New York - USA.
Ini adalah hari yang sejak lama Bianca nantikan. Kini dirinya membawa adik dan keponakannya pindah ke New York. Sebuah kota terpadat di Amerika dan pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian, dan hiburan dunia.
Hari pertamanya pindah, Bianca di sibukan dengan pembukaan butik barunya. Sedangkan Caroline di sibukan dengan pemotretannya di perusahan baru. Ini benar-benar melelahkan. Bahkan Bianca mungkin akan terlambat pulang karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Bianca menatap ke cermin, memoles wajah dengan make up tipis. Mengambil tas, kemudian melangkah keluar kamar.
"Mom Bianca, where you want to go?" tanya Annabeth dengan suara polos saat melihat Bianca keluar kamar.
"Sweetheart, come here," Bianca menunduk, mensejajarkan tubuhnya pada Annabeth. "Mommy, ingin pergi bekerja sayang."
Annabeth mencebik. "Can you take me to the office?"
Bianca mendesah pelan, dia mengusap dengan lembut rambut Annabeth. "Sweetheart, mommy berjanji nanti weekend kita akan pergi bersama."
"I dont want it!" Annabeth merengut. "I want today mommy!"
"Sweetheart, mommy berjanji weekend ini kita akan pergi bersama." Bianca berusaha untuk membujuk keponakannya. "Hari ini mommy sangat sibuk sayang."
"Promise?" Annabeth mengulurkan kelingking mungilnya.
Bianca tersenyum, kemudian Bianca mengulurkan kelingkingnya dan menautkannya ke kelingking Annabeth. "Promise sweetheart."
"I love you mommy," ucap Annabeth. Bianca langsung memeluk keponakannya itu. "I love you more princess."
Tidak lama kemudian Bella pengasuh Annabeth datang dan membawa Annabeth. Melihat Annabeth sudah pergi dan tidak lagi merajuk, membuat Bianca jauh lebih tenang. Bianca mengambil kunci mobilnya dan berjalan meninggalkan mansion. Malam ini setelah Bianca pulang dari butik, Bianca harus bertemu dengan Viola sahaabtnya itu yang sudah lama dia tidak bertemu.
***
Semua berjalan dengan sesuai keinginan Bianca. Butik miliknya sudah di buka. Bahkan di hari pertama pembukaan butik, banyak pengunjung yang datang. Bianca menatap bangunan butik milknya sendiri. Hasil kerja kerasnya selama ini telah membuahkan hasil. Bianca beruntung dirinya telah memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Nona Bianca?" sapa Lily assistant Bianca,
Bianca menoleh dan menatap Lily. "Ya? Ada apa?"
"Begini nona, banyak perusahaan majalah dan juga fashion mengajak nona untuk bergabung. Mereka menawarkan kerja sama yang menguntungkan. Apa nona berminat untuk itu nona?" tanya Lily memastikan.
"Tentu aku tidak mungkin membuang sebuah kesempatan emas yang datang," jawab Bianca. "Kau pilih saja mana yang paling terbaik. Tapi usahakan untuk memilih perusahaan yang terbaik. Aku tidak ingin membuang-buang waktu ku. Kau mengerti maksud ku bukan?"
Lily mengangguk paham. "Saya mengerti nona, saya akan memilihkan beberapa perusahaan yang mengajukan kerja sama dan akan segera melaporkannya pada anda nona."
"Ya, aku menunggu laporan dari mu," balas Bianca, "Yasudah, malam ini aku harus bertemu dengan teman ku. Awasi butik dengan baik. Dan beritahu aku jika ada masalah."
"Baik nona," jawab Lily.
Kemudian Bianca berjalan meninggalkan Lily menuju halaman parkir. Bianca masuk ke dalam mobil. Kini Biaca mulai melajukan mobilnya meninggalkan halaman parkir.
***
The Carnegie Club, salah satu klub malam mewah yang berada di New York ini menjadi tempat pilihan Viola mengajak Bianca bertemu. Bianca turun dari mobil, dia sudah mendengar suara detuman musik yang begitu keras. Bianca sungguh tidak nyaman, tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima ajakan sahabatnya itu. Karena memang sudah lama Bianca tidak bertemu dengan Viola.
Bianca melangkah masuk ke dalam klub, suara dentingan sloki, aroma anggur, tembakau begitu tercium. Bianca mendensah pelan, jika bukan karena permintaan Viola dia tidak mungkin datang ke tempat yang membuat kepalanya menjadi sakit.
Saat Bianca melangkah masuk, dia sudah melihat Viola membuka table di ujung sebelah kiri. Bianca melangkah mendekat ke arah Viola. Sudah sejak tadi banyak pria yang berusaha menggoda Bianca, tentu saja Bianca tidak mungkin memilih pria yang sering menghabiskan waktunya datang ke tempat ini.
"Bianca?" suara Viola berseru saat melihat Bianca datang menghampirinya. Dengan Cepat Viola beranjak dan langsung memeluk erat sahabat yang sudah lama tidak dia temui itu.
"Kenapa kau ini sungguh cantik?" Viola mengurai pelukannya. Menatap lekat Bianca yang memakai gaun berwarna navy denga bagian atas x-straps. membuat wanita itu terlihat begitu cantik dan anggun.
Bianca menggeleng pelan dan tersenyum. "Apa kau ini tidak melihat diri mu sendiri? Kau juga sangat cantik."
"Alliright, bagaimana kalau kita minum?" tawar Viola.
"Kau tahu aku tidak bisa minum alkohol," jawab Bianca.
"Come on Bianca, satu gelas tidak akan meembuat diri mu mabuk." Viola langsung menuangkan wine ke gelas sloki yang kosong, kemudian menyerahkannya pada Bianca.
Bianca mengela napas, dia tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Lagi pula hanya satu gelas tidak akan membuat dirinya mabuk.
"Cheerrss," sahut Viola mengangkat gelas slokinya. Bianca juga mengangat gelas slokinya. "Cheerss," sahut Bianca, Kemudian mereka meneguk wine di tangannya. Bianca menggeleng pelan dan memejamkan mata saat wine masuk ke tenggorokannya. Rasa panas di tenggorokan yang kini dirasakan oleh Bianca.
"Bianca, kau akan menetap selamanya di kota ini bukan?" Viola masih menyesap wine di tangannya, dan menatap Bianca yang duduk di hadapannya.
"Ya mungkin aku akan menetap selamanya di sini." jawab Bianca.
"Kenapa kau mengatakan mungkin?" Viola mengernyitkan keningnya. Menatap tak suka dengan perkataan Bianca.
Bianca mengedikan bahunya. "Aku masih melihat nanti, aku tidak tahu apa yang terjadi ke depannya."
"Dan aku berharap kau tinggal di sini selamanya," balas Viola.
Tanpa sengaja Bianca menatap tiga pria yang duduk di sebrangnya tengah bercumbu dengan wanita. Bianca kembali mengalihkan pandangnnya. Terlihat begitu menjijikan bagi Bianca.
"Viola, aku ingin ke toilet," ucap Bianca. Viola mengangguk pelan.
Bianca beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju toilet. Bianca tidak menyadari jika ada salah satu pria yang tengah menatap lapar dirinya.
"Hi, aku baru pertama kali melihat mu di sini," ucap pria itu saat melihat Bianca keluar dari toilet.
"Permisi," Bianca tidak merespon, dia langsung hendak meninggalkan pria itu. Namun pria itu dengan cepat menghalangi langkah Bianca.
"Aku Steven, siapa nama mu?" pria itu memperkenalkan dirinya pada Bianca.
"Minggir, jangan mengganggu ku!" desis Bianca.
"Hey! Aku bisa membayar mu berapa pun yang kau inginkan. Temani aku malam ini!" seru Steven.
Plakkk
Bianca melayangkan sebuah tamparan cukup keras di wajah Steven.
"Kau!" Steven menggeram menahan emosinya.
"Ada apa ini?" suara Arthur berseru mendekat ke arah Steven.
"Bukan urusan mu Arthur!" tukas Steven.
"Jangan mencari masalah!" Arthur melayangkan tatapan tajam pada Steven.
"Dengarkan aku, aku tidak membutuhkan uang mu! Jaga bicara mu baik-baik!" sentak Bianca tak terima dengan perkataan Steven.
Bianca membalikan tubuhnya dan langsung berjalan meninggalkan Arthur dan Steven. Sedangkan Arthur melihat wanita di hadapannya yang begitu terlihat kuat, senyum di bibirnya terukir. Arthur melihat penampilan wanita yang telah menampar Steven, wanita itu memiliki penampilan yang menawan. Itu yang ada di pikiran Arthur.
"Steven, apa kau mengenal wanita tadi?" Richo yang baru saja datang, dia menatap wanita yang telah menampar Steven.
"Tidak," jawab Steven, tangannya menyentuh pipi kiri yang di tampar wanita itu.
Di sisi lainnya, Bianca langsung mengambil tas dan mengajak Viola untuk pulang. Awalnya Viola menolak, tapi karena Bianca terus memaksa, akhirnya Viola menuruti keinginan Bianca untuk pulang lebih awal.
***
Hari ini merupakan hari pertama untuk Caroline di Afford Company. Sedangkan Bianca, di sibukan dengan banyaknya perusahaan majalah dan fashion di New York yang memesan rancangannya."Kakak, aku pergi dulu yaa," pamit Caroline."Annabeth sayang, Mom pergi kerja dulu," kata Caroline sambil memeluk Annabeth."Mom, weekend ini kita pergi bersama dengan Mom Bianca kan?" suara Annabeth bertanya dengan polos. Bibirnya mengerucut menatap Caroline."Tentu sayang, weekend ini kita semua akan pergi bersama.""Caroline, kau hati-hati. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau harus segera menghubungiku. Dan ini kunci mobilmu, kakak sudah membelikan mobil untukmu." Bianca menyerahkan kunci mobil pada Caroline."Astaga kakak, kenapa kau membelikanku mobil?" tanya Caroline yang terkejut karena Bianca membelikan mobil baru untuknya."Kau ini bagaimana! Aku tidak mungkin membiarkanmu naik taksi. Cepat ambil ini," Bianca memaksa Caroline menerima kunci mobil di tangannya.Caroline tersenyum, dia langsun
Hari ini Bianca sudah disibukan dengan banyaknya perusahaan fashion dan majalah yang menghubunginya untuk menjalin kontrak kerja sama. Tapi tidak semua perusahaan yang menawarkan kerjasama disetujui dengan mudah oleh Bianca.Bianca yang kewalahan belakangan ini dengan banyaknya pesananan membuatnya jarang memiliki waktu dirumah.Bianca banyak lembur menyelesaikan pekerjaannya. Ditambah dalam minggu ini sudah ada lima perusahaan yang memaksanya untuk menyelesaikan gaun rancangannya.Bianca pun sudah mendapatkan designer lulusan baru, Lily Asisstant Bianca sangat lah cerdas. Aapapun yang Bianca perintahkan, dengan sigap Lily angsung mengerjakannya.Lily tidak pernah menunda pekerjaan, itulah yang membuat Bianca sangat menyukai kinerja Lily selama menjadi Assistantnya.Sejak Butiknya pertama kali buka di New York, butik milik Bianca tidak pernah sepi dari pelanggan. Setiap harinya selalu ramai. Hal ini yang membuat Bianca selalu membuat rancangan baru setiap hari dengan jumlah yang cukup
Pagi hari Bianca sudah bersiap-siap menuju Afford Company. Sebelumnya ia sudah menanyakan mengenai Affod Company kepada Caroline. Tapi Caroline pun tidak begitu mengetahui tentang CEO dari Afford Company.Ketika Bianca bertanya tentang Afford Company kepada Caroline, Adiknya hanya menggambarkan sosok CEO yang dia bilang sangat tampan dan memiliki atletis. Ini benar-benar membuat Bianca malas mendengarkannya.Bianca hari ini berpenampilan sangat cantik. Ia mengenakan long dress berwarna tosca tanpa lengan dan dipadukan dengan perhiasan tidak berlebihan. Ini merupakan salah satu rancangannya. Ia memang pandai dalam merancang gaun.Bianca selalu membawa sang assistant dalam pertemuannya dengan perusahaan yang ingin menjalin kerja sama dengannya.Setibanya Bianca di Afford Company, Benar semua yang diceritakan Lily dan Caroline. Afford Company adalah perusahaan yang sangat besar. Bahkan Afford Company jauh lebih besar dari Lancaster Company."Hi saya Bianca, designer dari paris. saya suda
Paris, Prancis. Aurora Bianca Lancaster, seorang designer yang sangat cantik dan terkenal di Paris. Tiga tahun tinggal di Paris membuatnya menjadi seorang designer terkenal berkat hasil kerja kerasnya selama ini.Bianca tinggal bersama adik perempuannya Aurelia Caroline Lancaster. Tahun ini Bianca memutuskan untuk pindah ke New York. Bianca telah sukses memiliki beberapa butik di Paris, Italia, Meksiko dan juga Irlandia.Bianca memilih karirnya sebagai seorang designer karena kecintaannya kepada fashion. Sedangkan Caroline memilih karir sebagai model karena mimpinya adalah menjadi Model International yang terkenal.Kejadian pahit yang menimpa Caroline, membuat Bianca hanya fokus pada adiknya itu. Terjebak one night stand dengan pria asing, hingga membuat dirinya hamil itu adalah mimpi terburuk di hidup Caroline. Tidak hanya itu, setelah keeluarganya tahu kejadian yang menimpa Caroline, Bianca di paksa untuk menikah dengan pria yang telah di pilihkan oleh orang tuanya. Namun, saat pes
Pagi hari Bianca sudah bersiap-siap menuju Afford Company. Sebelumnya ia sudah menanyakan mengenai Affod Company kepada Caroline. Tapi Caroline pun tidak begitu mengetahui tentang CEO dari Afford Company.Ketika Bianca bertanya tentang Afford Company kepada Caroline, Adiknya hanya menggambarkan sosok CEO yang dia bilang sangat tampan dan memiliki atletis. Ini benar-benar membuat Bianca malas mendengarkannya.Bianca hari ini berpenampilan sangat cantik. Ia mengenakan long dress berwarna tosca tanpa lengan dan dipadukan dengan perhiasan tidak berlebihan. Ini merupakan salah satu rancangannya. Ia memang pandai dalam merancang gaun.Bianca selalu membawa sang assistant dalam pertemuannya dengan perusahaan yang ingin menjalin kerja sama dengannya.Setibanya Bianca di Afford Company, Benar semua yang diceritakan Lily dan Caroline. Afford Company adalah perusahaan yang sangat besar. Bahkan Afford Company jauh lebih besar dari Lancaster Company."Hi saya Bianca, designer dari paris. saya suda
Hari ini Bianca sudah disibukan dengan banyaknya perusahaan fashion dan majalah yang menghubunginya untuk menjalin kontrak kerja sama. Tapi tidak semua perusahaan yang menawarkan kerjasama disetujui dengan mudah oleh Bianca.Bianca yang kewalahan belakangan ini dengan banyaknya pesananan membuatnya jarang memiliki waktu dirumah.Bianca banyak lembur menyelesaikan pekerjaannya. Ditambah dalam minggu ini sudah ada lima perusahaan yang memaksanya untuk menyelesaikan gaun rancangannya.Bianca pun sudah mendapatkan designer lulusan baru, Lily Asisstant Bianca sangat lah cerdas. Aapapun yang Bianca perintahkan, dengan sigap Lily angsung mengerjakannya.Lily tidak pernah menunda pekerjaan, itulah yang membuat Bianca sangat menyukai kinerja Lily selama menjadi Assistantnya.Sejak Butiknya pertama kali buka di New York, butik milik Bianca tidak pernah sepi dari pelanggan. Setiap harinya selalu ramai. Hal ini yang membuat Bianca selalu membuat rancangan baru setiap hari dengan jumlah yang cukup
Hari ini merupakan hari pertama untuk Caroline di Afford Company. Sedangkan Bianca, di sibukan dengan banyaknya perusahaan majalah dan fashion di New York yang memesan rancangannya."Kakak, aku pergi dulu yaa," pamit Caroline."Annabeth sayang, Mom pergi kerja dulu," kata Caroline sambil memeluk Annabeth."Mom, weekend ini kita pergi bersama dengan Mom Bianca kan?" suara Annabeth bertanya dengan polos. Bibirnya mengerucut menatap Caroline."Tentu sayang, weekend ini kita semua akan pergi bersama.""Caroline, kau hati-hati. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau harus segera menghubungiku. Dan ini kunci mobilmu, kakak sudah membelikan mobil untukmu." Bianca menyerahkan kunci mobil pada Caroline."Astaga kakak, kenapa kau membelikanku mobil?" tanya Caroline yang terkejut karena Bianca membelikan mobil baru untuknya."Kau ini bagaimana! Aku tidak mungkin membiarkanmu naik taksi. Cepat ambil ini," Bianca memaksa Caroline menerima kunci mobil di tangannya.Caroline tersenyum, dia langsun
New York - USA.Ini adalah hari yang sejak lama Bianca nantikan. Kini dirinya membawa adik dan keponakannya pindah ke New York. Sebuah kota terpadat di Amerika dan pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian, dan hiburan dunia.Hari pertamanya pindah, Bianca di sibukan dengan pembukaan butik barunya. Sedangkan Caroline di sibukan dengan pemotretannya di perusahan baru. Ini benar-benar melelahkan. Bahkan Bianca mungkin akan terlambat pulang karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.Bianca menatap ke cermin, memoles wajah dengan make up tipis. Mengambil tas, kemudian melangkah keluar kamar."Mom Bianca, where you want to go?" tanya Annabeth dengan suara polos saat melihat Bianca keluar kamar."Sweetheart, come here," Bianca menunduk, mensejajarkan tubuhnya pada Annabeth. "Mommy,
Paris, Prancis. Aurora Bianca Lancaster, seorang designer yang sangat cantik dan terkenal di Paris. Tiga tahun tinggal di Paris membuatnya menjadi seorang designer terkenal berkat hasil kerja kerasnya selama ini.Bianca tinggal bersama adik perempuannya Aurelia Caroline Lancaster. Tahun ini Bianca memutuskan untuk pindah ke New York. Bianca telah sukses memiliki beberapa butik di Paris, Italia, Meksiko dan juga Irlandia.Bianca memilih karirnya sebagai seorang designer karena kecintaannya kepada fashion. Sedangkan Caroline memilih karir sebagai model karena mimpinya adalah menjadi Model International yang terkenal.Kejadian pahit yang menimpa Caroline, membuat Bianca hanya fokus pada adiknya itu. Terjebak one night stand dengan pria asing, hingga membuat dirinya hamil itu adalah mimpi terburuk di hidup Caroline. Tidak hanya itu, setelah keeluarganya tahu kejadian yang menimpa Caroline, Bianca di paksa untuk menikah dengan pria yang telah di pilihkan oleh orang tuanya. Namun, saat pes