Beranda / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / 08. Tugas menulis

Share

08. Tugas menulis

Penulis: Eljanes Crocus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Keem.."

"Cukup!" tegas Nathan menghentikan ocehan gadis itu,

Sedikit merasa muak setelah mendengar jawaban tak sesuai harapan, dengan cepat tangannya beraluh membuka salah satu rak meja demi mengambil sebuah ipad. Segera disodorkan ke hadapan Thea,

"Di dalam sini ada banyak file tentang rencana perjalanan, pertemuan dan beberapa catatan rapat tahun lalu."

"Sekarang kamu siapkan kertas dan bolpoin, pilih 5 file lalu buat salinannya masing masing file 5 salinan."

"T-tulis? semua yang tadi Bapak bilang, harus ditulis?" gumam Thea dengan raut terkejut, 

Setelah berkhayal mendapat beban tugas penuh hormat seperti pertunjukan dalam film, dia justru melaksanakan tugas remeh yang bahkan mampu dikerjakan oleh seorang bocah kecil.

"Iya. Apa kamu tidak bisa menulis?" lugasnya dingin,

"B-bisa!"

"Lalu tunggu apalagi? Cepat kerjakan."

"Saya ga bawa alat tulis." gumam Thea lirih sebelum menggigit bibir bawah,

"Tidak bawa alat tulis?"

"Ng…" Menggelengkan kepala dengan raut penuh penyesalan,

"Hhh. Ambil di rak sana dan cepat kerjakan. Dalam waktu dua jam harus selesai semua,"

"Dua jam?!" celetuk Thea membulatkan mata,

"Tapi, tugasnya terlalu banyak--"

"Saya tambah 1 file. Tidak ada tawar menawar, jangan buat saya mengulang!" ketus Nathan telah membulatkan tekad,

"B-baiklah…"

Dengan raut pasrah,Thea meraih benda yang ada di atas meja lalu berbalik dan melangkah ke arah rak yang ada di sudut ruangan. Mengambil satu buku juga satu buah bolpoin sebagai senjata yang akan menemaninya menumpas tugas,

Menempati sofa kosong di dalam ruangan lalu bergegas membaca satu persatu file yang ada di dalam benda milik Nathan.

"Aduh. Banyak banget!"

"Dari 100 file aku harus pilih 6 file, gimana caranya? ya kali aku baca satu satu."

"Apa aku pilih acak aja?"

"File ini isinya ada 10.000 kata! kalo misalkan 6 file disalin 5 kali berarti 30. Terus di kali jumlah kata,"

"Hah. Masa dalam waktu 2 jam aku harus nulis 300.000 kata!"

"Ini banyak banget woy!" gumam Thea lirih,

Sorot matanya tidak sengaja melirik ke arah laki laki yang tengah beranjak dari tempat duduk. "B-bapak mau kemana?" 

"Ada rapat bulanan. Kamu diam saja disini, dan cepat selesaikan itu."

"Kalau saya kembali dan tulisannya belum selesai. Siap siap mendapat tambahan lagi," tegas Nathan,bergegas melangkah keluar ruangan.

"Aaa!" teriak Thea menghentakkan kaki dan tangannya ke arah sofa.

"Hng…."

"Dasar sialan! kalo tadi aku ga bentak pasti ga bakal disuruh nulis ginian!"

"Bodoh banget sih!" seru Thea memukuli kepalanya dengan sebuah bolpoin,

Gadis itu mengepalkan kedua tangan berusaha meredam amarahnya, merasa sedikit kesal mengingat kejadian tadi.

"Tapi bukannya ini keterlaluan! Dia kan tau kalo aku masih pemula,"

"Masa udah dihukum sampe kayak gini!" guman Thea memasang muka masam,

"........"

"Tapi aku juga sih yang salah…"

"Pak Nathan pasti juga marah gara gara dibentak sama karyawan baru," timpal gadis itu, menyadari kesalahan yang telah diperbuat.

"Oke! udah ga ada waktu buat ngeluh. Semua ini, harus cepat diselesaikan!" mulai memilih 6 file secara acak segera menulis dengan kecepatan penuh.

Namun tanpa sengaja semangat tadi memadam berkat rasa nyeri yang tiba tiba menyerang, "Aduh, baru aja nulis 5 baris tapi jariku udah sakit banget."

"Gimana mau nulis tiga ratus ribu kata."  cicit Thea memperlambat gerakan jari,

Sorot matanya dengan sigap menatap setiap kalimat yang tertera pada layar gadget, sedangkan tangannya bergerak menulis kalimat tadi. "Ayo Thea! Kamu pasti bisa! Tahan rasa sakit ini."

*******

Setelah waktu berlalu, akhirnya rapat berhasil diselesaikan dengan lancar. Semua karyawan mulai meninggalkan ruangan, begitu pula dengan Nathan yang kini tengah berjalan masuk kembali ke dalam ruang kerjanya,

Tanpa sadar menatap ke sudut lain dan mendapati gadis sedang menyandarkan kepala di atas meja dalam keadaan kedua mata terpejam. 

Sigap melangkah maju dan semakin dekat, 

Tok..

Tok..

Tok..

Diketuknya meja yang terbuat dari kaca dengan sangat keras, namun tak menghasilkan apapun. Gadis itu masih terlelap tak merespon

Brak!

"Hng?!" sentak gadis itu merasa terkejut, berkat suara yang berasal dari depakan telapak Nathan.

Bergegas membenarkan posisi duduk sambil mendongak ke arah sosok tinggi yang berdiri di depannya. "P-pak Nathan,"

"Ini! Saya udah selesai nulis," seru Thea, meraih sebuah buku sambil menyodorkan ke hadapan pria tadi.

Sedikit tak acuh menatap ambang buku yang ada di depannya. Sekilas mengamati tulisan di atas kertas lalu kembali mengalihkan pandangan ke arah Thea,

"Kamu ambil semua berkas yang ada di meja saya." tegasnya menyodorkan jari telunjuk ke arah samping.

"Baik pak!" Tersenyum cerah, dengan sigap mengambil dan membawa semua berkas ke hadapan Nathan.

"Sini bukunya-"

"Cek semua isi berkas itu, lingkari setiap kesalahan. Waktunya sampai istirahat makan siang, dan harus selesai. Tidak boleh terlambat sedetikpun,"

"A-apa pak?" gumam Thea tertegun, berusaha mencerna setiap ucapan yang baru saja didengar.

"Baca setiap kata kata yang ada di dalam berkas, setelah itu lingkari setiap kata tidak baku atau penggunaan tulisan yang salah." seru Nathan menjelaskan dengan pelan dan lebih terinci.

"Baik siap. Akan saya kerjakan sekarang,"

"Lain kali jangan buat saya mengulangi perintah." ketus Nathan berbalik segera menempati kursi kerjanya.

"Huft sabar, ini ujian!" cicit Thea lirih,

Meletakkan semua berkas ke atas meja. Gadis itu membenarkan posisi duduk lalu bergegas meraih satu berkas yang ada di tumpukan paling atas,

"Kayaknya ini ada 10 file."

"Semoga bisa kelar! waktunya cukup banyak." gerutu Thea dalam hati,

Dengan cermat membaca satu persatu lembar kertas, dan melingkari beberapa kata kata yang salah dalam penulisan.

1 jam kemudian.

"Ng, capek juga! mataku panas banget." pikir gadis itu, berulang kali mengusap kelopak matanya.

"Lama juga ya. Ini udah satu jam tapi aku masih megang berkas ke tiga,"

Thea melirik ke arah benda penunjuk waktu yang tersemat di dinding ruangan, dan berusaha mempercepat sorot matanya untuk membaca.

"Banyak kosa kata yang ga aku ngerti." gerutu Thea lirih.

"Sudah selesai?" celetuk Nathan

Gadis itu reflek menoleh ke arah suara yang cukup mengejutkannya. Thea menatap laki laki itu dengan mulut menganga.

"Hah? i-ini masih ada 7 file lagi." seru Thea mengangkat satu berkas yang tengah ia baca.

Nathan tengah berdiri di depan gadis itu, memasang wajah datar. Dia terlihat tengah menenteng sebuah tas kotak berwarna hitam.

"B-bapak mau keluar?"

"Iya, ada klien yang harus saya temui."

"Jaga ruangan sampai saya kembali, jangan biarkan ada satu benda yang berpindah tempat." tegas Nathan berbalik dan melangkah pergi,

Gadis itu masih menatapi punggung lebar Nathan yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Maksudnya, jangan sampai ada yang berpindah tempat?"

"Oh. Kayaknya Pak Nathan ga mau ada orang yang megang barang barangnya," seru Thea mengangguk paham.

Melanjutkan membaca berkas tadi,lalu tanpa sengaja melirik ke arah gadget yang masih ada di atas meja.

"Lah terus ini. Termasuk mindahin barang atau ngga?" mengangkat benda itu,

"Tapi kan, dia sendiri yang nyuruh. Jadi bukan salahku dong, kalo ini berpindah tempat." sanggah Thea,

Diletakkan kembali benda itu dan segera lanjut memahami kalimat dalam berkas tadi.

*****

Pukul 18.00

Langkah kaki baru saja melewati pembatas lift yang telah terbuka dan telah membawa gadis itu ke lantai tempat tinggalnya sekarang. Segera menyusuri lorong yang cukup sepi, namun merasa lega karena tidak harus berpapasan dengan banyak orang.

Sudah cukup berinteraksi dengan ratusan karyawan, itu membuat Thea sedikit merasa muak jika harus melakukan hal yang sama. 

"Aduh. Jariku rasanya mau patah,"

"Badan pegel semua!" gerutu Thea,berdecak kesal.

___________

Flashback

Waktu berlalu, dengan cermat dia menorehkan sebuah lingkaran di atas kertas yang telah dibaca. Tiba tiba pintu terbuka, dengan sigap Thea menoleh dan mendapati pria tengah berjalan masuk ke dalam lalu berjalan ke arah kursi.

"Bawa sini semua berkasnya." tegas Nathan memasang muka datar,

"Bentar bentar! tinggal 2 baris lagi. Saya baca dulu," seru Thea mengeraskan suara,

"Sudah, ini--" bergegas beranjak sambil mengangkat tumpukan berkas, dibawanya dan diletakkan ke atas meja.

Plak.

Sebuah buku terlempar ke arah gadis itu, "Saya nyuruh kamu buat salin semua isi file, dan harus sesuai dengan setiap huruf yang tertulis di sana."

"Bukannya kamu singkat dengan menghilangkan beberapa paragraf.." ketusnya

Deg.

Gadis itu terbelalak,sangat terkejut mendengar ucapan Nathan. Bagaimana bisa laki laki itu mengetahui kesalahan yang Thea perbuat.

"Hh? k-kok bisa tahu kalo aku singkat!"

"Kirain dia cuma mau ngasih hukuman ga jelas buat balas dendam. Mankanya aku singkat,"

"Ternyata beneran di baca semua? sampe hafal gitu kalo ada paragraf yang ga aku tulis." gumam Thea dalam hati,

"Setelah istirahat makan siang, kamu tulis ulang isi file ini."

"Ha? t-tulis lagi?" celetuk Thea membulatkan kedua mata.

"Apa saya harus mengulang?" ketus Nathan dengan wajah sinis.

"E-enggak Pak! Saya sudah paham."

***Bersambung.

Bab terkait

  • Asisten Tuan Angkuh   09. Derita kerja

    "Sepertinya kemampuanmu sangat buruk. Saya kasih tambahan waktu, 3 jam harus selesai." ucap Nathan memalingkan muka,dan meraih berkas yang tadi gadis itu kerjakan. 3 jam kemudian. "Ehrg. Jariku sakit banget!" gerutu Thea, Berulang kali menjambak rambutnya untuk melupakan rasa sakit yang ia rasa. "Hhh, sampe mual lihat tulisan ini..Bosen woy, capek juga!" teriak gadis itu dalam hati, Tap. Ditaruhnya bolpoin tadi lalu Thea beranjak dari atas lantai,membawa buku itu dan disodorkan ke hadapan Nathan. "Ini Pak, sudah selesai.." Laki laki itu melirik sekilas ke arah tulisan yang ada di atas kertas. "Nanti malam latihan menulis, perbaiki gaya tulisannya. Ini terlalu jelek dan membuat sakit mata saya." ketus Nathan "Sial! mataku juga sakit.." celetuk Thea dalam hati, Mengepalkan kedua tangannya dengan erat,berusaha menahan emosi karena perkataan laki laki itu. "Ambil dan pelajari buku pedoman tul

  • Asisten Tuan Angkuh   10. Diusir.

    "......" detiknya berlalu karena membisu, Thea terdiam sambil berulang kali membuka tutup telapak tangan kanan yang terasa nyeri. Seakan tengah berusaha memberi relaksasi bagi kelima jarinya, Ini pertama kali dia merasa begitu letih, mungkin wajar karena pengalaman pertama. Perlahan pandangannya beralih pada gadis yang masih setia memeluk selimut tebal, "Man. Ayo bangun! aku udah siap berangkat," ucap Thea mengeraskan suara. "Ng.." "Iya iya, ini aku bangun." gumam Manda perlahan membuka mata seraya menatap gadis di depannya dengan tatapan kosong. "Ayo!" seru Thea sekali lagi demi mempersi

  • Asisten Tuan Angkuh   11. Terlibat rumor.

    "Menurutku dia bukan gadis kompeten. Aku yakin dia masuk kesini dengan cara licik!" timpal suara gadis lain yang tak lagi asing di telinga Thea. Suara nyaring yang kemarin berhadapan dan sosok yang berhasil dihindari pagi tadi, "Ini suara wanita yang kemarin bawain kopi!" "Berarti--mereka beneran lagi gosipin aku?" benak Thea menggigit bibir bawah, semakin mendekatkan telinga pada pembatas demi memperlancar tujuannya sekarang. Menguping bukanlah hal baik tentu semua orang tahu akan hal itu, namun bagaimana lagi? Mendengar sesuatu tentang diri sendiri bukanlah suatu kejahatan. Jadi Thea tak merasa menyesal meski harus melakukan hal secara diam-diam, "Licik--apa maksudmu?" tanya Mia mengerutkan alis,

  • Asisten Tuan Angkuh   12. Buku aturan

    "Aduh, gila banget nih orang!" gumam Thea lirih, Kenapa dia selalu bertemu pria tidak waras atau memang seluruh dunia ini dipenuhi wajah tampan tanpa akal? Demi mempertahankan posisi, Thea harus segera pergi dan cara yang tersisa hanyalah kekerasan. Tak mau berpikir ulang, ditancapkannya kedua gigi taring pada pergelangan tangan yang masih mencengkram erat. "Aw.." rintihnya, reflek melepas tangan dan membiarkan Thea lari menjauh. Secepat mungkin memasuki lift, hanya saja karena keberuntungan yang telah berpaling. Gadis itu harus terjebak di tengah karyawan yang tengah aktif memanfaatkan waktu pada jam makan siang, Bersama dengan lima karyawan lain yang tentu saja lebih dulu datang, mau tidak mau dia harus sabar menunggu untuk bisa pergi pada lantai yang dituju. "Kak Mia, sudah makan siang?" sontak salah satu karyawan asing, Seketika membuat perhatian Thea beralih karena mendengar nama tad

  • Asisten Tuan Angkuh   13. Hafalan

    "Sudah sampai mana?" "Ha?" sontak Thea merasa bingung dengan respon laki laki itu. Kenapa masih harus ada pertanyaan di ujung penantian, apakah tidak bisa membiarkannya tenang tanpa harus berpikir keras. "Aturan tadi. Kamu sudah hafal sampai mana?" "Oh. Saya sudah hafal sampe aturan ke 45," "Bawa pulang dan pelajari di rumah, dalam 3 hari kamu harus hafal semua aturan. Tapi mulai besok kamu sudah harus ikut kemanapun saya pergi---siap siaga selama 24 jam." ujar Nathan, "Baik Pak, nanti saya akan lanjut membaca dan menghafal sampe selesai! Kalo begitu saya pamit undur diri," "Tunggu.." sontaknya berhasil membuat langkah Thea terhenti. Sambil menghela nafas berat juga menggigit bibir bawah, gadis itu berbalik kembali pada posisi semula hanya demi menunggu perintah lain yang belum Nathan lontarkan. "Kamu sudah bisa berkumpul dengan karyawan departemen perencana. Meja kerjamu ada di barisan paling depan di pojok kan

  • Asisten Tuan Angkuh   14. Melakukan kesalahan.

    "Buku paket." tegas Thea tanpa menoleh. "Ha? Buku paket apaan?" sahut Manda masih belum bisa menuntaskan rasa penasarannya, Apalagi yang didapat bukanlah sebuah penjelasan, gadis itu hanya diam perlahan mengangkat map coklat hingga menunjukkan sampul tertulis judul berkas. "Aturan kontrak? tebel amat!" "Ya gimana lagi! Pamanmu banyak maunya. Suruh hafal ratusan aturan ini dalam 3 hari----pantesan karyawan lain bilang, kalo sebelumnya asisten pribadi bakal diganti sebulan sekali." "Karena sekarang aku ngerasain posisi itu, aku jadi tau alasannya!" gerutu Thea masih sibuk mengamati tulisan yang tertera dengan raut kesal.

  • Asisten Tuan Angkuh   15. Menebus kesalahan

    Sebuah pertanyaan terlontar dari salah satu karyawan yang masih penasaran menatap keberadaan wanita di depan meja Thea. Terlebih lagi dengan kalimat yang mengundang tanya bagi semua orang, "Oh, tidak ada! aku hanya memberi satu kaleng minuman soda, dan mengatakan kepadanya untuk tidak mendengar semua ocehan buruk yang karyawan lain katakan." ucap Lisa tersenyum ramah, berusaha menjadi pemeran baik di hadapan mereka. Dengan lihai menyembunyikan tawa licik yang menggema dalam benak karena berhasil menambah kericuhan, setidaknya ini semua pantas Thea dapat karena telah berani mengusik orang yang salah. "Hh, kau akan kewalahan menghadapi mereka. Suruh siapa kau berani merebut posisi ini---jabatan ini tidak pantas untukmu!" gumamnya dalam hati,

  • Asisten Tuan Angkuh   16. Makan bersama

    Derita sama terulang, seperti hari sebelumnya meski telah bekerja selama tiga hari di setiap akhir waktu Thea selalu selalu kembali dengan raut lesu bahkan langkah kakinya melemah bagai wanita tua yang berjalan lambat sambil menunduk. Entah kenapa dia masih sangat sulit untuk beradaptasi dengan dunia kerja yang selalu membuatnya tersiksa. Bos angkuh, cibiran rekan kerja, dan sekarang ditambah rumor buruk. Apapun itu setidaknya sekarang dia mampu menghela nafas lega karena telah sampai ke tempat tinggalnya. Dengan tatapan kosong Thea berjalan melewati lorong, Sekilas merenungi nasib yang berubah sejak beberapa hari terakhir, padahal dulu dia adalah nona muda kaya yang selalu menjalani kehidupan tenang dan menyelesaikan semua masalah dengan uang. &nb

Bab terbaru

  • Asisten Tuan Angkuh   127. Menghilang

    "Srup---ah!" celetuk suara puas dari bibir ranum yang baru saja menikmati beberapa teguk minuman.Cap..Cap..Cap..Berulang kali mengecap demi mengingat rasa manis yang tersisa di langit-langit mulut, lengkung sempurna perlahan muncul saat melihat sosok dengan setelan hitam putih tengah berjalan menghampiri.Sepoi angin siap menerpa rambut legam terkuncir tinggi bak ekor kuda, terasa begitu sejuk saat kutikula tubuh serta leher jenjangnya tertiup udara."Kenapa kau berikan padaku?" ucap Thea menegur wanita yang sedang berdiri sambil menyodorkan sebuah kelapa. Begitu bingung padahal dirinya sendiri juga telah memangku s

  • Asisten Tuan Angkuh   126. Saya bukan pelacur!

    Mendengar logat halus yang begitu menyejukkan telinga juga sentuhan intim yang terasa nyata, padahal kedua hal itu adalah impian yang tak mungkin didapat.Tapi siapa sangka setelah menjadi kenyataan semua ini justru menyakitkan hati Thea, kata bak pinangan tadi berubah setajam pedang yang menoreh luka.Sakit yang menggores batin mengundang linang air di pelupuk mata, "Apa, Bapak bilang--layani?""Iya, tapi kenapa kau menangis? Ini bukan waktunya bersedih," tanya Nathan penuh kelembutan, sedikit merasa cemas melihat satu bulir bening menetes menyusuri pelipis."Apa Bapak pikir saya hanyalah wanita penghibur! Apa Bapak tidak tahu kalau perintah itu hanya pantas diajukan pada seorang pelacur,""Apa maksudmu? Aku tidak bermaksud menyamakanmu dengan seorang pelacur," sanggah Nathan panik, sigap mengusap air mata yang mulai bercucuran.Segera Thea menepis tangan yang menurutnya hanya berbuat demi seuntai n

  • Asisten Tuan Angkuh   125. Aku akan menghangatkanmu!

    WARNING 21+ ________________________________ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA ________________________________ Blush.. Begitu jelas terukir rona merah di kedua pipi Thea, wajah putihnya berubah bak kepiting rebus berkat perkataan penuh makna. "A-apa maksudnya, kenapa dia mengatakan hal itu? D-dan kenapa aku memikirkan hal kotor!" gumam Thea dalam hati menangkup kedua tangan ke dalam dada hingga memastikan seperti apa kondisi organ dibalik kerangka tubuhnya. Perlahan memberanikan diri melirik sosok yang terus berjalan dengan langkah normal, raut datar itu tetap terpasang hingga menaruh tanda tanya di benak Thea. Bibir yang hendak bergumam guna menanyakan maksud tak lagi melanjutkan niat setelah menyadari suara debaran yang berasal dari dada bidang yang kini tengah mendekapnya. Dengan keberanian yang tak seberapa telapak gadis itu terulur untuk menyentuh ambang kutikula Nathan,

  • Asisten Tuan Angkuh   124. Berenang berdua

    Sigap gadis itu berdiri memandang Nathan yang siap menarik kaos hitam hingga memperlihatkan tubuh bagian atas. Mulai dari lekuk otot perut hingga kedua titik pada dada bidang, entah kenapa Thea belum menyadari jika kedua maniknya perlahan tersihir karena pemandangan tersebut. Bahu lebar itu terlihat begitu luas dari jarak dekat, kali ini Thea lebih lekat menatap setiap inci tubuh atletis seorang pria. "Itu ada 8," gumamnya tanpa sadar menganga tak mampu mengontrol ekspresi, Seketika berhasil mengundang tawa singkat di wajah Nathan, merasa senang melihat tingkah gadis yang terkesan menggemaskan. Perlahan menoleh demi melempar kaos ke sisi lain, "Apa kau menghitungnya?" sontak Nathan merendahkan suara sambil menerbitkan senyum licik, "Aa-tidak!" geleng Thea, baru menyadari apa yang telah dilakukan. Pasti wajahnya terlihat seperti orang bodoh saat tertegun hanya karena hal sepele, reflek Thea mengalihkan pandanga

  • Asisten Tuan Angkuh   123. Monokini

    "Huh! Apa dia bilang? Perutku penuh dengan lemak! Memangnya dia pernah melihat perutku--seenaknya saja menghina tanpa bukti." gerutu Thea mendengus kesal,Dengan hati yang terbakar amarah dia berdiri di depan cermin besar, meletakkan tumpukan kain ke atas penyangga kaca. Masih sigap memasang wajah muram karena terus teringat ucapan pria tadi,Sigap dilepasnya dress formal yang melekat demi segera mengenakan salah satu setelan lain. Entah kenapa sekilas muncul senyum cerah di wajah Thea,Tercipta satu tujuan jika dia harus bisa mematahkan hinaan tadi demi menjaga harga diri. Bahkan Thea mulai membayangkan ketika wajah angkuh itu terpesona dengan tubuh indahnya,Doeng!

  • Asisten Tuan Angkuh   122. Mana handukku?

    Meski merasa terpaksa, gadis itu tetap melangkah maju hingga mendapati beberapa pelayan datang dengan meja dorong berisi berbagai macam hidangan.Seketika rasa kesal dalam hati Thea terganti dengan rasa lapar yang mengguncang penduduk di dalam perut. Lengkung bibir itu terukir sempurna seraya membuka jalan bagi pelayan untuk menyelesaikan tugasnya,"Taruh saja disitu. Aku akan menatanya sendiri," celetuk Thea begitu tak sabar mencicipi salah satu makanan yang sangat menggoda hingga membuatnya berulang kali menelan saliva.Beruntung dia masih bisa mempertahankan raut datar demi menjaga citra di hadapan mereka. Perlahan setiap pelayan berbaris dengan kepala tertunduk,"Karena malam masih panjang, apa setelah ini---Nyo

  • Asisten Tuan Angkuh   121. Mansion pribadi

    Aroma bunga lily yang masih melekat pada urai legam pria itu mampu membuat Thea mengernyit, sedikit bingung bagaimana bisa hidungnya dengan jelas menghirup wangi tersebut.Entah kenapa tanpa sadar dia terlelap sebelum menghabiskan setengah perjalanan, mungkin saja energi dalam tubuh Thea telah terisi penuh hingga menambah kepekaannya terhadap bau."Ng.." perlahan membuka mata, menemukan diri tengah bersandar pada jendela berukuran sedang.Seketika dia tersentak kaget karena menatap pemandangan awan yang begitu berbeda, sigap menoleh hingga menemukan sosok tinggi sedang duduk tepat di sampingnya. "Bapak! Kita ada dimana?""Pesawat," sahut Nathan datar tanpa menoleh,Mendengar kalimat tadi, tanpa ragu Thea menatap sekeliling yang hanya dipenuhi kursi kosong layar televisi juga perabotan modern yang tak mungkin ditemukan di dalam mobil."Perasaan aku tadi ada di dalam mobil.." gumam Thea mengerutkan alis, ber

  • Asisten Tuan Angkuh   120. Mendapat izin

    "Hah?! K-kenapa!"Tentu saja gadis itu terkejut tak mampu berkutik mendengar saran aneh dari mulut Zen. Bukannya mendukung dan membiarkan Thea membantu karena pasti mengerti tentang emosi yang dirasakan, dia justru menggunakan ide aneh Nathan untuk mengusir mereka."Tu--" nyaris saja sebuah panggilan hormat muncul berkat batin yang terlalu antusias, beruntung dia sadar pada waktu yang tepat."Aku mohon, izinkan aku membantu..""Bukankah tadi sudah kujelaskan, bahwa kaulah target mereka. Liburan adalah cara yang tepat untuk kau bersembunyi,""Kau harus menghilang selama beberapa hari untuk mengecoh mereka. Dan Nathan akan menemanimu," beralih menatap sosok lain."Kau tidak boleh pergi kemanapun dan pastikan Thea selalu berada di sampingmu sampai keadaan aman----biarkan aku menjalankan rencana yang telah kami setujui," lugas Zen berhasil membujuk,Meski tidak tahu apapun tentang rencana yang dim

  • Asisten Tuan Angkuh   119. Meminta izin

    Karena gadis yang masih bersikeras mengajak Nathan ke suatu tempat, mau tidak mau setelah berganti pakaian mereka berdua pergi menaiki mobil yang dibawa oleh Romi.Kedatangan pria itu juga menyelesaikan kesalahpahaman yang beberapa saat lalu terjadi. "Thea, kenapa kau memintaku membawa baju? Padahal tadi, Pak Nathan sudah memakai baju baru."Seperti biasa dia menempati kursi depan agar tak mengganggu kenyamanan tuan muda. "Itu tadi, baju milik sepupuku..""Apa?!" sontak Romi terkejut mendengar kebenaran yang belum pernah terjadi,"Sudahlah lupakan saja. Itu telah berlalu! Jangan sampai ada yang kesal karena kita membicarakan hal tadi," bisik Thea berhasil menghentikan perbincangan,Menit berlalu kendaraan beroda empat itu telah melewati gerbang besar yang menuntun ke depan gedung megah familiar milik keluarga Adelard.Muncul helaan nafas panjang, dari seorang pria berjas coklat yang tengah melirik sekilas

DMCA.com Protection Status