Share

Bab 5

Author: Umi
Jordan melirik ke arah Angela dan melihat kedua mata wanita itu memerah.

Api amarah dalam hatinya pun tertahan.

"Ini bukan salahmu. Kamu baru mulai kerja, jadi wajar saja kalau kamu nggak tahu apa-apa," kata Jordan.

"Jordan ...."

Angela melemparkan dirinya ke pelukan Jordan dan menangis dengan sangat sedih.

Entah mengapa, Jordan merasa kesal.

Jika Janice menghadiri rapat itu, kesalahan level rendah seperti ini tidak akan terjadi.

Kalaupun Janice melakukan kesalahan, dia hanya akan mengakuinya dalam diam, lalu memperbaiki kesalahan itu dan mencari cara untuk memperbaiki keadaan.

Setelah kembali ke perusahaan, Jordan bahkan tidak makan malam dan langsung menghubungi partner kerja sama itu secara pribadi.

Setelah bernegosiasi selama beberapa jam, Daniel baru setuju untuk memberikan mereka satu kesempatan lagi.

Waktunya ditetapkan pada beberapa hari kemudian.

Setelah menyelesaikan masalah ini, suasana hati Jordan sedikit membaik.

Saat dia berjalan keluar dari kantornya, dia melihat Angela yang masih berada di tempat kerjanya.

"Jordan ... bagaimana situasinya?" tanya Angela.

"Sudah selesai," jawab Jordan.

"Serius? Baguslah! Kamu benar-benar hebat sekali!" seru Angela dengan matanya yang berkilau.

Suasana hati Jordan seketika jauh membaik.

Dia menyukai tatapan Angela yang penuh kagum, yang merupakan pujian terbaik yang bisa diberikan seorang wanita untuk seorang pria.

Namun, Jordan tidak melihat tatapan seperti ini di mata Janice.

Janice selalu bersikap tenang dan tidak pernah membuat keributan atau bertindak manja saat terjadi masalah.

Kalaupun terjadi masalah besar, Janice tidak akan menangis dalam pelukan Jordan dan hanya akan membantu Jordan menanggung masalah ini.

Wanita itu terlalu tenang dan membosankan.

"Sudah malam, cepat pulang dan istirahatlah," kata Jordan sambil berinisiatif untuk menggenggam tangan Angela.

Angela merasa sangat senang. Dia pun turun ke lantai bawah dengan Jordan.

Awalnya, dia berharap agar Jordan mengantarkannya pulang ke vilanya Jordan. Namun, Jordan hanya meminta sopir mengantarkan Angela pulang ke tempat tinggalnya sendiri.

Sedangkan Jordan mengemudi sebuah mobil Maybach dan pulang ke vilanya sendiri.

Setelah mandi, Jordan berbaring dan tidur hingga tengah malam, saat dia terbangun karena rasa sakit yang berdenyut-denyut dalam perutnya.

Dia menderita penyakit lambung.

Dia tidak makan malam. Terlebih lagi, selama beberapa hari terakhir, tidurnya tidak teratur. Pada saat ini, dia merasa kesakitan hingga dia tidak bisa tidur.

Dia pun menekan bel untuk memanggil seorang pembantu.

Dalam waktu singkat, pintu kamarnya terbuka. Clara berjalan masuk dengan tergesa-gesa sambil bertanya, "Tuan, apakah penyakit lambung Anda kambuh lagi? Aduh, biar saya carikan obat untuk Anda!"

Clara berjongkok dan mengambil obat lambung dari laci ketiga di lemari dengan sigap.

"Untung saja, sebelumnya, Nona Janice mengingatkan saya bahwa akhir-akhir ini, pekerjaan Anda sangat sibuk, jadi saya harus mempersiapkan obat lambung yang sering Anda minum ..." kata Clara.

Jordan menelan obat itu dengan air hangat, dengan perasaan yang tidak jelas di tatapannya.

"Besok, saya akan memasakkan sup untuk kesehatan lambung untuk Anda. Saya nggak tahu cara memasak sup ginseng buatan Nona Janice, sup itu sangat bergizi dan juga enak. Biar saya tanyakan padanya ..." kata Clara lagi sambil mengeluarkan ponselnya.

Dia berpikir, 'Sudah semalam ini, Nona Janice pasti sudah tidur. Tapi, dia pernah bilang, asalkan ada yang terjadi pada Tuan, dia akan siap sedia kapan pun itu.'

Clara pun menghubungi Janice.

Setelah mendengar nada dering berbunyi beberapa kali, panggilan ini diterima.

Clara bertanya, "Nona Janice, bagaimana cara memasak sup ginseng yang Anda masak sebelumnya?"

Saat Janice sedang terlelap hingga tengah malam dan tiba-tiba menerima sebuah panggilan seperti ini, pikirannya masih kabur.

Tanpa berpikir panjang, dia langsung memberi tahu Clara resep sup ginseng itu.

Namun, dia baru tiba-tiba menyadari sesuatu.

Dia pun langsung mengakhiri panggilan ini.

Rasa kantuknya juga menghilang.

Dia berpikir, 'Penyakit lambung Jordan kambuh, ya?'

"Aneh, kenapa langsung dimatikan, ya?" kata Clara.

Clara meletakkan ponselnya. Saat dia berbalik, dia menatap sepasang mata yang tajam.

"Apa katanya?" tanya Jordan.

"Nona Janice menjelaskan langkah-langkah untuk memasak sup itu, lalu langsung mematikan panggilan .... Tuan, saya pergi masak sup dulu, ya. Kalau saya mulai masak sekarang, besok pagi supnya akan siap diminum," jawab Clara.

"Ya."

Jordan hanya mengiakan ucapan Clara dengan acuh tak acuh, tetapi suasana hatinya jauh membaik.

Seperti dugaannya, Janice masih memedulikannya.

Sebelumnya, mereka juga pernah bertengkar. Namun, setiap kalinya, dalam waktu kurang dari dua hari, Janice akan berinisiatif untuk mengalah.

Janice juga tidak meminta maaf padanya dan hanya akan tiba-tiba mengirimkan pesan padanya.

Isi pesan-pesan itu sangat santai. Misalnya, Janice mengatakan bahwa dia membawakan bubur udang untuk Jordan, bahwa ada restoran baru di lantai bawah perusahaan, bahwa dia melihat seekor kucing yang sangat imut, bahwa sinar matahari hari ini sangat indah dan sebagainya.

Kejadian kali ini juga hampir sama.

Besok, dia pasti akan kembali dengan patuh.

...

Cuaca keesokan harinya cerah.

Cahaya matahari menyinari ruangan melalui celah-celah tirai jendela, membuat ruangan terasa cerah.

Pagi-pagi sekali, Laura memakan roti sambil pergi kerja dengan terburu-buru. Sebelum dia pergi, dia memberikan Janice sebuah senjata kejut listrik dengan penuh perhatian.

Janice berkata, "Aku nggak sesial itu deh, hingga akan bertemu dengan pria cabul lagi?"

"Ini untuk melindungi diri dari Jordan. Dia lebih menakutkan dari pria cabul," kata Laura.

Jordan?

Dia tidak akan datang mencari Janice, kecuali jika dia sudah gila.

Setelah sarapan, Janice menghentikan kontraknya dengan apartemen yang dia sewa sebelumnya.

Setelah kejadian itu, seberani apa pun dia, dia juga tidak berani tinggal di tempat itu lagi.

Dia menyewa orang untuk membereskan barangnya dan pindah ke tempatnya Laura untuk sementara.

Setelah menyelesaikan hal-hal ini, hari sudah siang.

Dia berbaring di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.

Gaji yang dia dapatkan dari Jordan tidak rendah, jadi dia bisa hidup santai untuk sementara waktu dengan tabungannya. Namun, sekarang, dia merasa hampa, jadi dia tidak berniat untuk berlibur. Sebaliknya, dia ingin mencari pekerjaan.

Dia pun mengirimkan beberapa lamaran kerja sekaligus.

Dia memiliki kualifikasi yang bagus, jadi dia segera mendapatkan tawaran untuk mengikuti wawancara.

Setelah membuat janji dan hendak keluar dari halaman itu, Janice tiba-tiba menyadari sesuatu yang tidak benar.

Perusahaan Walter.

Dia baru mengirimkan lamarannya ke perusahaan ini.

"Ahh ...."

Janice seketika bangkit dari ranjang, matanya terbelalak.

Perusahaan Walter adalah saingan Perusahaan Felix.

Cedric Walter, presiden direktur Perusahaan Walter, adalah musuh bebuyutannya Jordan.

Sejak Jordan mengambil alih Perusahaan Felix, dia jarang sekali mengalami kemunduran, tetapi beberapa kekalahan yang dia alami adalah karena Cedric.

Oleh karena itu, Janice tidak memiliki kesan baik terhadap Perusahaan Walter.

Dia mengingat saat dia diwawancarai oleh seorang wartawan sebelumnya, dia mewakili Perusahaan Felix dan terus menyerang Perusahaan Walter di depan kamera, baik secara terus terang maupun secara diam-diam.

Sekarang, dia malah mengirimkan lamaran kerjanya ke perusahaan lawan ini.

Hal ini merupakan sebuah bentuk penghinaan diri.

Janice tidak bisa membatalkan lamaran itu, jadi dia hanya bisa berdoa agar pewawancara di Perusahaan Walter tidak melihat lamarannya.

...

Namun, dalam waktu sesingkat satu hari, tawaran wawancara yang Janice dapatkan tiba-tiba dibatalkan.

Bukan hanya itu ....

Selain Perusahaan Walter yang belum menanggapi lamaran kerjanya, semua perusahaan lainnya menolaknya.

Janice menyadari bahwa ada yang tidak benar, dia pun menanyakan alasan penolakan ini dengan sopan.

Karena sikapnya yang baik, salah satu perusahaan itu memberinya peringatan.

"Nona Janice, kata Perusahaan Felix, masih ada beberapa tugas yang belum kamu serahkan pada mereka, jadi kamu masih termasuk karyawan di Perusahaan Felix. Dalam kondisi seperti ini, kami juga nggak bisa mempekerjakanmu, bukan?"

"Saya mengerti," jawab Janice.

Janice pun mengakhiri panggilan ini sambil mengernyit.

Apa yang sedang dilakukan Jordan?

Setelah berpikir sejenak, dia menghubungi Steven.

Steven berseru dengan terkejut, "Nona Janice, kapan Anda akan kembali?"

"Seingatku, aku sudah menyerahkan surat pengunduran diriku, kenapa aku masih dianggap karyawan Perusahaan Felix?" tanya Janice pula.

Steven seketika terdiam.

Sesaat kemudian, terdengar suara seseorang yang dingin. "Kamu kira kamu istrinya bos, ya? Bisa datang dan pergi sesukamu? Kalau kamu benar-benar mau mengundurkan diri, datanglah ke perusahaan secara pribadi!"

Suara ini adalah suaranya Jordan.

Dia benar-benar tahu cara untuk membuat Janice kesal.

Janice pun mengerutkan bibirnya dan berkata, "Satu jam lagi, aku akan pergi ke Perusahaan Felix."

Related chapters

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 6

    Janice naik taksi ke Perusahaan Felix.Dalam perjalanan, dia menerima panggilan dari Laura. Laura menanyakan di mana dia berada dan Janice pun menjawab dengan santai.Alhasil, Laura langsung mengatakan bahwa dia akan ikut pergi. Katanya, sahabat baik harus menghadapi kesulitan bersama, jadi dia akan datang menghadapi Jordan dengan Janice.Janice tidak bisa menolak Laura, jadi dia hanya bisa membiarkan Laura ikut pergi.Satu jam kemudian, taksi ini berhenti di depan pintu Perusahaan Felix.Di bawah sinar matahari, bangunan yang megah dan menjulang tinggi ini memantulkan cahaya yang menyilaukan, sehingga Janice memicingkan matanya.Kantor pusat Perusahaan Felix yang sebelumnya tidak berada di tempat ini, bangunan ini adalah bangunan baru.Lima tahun yang lalu, saat bangunan baru ini selesai dibangun, suasana hati Jordan sangat baik, jadi dia minum-minum dan tertidur di kantornya.Pada saat itu, Janice terus menemaninya.Saat Janice sedang berdiri di depan jendela kaca yang besar sambil m

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 7

    Pada saat ini, Janice benar-benar terdiam.Laura merasa murka, hingga dia ingin pergi menghajar Jordan."Memangnya sebelumnya kamu bisu, ya?! Kenapa kamu nggak pernah mengucapkan omong kosong seperti ini?!" seru Laura.Jordan juga mulai marah.Dia menurunkan tatapannya dan memancarkan aura yang ganas."Laura, ini Perusahaan Felix, jangan buat masalah lagi!"Sebelumnya, Laura juga takut pada Jordan. Namun, kali ini, dia benar-benar marah hingga dia sama sekali tidak ingin mundur.Dia menyingsingkan lengan bajunya dan mendorong Steven yang menghalanginya untuk pergi memukul Jordan.Jordan langsung memanggil petugas keamanan.Dalam waktu singkat, beberapa petugas keamanan menarik Laura ke luar dengan kasar.Janice pun berjalan maju dan melindungi Laura."Lepaskan dia!" seru Janice sambil menatap Jordan."Kalau kamu berani menyentuh Laura, aku akan melawanmu! Jordan, setelah menjadi asisten khususmu selama bertahun-tahun, aku menguasai segala hal tentangmu. Kamu nggak ingin mendengar lapor

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 8

    Setelah tabrakan itu, suasana hati Janice yang awalnya buruk menjadi jauh lebih baik."Janice, bagaimana perasaanmu?" tanya Laura.Janice menjawab, "Aku baik-baik saja, aku sudah menangis sangat banyak. Lagi pula, kamu menabrak mobil Bentley, mana mungkin aku masih bersedih di sini?"Laura pun berkata, "Kenapa kamu nggak bilang lebih awal? Kalau aku tahu cara ini bisa membuat suasana hatimu membaik, aku pasti akan menghancurkan mobil Maybach milik Jordan si bajingan itu!"Janice tidak bisa menahan dirinya dari tertawa dan memeluk Laura."Laura, kamu baik sekali," kata Janice.Laura berkata, "Meskipun kamu cantik dan bertubuh bagus, aku menyukai pria perkasa. Terima kasih."Janice pun berkata, "Baiklah, setelah aku menjadi kaya raya, aku akan memesan sepuluh pria seperti itu untukmu.""Dua saja sudah cukup. Staminaku nggak cukup untuk menghadapi sepuluh pria," kata Laura.Keduanya masuk ke rumah sewa sambil bercanda tawa. Janice pun sudah melupakan hal yang terjadi dengan Jordan.Pada m

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 9

    Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia menyodorkan sebuah kontrak yang sudah dipersiapkan pada Janice."Periksalah dengan baik. Kalau nggak ada masalah, tanda tangan saja."Janice menerima kontrak itu dan duduk di sofa di satu sisi, lalu mulai membaca dengan sungguh-sungguh.Saat dia membaca kontrak itu, Cedric mengamatinya.Wanita ini memiliki rambut berwarna cokelat, kulit putih dan wajah yang indah.Bahkan hanya dengan duduk santai seperti ini pun postur tubuhnya sangat bagus. Lekuk lehernya sangat indah, dengan garis pinggang yang ramping dan lembut.Tatapan Cedric mendalam. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya.Janice tidak menemukan masalah apa pun dengan kontrak itu, tawarannya bahkan lebih tinggi daripada gaji yang dia dapatkan dari Jordan.Dia pun menandatangani kontrak itu."Selamat bergabung dengan perusahaan," kata Cedric sambil tersenyum dengan santai.Janice berdiri dan berkata, "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu Pak Cedric lagi. Besok, aku akan datang kerja tepat wa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 10

    Janice?Carter James mendorong kacamatanya yang berbingkai warna emas. Dia mengira bahwa dia salah lihat.Namun, saat dia hendak pergi memastikan bahwa itu Janice, ponselnya berdering.Dia pun mendengar suara Calvin, adiknya, dari ujung telepon lainnya."Kak, kenapa kamu belum datang juga? Kami sudah menunggumu sangat lama!""Aku akan segera ke sana," jawab Carter.Setelah mengakhiri panggilan ini, Carter langsung pergi ke ruangan pribadi yang mewah di lantai dua.Sudah ada beberapa orang yang menunggu di dalam ruangan, ada Calvin, Jesslyn Felix dan juga Jordan.Ada juga seorang gadis kecil yang mengikuti Jordan.Carter melemparkan jas luarnya ke sofa sambil bertanya, "Kenapa Janice nggak datang?"Begitu dia menanyakan hal ini, suasana di dalam ruangan seketika membeku.Jordan menjawab, "Dia sudah mengundurkan diri dari perusahaan. Mulai sekarang, dia nggak lagi berhubungan dengan Perusahaan Felix.""Kalian sudah putus?" tanya Carter lagi."Kapan kami pernah pacaran?" tanya Jordan pula

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 11

    Begitu kata-kata ini keluar dari mulutnya, semua orang langsung tampak terkejut.Jordan tertawa dengan penuh amarah. Dia menoleh dan menatap Janice sambil berkata, "Sungguh mengejutkan, ya. Baru beberapa hari saja, kamu sudah mendekati sainganku?""Ini nggak ada hubungannya denganmu!" seru Janice.Janice merasa marah hingga wajahnya memerah. Dia langsung menepis tangan Jordan dengan kuat.Karena dia mengerahkan kekuatan yang terlalu besar, dia terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang, hingga sebuah tangan menahan pinggangnya dengan lembut.Cedric menatap matanya dengan tatapan yang mendalam dan nakal.Janice pun tercengang sejenak.Kemudian, dia menegakkan badannya dan berdiri di sisi Cedric.Cedric seperti merasa senang melihat tindakan Janice. Seulas senyuman pun tersungging di bibirnya.Sedangkan Jordan merasa bahwa adegan ini sangat mengganggu.Baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, Simon malah langsung berkata, "Jordan, bukankah Janice sudah mengundurkan diri? Kalau kamu t

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 12

    Saat Janice berusia tujuh tahun, tuan besar di Keluarga Felix mengadakan jamuan ulang tahun dan mengundang banyak tamu.Janice tidak terbiasa dengan tempat ramai, jadi dia pergi melihat ikan di taman bunga di belakang.Saat dia sedang merasa bosan, dia tiba-tiba mendengar suara mengejek dari sampingnya."Kamu sudah melihat selama ini, memangnya kamu mau menangkapnya, ya?"Janice menoleh dan melihat seorang anak laki-laki berwajah putih yang berdiri di belakangnya.Anak laki-laki ini terlihat satu atau dua tahun lebih tua dari Janice. Dia tidak berpakaian terlalu formal, tetapi bisa dilihat bahwa kemeja yang dia kenakan sangat mahal.Mata Janice seketika terbelalak."Aku nggak ... aku hanya bosan," jawabnya.Kemudian, dia bertanya, "Apakah kamu tamu yang datang hari ini?""Termasuk ya, tapi mereka nggak terlalu menyambut kedatanganku. Secara kebetulan, aku juga nggak menyukai mereka," jawab anak laki-laki itu.Anak laki-laki itu memandang ke kejauhan, wajahnya menunjukkan sejenis kedewa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 13

    Keesokan harinya, Janice bangun pagi-pagi sekali.Ini hari pertama dia akan bekerja di Perusahaan Walter. Dengan penuh semangat, dia mempersiapkan sarapan yang melimpah.Saat dia pergi, Laura masih tidur lelap dan ponselnya yang terletak di satu sisi terus berdering.Janice melihatnya sekilas, ada panggilan masuk dari "Bos Bodoh".Setelah berpikir sejenak, Janice menerima panggilan ini."Halo? Aku temannya Laura. Hari ini, Laura nggak enak badan, jadi dia mungkin harus izin sakit," kata Janice.Dia selalu mendengar Laura mengeluh tentang bosnya, sehingga dia mengira bahwa bosnya Laura adalah pria tua yang botak dan gemuk.Tak disangka, suara pria itu sangat muda.Pria itu bahkan bersikap sopan."Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku akan membiarkannya libur sehari. Kesehatannya lebih penting," kata pria itu."Baik, akan kusampaikan padanya," kata Janice."Kalau begitu, aku matikan panggilannya, ya," kata pria itu lagi.Janice meletakkan ponsel itu di samping ranjang dan melihat L

Latest chapter

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 50

    Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 49

    "Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 48

    Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 47

    "Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 46

    Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 45

    Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 44

    Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 43

    'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 42

    Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status