New York - USA.
Ini adalah hari yang sejak lama Bianca nantikan. Kini dirinya membawa adik dan keponakannya pindah ke New York. Sebuah kota terpadat di Amerika dan pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian, dan hiburan dunia.
Hari pertamanya pindah, Bianca di sibukan dengan pembukaan butik barunya. Sedangkan Caroline di sibukan dengan pemotretannya di perusahan baru. Ini benar-benar melelahkan. Bahkan Bianca mungkin akan terlambat pulang karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Bianca menatap ke cermin, memoles wajah dengan make up tipis. Mengambil tas, kemudian melangkah keluar kamar.
"Mom Bianca, where you want to go?" tanya Annabeth dengan suara polos saat melihat Bianca keluar kamar.
"Sweetheart, come here," Bianca menunduk, mensejajarkan tubuhnya pada Annabeth. "Mommy, ingin pergi bekerja sayang."
Annabeth mencebik. "Can you take me to the office?"
Bianca mendesah pelan, dia mengusap dengan lembut rambut Annabeth. "Sweetheart, mommy berjanji nanti weekend kita akan pergi bersama."
"I dont want it!" Annabeth merengut. "I want today mommy!"
"Sweetheart, mommy berjanji weekend ini kita akan pergi bersama." Bianca berusaha untuk membujuk keponakannya. "Hari ini mommy sangat sibuk sayang."
"Promise?" Annabeth mengulurkan kelingking mungilnya.
Bianca tersenyum, kemudian Bianca mengulurkan kelingkingnya dan menautkannya ke kelingking Annabeth. "Promise sweetheart."
"I love you mommy," ucap Annabeth. Bianca langsung memeluk keponakannya itu. "I love you more princess."
Tidak lama kemudian Bella pengasuh Annabeth datang dan membawa Annabeth. Melihat Annabeth sudah pergi dan tidak lagi merajuk, membuat Bianca jauh lebih tenang. Bianca mengambil kunci mobilnya dan berjalan meninggalkan mansion. Malam ini setelah Bianca pulang dari butik, Bianca harus bertemu dengan Viola sahaabtnya itu yang sudah lama dia tidak bertemu.
***
Semua berjalan dengan sesuai keinginan Bianca. Butik miliknya sudah di buka. Bahkan di hari pertama pembukaan butik, banyak pengunjung yang datang. Bianca menatap bangunan butik milknya sendiri. Hasil kerja kerasnya selama ini telah membuahkan hasil. Bianca beruntung dirinya telah memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Nona Bianca?" sapa Lily assistant Bianca,
Bianca menoleh dan menatap Lily. "Ya? Ada apa?"
"Begini nona, banyak perusahaan majalah dan juga fashion mengajak nona untuk bergabung. Mereka menawarkan kerja sama yang menguntungkan. Apa nona berminat untuk itu nona?" tanya Lily memastikan.
"Tentu aku tidak mungkin membuang sebuah kesempatan emas yang datang," jawab Bianca. "Kau pilih saja mana yang paling terbaik. Tapi usahakan untuk memilih perusahaan yang terbaik. Aku tidak ingin membuang-buang waktu ku. Kau mengerti maksud ku bukan?"
Lily mengangguk paham. "Saya mengerti nona, saya akan memilihkan beberapa perusahaan yang mengajukan kerja sama dan akan segera melaporkannya pada anda nona."
"Ya, aku menunggu laporan dari mu," balas Bianca, "Yasudah, malam ini aku harus bertemu dengan teman ku. Awasi butik dengan baik. Dan beritahu aku jika ada masalah."
"Baik nona," jawab Lily.
Kemudian Bianca berjalan meninggalkan Lily menuju halaman parkir. Bianca masuk ke dalam mobil. Kini Biaca mulai melajukan mobilnya meninggalkan halaman parkir.
***
The Carnegie Club, salah satu klub malam mewah yang berada di New York ini menjadi tempat pilihan Viola mengajak Bianca bertemu. Bianca turun dari mobil, dia sudah mendengar suara detuman musik yang begitu keras. Bianca sungguh tidak nyaman, tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima ajakan sahabatnya itu. Karena memang sudah lama Bianca tidak bertemu dengan Viola.
Bianca melangkah masuk ke dalam klub, suara dentingan sloki, aroma anggur, tembakau begitu tercium. Bianca mendensah pelan, jika bukan karena permintaan Viola dia tidak mungkin datang ke tempat yang membuat kepalanya menjadi sakit.
Saat Bianca melangkah masuk, dia sudah melihat Viola membuka table di ujung sebelah kiri. Bianca melangkah mendekat ke arah Viola. Sudah sejak tadi banyak pria yang berusaha menggoda Bianca, tentu saja Bianca tidak mungkin memilih pria yang sering menghabiskan waktunya datang ke tempat ini.
"Bianca?" suara Viola berseru saat melihat Bianca datang menghampirinya. Dengan Cepat Viola beranjak dan langsung memeluk erat sahabat yang sudah lama tidak dia temui itu.
"Kenapa kau ini sungguh cantik?" Viola mengurai pelukannya. Menatap lekat Bianca yang memakai gaun berwarna navy denga bagian atas x-straps. membuat wanita itu terlihat begitu cantik dan anggun.
Bianca menggeleng pelan dan tersenyum. "Apa kau ini tidak melihat diri mu sendiri? Kau juga sangat cantik."
"Alliright, bagaimana kalau kita minum?" tawar Viola.
"Kau tahu aku tidak bisa minum alkohol," jawab Bianca.
"Come on Bianca, satu gelas tidak akan meembuat diri mu mabuk." Viola langsung menuangkan wine ke gelas sloki yang kosong, kemudian menyerahkannya pada Bianca.
Bianca mengela napas, dia tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Lagi pula hanya satu gelas tidak akan membuat dirinya mabuk.
"Cheerrss," sahut Viola mengangkat gelas slokinya. Bianca juga mengangat gelas slokinya. "Cheerss," sahut Bianca, Kemudian mereka meneguk wine di tangannya. Bianca menggeleng pelan dan memejamkan mata saat wine masuk ke tenggorokannya. Rasa panas di tenggorokan yang kini dirasakan oleh Bianca.
"Bianca, kau akan menetap selamanya di kota ini bukan?" Viola masih menyesap wine di tangannya, dan menatap Bianca yang duduk di hadapannya.
"Ya mungkin aku akan menetap selamanya di sini." jawab Bianca.
"Kenapa kau mengatakan mungkin?" Viola mengernyitkan keningnya. Menatap tak suka dengan perkataan Bianca.
Bianca mengedikan bahunya. "Aku masih melihat nanti, aku tidak tahu apa yang terjadi ke depannya."
"Dan aku berharap kau tinggal di sini selamanya," balas Viola.
Tanpa sengaja Bianca menatap tiga pria yang duduk di sebrangnya tengah bercumbu dengan wanita. Bianca kembali mengalihkan pandangnnya. Terlihat begitu menjijikan bagi Bianca.
"Viola, aku ingin ke toilet," ucap Bianca. Viola mengangguk pelan.
Bianca beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju toilet. Bianca tidak menyadari jika ada salah satu pria yang tengah menatap lapar dirinya.
"Hi, aku baru pertama kali melihat mu di sini," ucap pria itu saat melihat Bianca keluar dari toilet.
"Permisi," Bianca tidak merespon, dia langsung hendak meninggalkan pria itu. Namun pria itu dengan cepat menghalangi langkah Bianca.
"Aku Steven, siapa nama mu?" pria itu memperkenalkan dirinya pada Bianca.
"Minggir, jangan mengganggu ku!" desis Bianca.
"Hey! Aku bisa membayar mu berapa pun yang kau inginkan. Temani aku malam ini!" seru Steven.
Plakkk
Bianca melayangkan sebuah tamparan cukup keras di wajah Steven.
"Kau!" Steven menggeram menahan emosinya.
"Ada apa ini?" suara Arthur berseru mendekat ke arah Steven.
"Bukan urusan mu Arthur!" tukas Steven.
"Jangan mencari masalah!" Arthur melayangkan tatapan tajam pada Steven.
"Dengarkan aku, aku tidak membutuhkan uang mu! Jaga bicara mu baik-baik!" sentak Bianca tak terima dengan perkataan Steven.
Bianca membalikan tubuhnya dan langsung berjalan meninggalkan Arthur dan Steven. Sedangkan Arthur melihat wanita di hadapannya yang begitu terlihat kuat, senyum di bibirnya terukir. Arthur melihat penampilan wanita yang telah menampar Steven, wanita itu memiliki penampilan yang menawan. Itu yang ada di pikiran Arthur.
"Steven, apa kau mengenal wanita tadi?" Richo yang baru saja datang, dia menatap wanita yang telah menampar Steven.
"Tidak," jawab Steven, tangannya menyentuh pipi kiri yang di tampar wanita itu.
Di sisi lainnya, Bianca langsung mengambil tas dan mengajak Viola untuk pulang. Awalnya Viola menolak, tapi karena Bianca terus memaksa, akhirnya Viola menuruti keinginan Bianca untuk pulang lebih awal.
***
Hari ini merupakan hari pertama untuk Caroline di Afford Company. Sedangkan Bianca, di sibukan dengan banyaknya perusahaan majalah dan fashion di New York yang memesan rancangannya."Kakak, aku pergi dulu yaa," pamit Caroline."Annabeth sayang, Mom pergi kerja dulu," kata Caroline sambil memeluk Annabeth."Mom, weekend ini kita pergi bersama dengan Mom Bianca kan?" suara Annabeth bertanya dengan polos. Bibirnya mengerucut menatap Caroline."Tentu sayang, weekend ini kita semua akan pergi bersama.""Caroline, kau hati-hati. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau harus segera menghubungiku. Dan ini kunci mobilmu, kakak sudah membelikan mobil untukmu." Bianca menyerahkan kunci mobil pada Caroline."Astaga kakak, kenapa kau membelikanku mobil?" tanya Caroline yang terkejut karena Bianca membelikan mobil baru untuknya."Kau ini bagaimana! Aku tidak mungkin membiarkanmu naik taksi. Cepat ambil ini," Bianca memaksa Caroline menerima kunci mobil di tangannya.Caroline tersenyum, dia langsun
Hari ini Bianca sudah disibukan dengan banyaknya perusahaan fashion dan majalah yang menghubunginya untuk menjalin kontrak kerja sama. Tapi tidak semua perusahaan yang menawarkan kerjasama disetujui dengan mudah oleh Bianca.Bianca yang kewalahan belakangan ini dengan banyaknya pesananan membuatnya jarang memiliki waktu dirumah.Bianca banyak lembur menyelesaikan pekerjaannya. Ditambah dalam minggu ini sudah ada lima perusahaan yang memaksanya untuk menyelesaikan gaun rancangannya.Bianca pun sudah mendapatkan designer lulusan baru, Lily Asisstant Bianca sangat lah cerdas. Aapapun yang Bianca perintahkan, dengan sigap Lily angsung mengerjakannya.Lily tidak pernah menunda pekerjaan, itulah yang membuat Bianca sangat menyukai kinerja Lily selama menjadi Assistantnya.Sejak Butiknya pertama kali buka di New York, butik milik Bianca tidak pernah sepi dari pelanggan. Setiap harinya selalu ramai. Hal ini yang membuat Bianca selalu membuat rancangan baru setiap hari dengan jumlah yang cukup
Pagi hari Bianca sudah bersiap-siap menuju Afford Company. Sebelumnya ia sudah menanyakan mengenai Affod Company kepada Caroline. Tapi Caroline pun tidak begitu mengetahui tentang CEO dari Afford Company.Ketika Bianca bertanya tentang Afford Company kepada Caroline, Adiknya hanya menggambarkan sosok CEO yang dia bilang sangat tampan dan memiliki atletis. Ini benar-benar membuat Bianca malas mendengarkannya.Bianca hari ini berpenampilan sangat cantik. Ia mengenakan long dress berwarna tosca tanpa lengan dan dipadukan dengan perhiasan tidak berlebihan. Ini merupakan salah satu rancangannya. Ia memang pandai dalam merancang gaun.Bianca selalu membawa sang assistant dalam pertemuannya dengan perusahaan yang ingin menjalin kerja sama dengannya.Setibanya Bianca di Afford Company, Benar semua yang diceritakan Lily dan Caroline. Afford Company adalah perusahaan yang sangat besar. Bahkan Afford Company jauh lebih besar dari Lancaster Company."Hi saya Bianca, designer dari paris. saya suda
Setelah Bianca menandatangani kontrak kerjasamanya dengan Afford Company. Arthur meminta hasil rancangan Bianca dalam minggu ini dan Bianca pun berusaha untuk prefesional dalam pekerjaannya. Meskipun dia tidak menyukai CEO dari Afford Company, tapi ia tetap menyelesaikan permintaan dari Arthur.Hasil rancangan Bianca sudah siap untuk dikirim ke Afford Company. Tapi sesuai permintaan dari Arthur, dia menginginkan Binca langsung yang mengantarkannya. Sebenarnya Bianca ingin menolaknya, tapi percuma saja dia menolak. Arthur akan kembali mengancamnya. Hari ini Bianca mengenakan mini dress berwarna maroon, warna yang sangat pas dikulit Bianca yang putih dan mulus. Dulu ketika orang-orang belum mengetahui jika ia adalah seorang designer, banyak perusahaan majalah dan fashion memintanya untuk menjadikannya model. Bianca tidak pernah menyukai dunia model, ia sangat menyukai fashion tapi jika ia diminta untuk menjadi model. Ia akan menolak dengan keras. Menurut Bianca cukup Caroline saja ya
Arthur yang mulai merasakan jenuh dengan segala pekerjaannya, memutuskan untuk pergi ke club milik sahabatnya, Steven. Arthur mengambil ponsel miliknya dan mulai menghubungi Steven."Bastard, kenapa kau mengganggu ku?" seru Steven dengan emosi"Ck! Malam ini aku akan ke club mu. Siapkan aku jalang cantik dan sexy. Sudah lama aku tidak menyentuh wanita tapi ingat aku ingin yang bersih dan bukan bekas mu" sahut Arthur."Haha, Kau mau bersih? carilah gadis perawan kalau kau bisa menemukannya" ledek Steven sambil menertawakan Arthur"Shitt" umpat Arthur"Sudah jangan banyak komentar, cari saja jalang untuk menemani ku malam ini" seru Arthur."Ya, baiklah. Akan aku berikan kualitas yang memuaskan mu"Arthur memutuskan panggilannya. Dia mulai melihat hasil rancangan Bianca kemarin, Tidak bisa ia bohongi walaupun dia bekerja sama dengan gadis yang menyebalkan untuknya. Tapi Bianca layak menjadi seorang designer terkenal. "Gadis ini hebat juga, rancangannya sangat bagus" Gumam Arthur.***Bi
Bianca yang masih terus meminum winenya. Sedangkan Arthur masih terus berada di samping Bianca. Arthur tidak mungkin meninggalkan Bianca dalam keadaan mabuk. ia khawatir akan ada pria asing yang berusaha mengganggunya."Seharusnya aku sudah menikmati jalangku. Tapi gara-gara gadis ini semuanya berantakan." tukas Arthur, dingin."Gadis bodoh! jika kau tidak kuat minum, kenapa kau minum banyak!" seru Arthur menatap tajam ke arah Bianca."Arthur, kenapa Alex tidak melepas ku? Dia itu pria bajingan. Aku tidak sudi menjadi tunangannya." ucap Bianca sambil menempelkan kepalanya di lengan Arthur."Bianca, sudahlah. kau sudah mabuk. Berhenti minum." seru Arthur sambil mengambil gelas wine yang ada di tangan Bianca.Melihat Bianca yang mabuk, akhirnya Arthur meminta Alvin untuk memesan kamar hotel di dekat Ruby Club. Arthur berjalan meninggalkan rubby club sambil menggendong Bianca keluar. Semua gadis yang melihat Arthur menggendong seorang gadis, mereka menatap gadis yang digendong Arthur p
Bianca terbangun dari tidurnya, ketika ia mulai membuka matanya. Tiba-tiba matanya terbelalak kaget ketika melihat sebuah tangan kokoh melingkar di perutnya. Kini Bianca membuka lebar matanya, memastikan siapa yang pria yang berada di sampingnya."Aaaaaaaaaaaaaaa" teriak Bianca dengan keras hingga membuat Arthur terbangun."Kau ini kenapa! Pagi-pagi kau sudah berteriak. Telinga ku bisa pecah mendengar suara teriakan mu" seru Arthur dengan menatap tajam ke arah Bianca."A-Apa yang kau lakukan pada ku?hah?" sentak Bianca sambil melihat pakaian yang masih menempel di badannya.Arthur membuang napas kasar. "Kau mabuk semalam, aku tidak tahu rumah mu. Jadi aku membawa mu ke hotel." jawab Arthur."Bajingann, kau apakan aku semalam hah? kau mencuri kesempatan saat ku mabuk?" seru Bianca yang menatap tajam ke arah Arthur"Ck. Aku tidak melakukan apapun. Kau lihat saja, tubuh mu masih memakai baju yang tadi malam kau pakai. Singkirkan pikiran kotor mu." balas Artur.Bianca memincingkan matanya
Setelah kejadian Bianca mabuk, ia memutuskan untuk berusaha menghindar dari Arthur. Meskipun sulit untuk menghindar dari Arthur, tapi ia mencoba berbagai alasan. Jika Arthur meminta untuk dirinya sendiri mengantarkan hasil rancangannya. Ia akan beralasan jika ia harus bertemu dengan client. "Untuk sementara aku harus menghindar dari pria brengsekk itu" batin Bianca.Setelah Bianca menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Bianca menepati janjinya dengan keponakan kesayangannya Annabeth untuk jalan-jalan bertiga dengan Caroline.Bianca yang sudah siap untuk pergi ke Time Square New York bersama adik dan keponakannya. Hari ini Bianca tidak mengenakan heels yang selalu ia kenakan setiap harinya. Ia lebih memilih mini dress simple dengan sepatu kets. Membuat Bianca terlihat jauh lebih muda saat mengenakan pakaian yang ia pakai hari ini.Bella pengasuh Annabeth yang selalu menemani Annabeth hari ini tidak bisa ikut, ia mengajukan cuti karena ia ingin pergi menemui ke dua orang tuanya, "Mom Bia
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant