Kalau begitu, aku bisa mengundurkan diri. Jadi, jangan pergi, ya?" kata Angela.

Dengan ekspresi dingin, Janice berkata, "Minggir."

"Kak Janice, anggap saja aku memohon padamu. Jangan bertengkar dengan Pak Jordan karena aku! Kalau begitu, aku akan merasa sangat bersalah ...."

Angela hendak meraih tangan Janice.

Di luar, ada banyak karyawan yang menyaksikan kejadian ini.

Janice tidak suka mempermalukan diri di hadapan begitu banyak orang, jadi dia meronta untuk sejenak.

Namun, Angela menariknya dengan sangat kuat.

"Lepaskan aku."

Janice menepis tangannya dengan sedikit perlawanan dan tubuh Angela yang mungil seketika terlempar ke satu sisi, sehingga tubuhnya menghantam mesin cetak dengan kuat.

"Ahh!"

Dia memegang lengannya sambil jatuh terduduk di lantai.

Lengannya sudah terluka dan berdarah.

"Angela!"

Pintu ruangan di belakang terbuka. Jordan melangkah dengan cepat dan memapah Angela dari lantai.

Dia menatap Janice dengan tatapan tajam.

"Nggak cukup ya kamu melampiaskan amarahmu padaku, hingga kamu masih ingin melukai Angela?" kata Jordan.

"Aku nggak melakukan apa pun, dialah yang bersikeras untuk menarikku," jawab Janice.

Janice menatap Jordan dengan tenang sambil berkata, "Jordan, kita sudah kenal selama ini, tapi bagimu, aku orang sepicik itu?"

"Aku hanya memercayai apa yang kulihat!" seru Jordan.

Angela menarik lengan Jordan dengan kuat sambil berkata, "Bukan begitu, Jordan. Kak Janice juga nggak sengaja, akulah yang memintanya untuk tetap di sini ...."

"Nggak usah tahan dia, biarkan saja dia pergi!" seru Jordan.

Angela berkata, "Tapi, Kak Janice sudah menjadi asisten khususmu selama bertahun-tahun ...."

Jordan berkata, "Hanya asisten khusus, dia bisa digantikan oleh siapa pun."

Janice berpikir, 'Oh ya? Jadi, aku hanya orang yang nggak penting, yang bisa digantikan oleh siapa pun?'

"Jordan Felix, dasar bajingan!"

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dari arah lift.

Laura yang mengenakan setelan pakaian formal menerjang ke arah mereka dan menarik Janice ke belakangnya. Sambil menunjuk Jordan, dia mulai mengumpat.

"Kalau kamu berani, coba ulang ucapanmu barusan?!"

"Kamu nggak takut disambar petir, ya?! Jordan, kamu sudah lupa ya, siapa yang menemanimu setiap saat ketika kamu begitu sibuk karena baru mengambil alih Perusahaan Felix?"

"Saat kamu sakit perut malam-malam dan pura-pura lemah, siapa yang menjagamu sepanjang malam, membawakan air dan memasakkan bubur untukmu?!"

"Kelompok temanmu yang bodoh itu terus memanggil Janice dengan panggilan 'kakak ipar' dan kamu nggak pernah membantah! Sekarang, demi wanita yang pura-pura polos ini, kamu mulai memutuskan hubunganmu dengan Janice?!"

"Sembilan belas tahun ini sia-sia! Janice sudah mengikutimu selama 19 tahun!"

"Bukan 19 hari, 19 bulan, tapi 19 tahun! Jordan, kamu sudah menikmati perlakuan baiknya Janice selama 19 tahun. Sekarang, kamu malah memperlakukannya seperti ini! Kamu nggak punya hati nurani, ya?!"

Setelah Laura marah-marah seperti ini, semua orang terdiam.

Jordan menatap Janice.

Janice juga menatap Jordan dengan tatapan yang agak berkilau.

Ucapan Laura menyentuh kedalaman hatinya. Dia juga ingin menanyakan hal-hal ini, tetapi dia tidak bisa mengeluarkan pertanyaan itu dari mulutnya.

Jordan memperkuat pegangannya dan menarik Angela ke arahnya.

"Memangnya aku yang memohon agar Janice mengikutiku? Aku nggak pernah mengakuinya sebagai calon istriku!" seru Jordan.

Bab terkait

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 7

    Pada saat ini, Janice benar-benar terdiam.Laura merasa murka, hingga dia ingin pergi menghajar Jordan."Memangnya sebelumnya kamu bisu, ya?! Kenapa kamu nggak pernah mengucapkan omong kosong seperti ini?!" seru Laura.Jordan juga mulai marah.Dia menurunkan tatapannya dan memancarkan aura yang ganas."Laura, ini Perusahaan Felix, jangan buat masalah lagi!"Sebelumnya, Laura juga takut pada Jordan. Namun, kali ini, dia benar-benar marah hingga dia sama sekali tidak ingin mundur.Dia menyingsingkan lengan bajunya dan mendorong Steven yang menghalanginya untuk pergi memukul Jordan.Jordan langsung memanggil petugas keamanan.Dalam waktu singkat, beberapa petugas keamanan menarik Laura ke luar dengan kasar.Janice pun berjalan maju dan melindungi Laura."Lepaskan dia!" seru Janice sambil menatap Jordan."Kalau kamu berani menyentuh Laura, aku akan melawanmu! Jordan, setelah menjadi asisten khususmu selama bertahun-tahun, aku menguasai segala hal tentangmu. Kamu nggak ingin mendengar lapor

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 8

    Setelah tabrakan itu, suasana hati Janice yang awalnya buruk menjadi jauh lebih baik."Janice, bagaimana perasaanmu?" tanya Laura.Janice menjawab, "Aku baik-baik saja, aku sudah menangis sangat banyak. Lagi pula, kamu menabrak mobil Bentley, mana mungkin aku masih bersedih di sini?"Laura pun berkata, "Kenapa kamu nggak bilang lebih awal? Kalau aku tahu cara ini bisa membuat suasana hatimu membaik, aku pasti akan menghancurkan mobil Maybach milik Jordan si bajingan itu!"Janice tidak bisa menahan dirinya dari tertawa dan memeluk Laura."Laura, kamu baik sekali," kata Janice.Laura berkata, "Meskipun kamu cantik dan bertubuh bagus, aku menyukai pria perkasa. Terima kasih."Janice pun berkata, "Baiklah, setelah aku menjadi kaya raya, aku akan memesan sepuluh pria seperti itu untukmu.""Dua saja sudah cukup. Staminaku nggak cukup untuk menghadapi sepuluh pria," kata Laura.Keduanya masuk ke rumah sewa sambil bercanda tawa. Janice pun sudah melupakan hal yang terjadi dengan Jordan.Pada m

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 9

    Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia menyodorkan sebuah kontrak yang sudah dipersiapkan pada Janice."Periksalah dengan baik. Kalau nggak ada masalah, tanda tangan saja."Janice menerima kontrak itu dan duduk di sofa di satu sisi, lalu mulai membaca dengan sungguh-sungguh.Saat dia membaca kontrak itu, Cedric mengamatinya.Wanita ini memiliki rambut berwarna cokelat, kulit putih dan wajah yang indah.Bahkan hanya dengan duduk santai seperti ini pun postur tubuhnya sangat bagus. Lekuk lehernya sangat indah, dengan garis pinggang yang ramping dan lembut.Tatapan Cedric mendalam. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya.Janice tidak menemukan masalah apa pun dengan kontrak itu, tawarannya bahkan lebih tinggi daripada gaji yang dia dapatkan dari Jordan.Dia pun menandatangani kontrak itu."Selamat bergabung dengan perusahaan," kata Cedric sambil tersenyum dengan santai.Janice berdiri dan berkata, "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu Pak Cedric lagi. Besok, aku akan datang kerja tepat wa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 10

    Janice?Carter James mendorong kacamatanya yang berbingkai warna emas. Dia mengira bahwa dia salah lihat.Namun, saat dia hendak pergi memastikan bahwa itu Janice, ponselnya berdering.Dia pun mendengar suara Calvin, adiknya, dari ujung telepon lainnya."Kak, kenapa kamu belum datang juga? Kami sudah menunggumu sangat lama!""Aku akan segera ke sana," jawab Carter.Setelah mengakhiri panggilan ini, Carter langsung pergi ke ruangan pribadi yang mewah di lantai dua.Sudah ada beberapa orang yang menunggu di dalam ruangan, ada Calvin, Jesslyn Felix dan juga Jordan.Ada juga seorang gadis kecil yang mengikuti Jordan.Carter melemparkan jas luarnya ke sofa sambil bertanya, "Kenapa Janice nggak datang?"Begitu dia menanyakan hal ini, suasana di dalam ruangan seketika membeku.Jordan menjawab, "Dia sudah mengundurkan diri dari perusahaan. Mulai sekarang, dia nggak lagi berhubungan dengan Perusahaan Felix.""Kalian sudah putus?" tanya Carter lagi."Kapan kami pernah pacaran?" tanya Jordan pula

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 11

    Begitu kata-kata ini keluar dari mulutnya, semua orang langsung tampak terkejut.Jordan tertawa dengan penuh amarah. Dia menoleh dan menatap Janice sambil berkata, "Sungguh mengejutkan, ya. Baru beberapa hari saja, kamu sudah mendekati sainganku?""Ini nggak ada hubungannya denganmu!" seru Janice.Janice merasa marah hingga wajahnya memerah. Dia langsung menepis tangan Jordan dengan kuat.Karena dia mengerahkan kekuatan yang terlalu besar, dia terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang, hingga sebuah tangan menahan pinggangnya dengan lembut.Cedric menatap matanya dengan tatapan yang mendalam dan nakal.Janice pun tercengang sejenak.Kemudian, dia menegakkan badannya dan berdiri di sisi Cedric.Cedric seperti merasa senang melihat tindakan Janice. Seulas senyuman pun tersungging di bibirnya.Sedangkan Jordan merasa bahwa adegan ini sangat mengganggu.Baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, Simon malah langsung berkata, "Jordan, bukankah Janice sudah mengundurkan diri? Kalau kamu t

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 12

    Saat Janice berusia tujuh tahun, tuan besar di Keluarga Felix mengadakan jamuan ulang tahun dan mengundang banyak tamu.Janice tidak terbiasa dengan tempat ramai, jadi dia pergi melihat ikan di taman bunga di belakang.Saat dia sedang merasa bosan, dia tiba-tiba mendengar suara mengejek dari sampingnya."Kamu sudah melihat selama ini, memangnya kamu mau menangkapnya, ya?"Janice menoleh dan melihat seorang anak laki-laki berwajah putih yang berdiri di belakangnya.Anak laki-laki ini terlihat satu atau dua tahun lebih tua dari Janice. Dia tidak berpakaian terlalu formal, tetapi bisa dilihat bahwa kemeja yang dia kenakan sangat mahal.Mata Janice seketika terbelalak."Aku nggak ... aku hanya bosan," jawabnya.Kemudian, dia bertanya, "Apakah kamu tamu yang datang hari ini?""Termasuk ya, tapi mereka nggak terlalu menyambut kedatanganku. Secara kebetulan, aku juga nggak menyukai mereka," jawab anak laki-laki itu.Anak laki-laki itu memandang ke kejauhan, wajahnya menunjukkan sejenis kedewa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 13

    Keesokan harinya, Janice bangun pagi-pagi sekali.Ini hari pertama dia akan bekerja di Perusahaan Walter. Dengan penuh semangat, dia mempersiapkan sarapan yang melimpah.Saat dia pergi, Laura masih tidur lelap dan ponselnya yang terletak di satu sisi terus berdering.Janice melihatnya sekilas, ada panggilan masuk dari "Bos Bodoh".Setelah berpikir sejenak, Janice menerima panggilan ini."Halo? Aku temannya Laura. Hari ini, Laura nggak enak badan, jadi dia mungkin harus izin sakit," kata Janice.Dia selalu mendengar Laura mengeluh tentang bosnya, sehingga dia mengira bahwa bosnya Laura adalah pria tua yang botak dan gemuk.Tak disangka, suara pria itu sangat muda.Pria itu bahkan bersikap sopan."Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku akan membiarkannya libur sehari. Kesehatannya lebih penting," kata pria itu."Baik, akan kusampaikan padanya," kata Janice."Kalau begitu, aku matikan panggilannya, ya," kata pria itu lagi.Janice meletakkan ponsel itu di samping ranjang dan melihat L

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 14

    "Sudah kubilang, keluar!"Di dalam ruangan, Jordan sedang duduk di kursi kulit sambil memancarkan aura yang sangat ganas.Saat dia melihat Angela, dia mengernyit dan bertanya, "Kenapa kamu datang ke sini?""Jordan ... aku lihat suasana hatimu kurang baik, jadi aku mengkhawatirkanmu," jawab Angela."Aku baik-baik saja," kata Jordan."Kamu marah besar, mana mungkin kamu baik-baik saja? Kalau suasana hatimu nggak baik, kamu bisa cerita padaku, mungkin saja aku bisa membantumu," kata Angela.Angela mendekati Jordan sambil menatapnya dengan tatapan gelap. "Aku mau membantumu.""Kamu nggak bisa membantuku," kata Jordan.Dengan kemampuan Angela, dia sama sekali tidak bisa membantu dalam masalah bisnis ini.Jika itu Janice, dia pasti bisa membantu.Saat Jordan teringat akan Janice, suasana hatinya yang memang sudah buruk menjadi makin berapi-api.Namun, Angela tidak menyerah."Jordan, jangan begitu, pasti ada yang bisa kubantu. Kamu belum makan siang, 'kan? Ayo kita makan di restoran baru di l

Bab terbaru

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 50

    Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 49

    "Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 48

    Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 47

    "Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 46

    Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 45

    Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 44

    Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 43

    'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 42

    Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status