Setelah Bianca menandatangani kontrak kerjasamanya dengan Afford Company. Arthur meminta hasil rancangan Bianca dalam minggu ini dan Bianca pun berusaha untuk prefesional dalam pekerjaannya. Meskipun dia tidak menyukai CEO dari Afford Company, tapi ia tetap menyelesaikan permintaan dari Arthur.
Hasil rancangan Bianca sudah siap untuk dikirim ke Afford Company. Tapi sesuai permintaan dari Arthur, dia menginginkan Binca langsung yang mengantarkannya. Sebenarnya Bianca ingin menolaknya, tapi percuma saja dia menolak. Arthur akan kembali mengancamnya.
Hari ini Bianca mengenakan mini dress berwarna maroon, warna yang sangat pas dikulit Bianca yang putih dan mulus. Dulu ketika orang-orang belum mengetahui jika ia adalah seorang designer, banyak perusahaan majalah dan fashion memintanya untuk menjadikannya model.
Bianca tidak pernah menyukai dunia model, ia sangat menyukai fashion tapi jika ia diminta untuk menjadi model. Ia akan menolak dengan keras. Menurut Bianca cukup Caroline saja yang menjadi model.
Ketika Bianca berjalan mengambil kunci mobilnya di atas nakas, tiba-tiba sosok gadis kecil memeluknya.
"Mom Bianca, aku mau ikut." pekik Annabeth sambil memeluk Bianca.
"Sayang, Mom kerja bukan mau main," ucap Bianca dengan lembut.
"Mom, selalu pulang malam. Mom pergi dipagi hari. Aku kangen Mom" balas Annabeth.
Bianca menundukan badannya lalu mencium keponakannya dengan penuh kasih sayang. "Bukankah mom sudah janji kalau weekend ini kita akan pergi bersama? sekarang biarkan mom kerja dulu ya sayang" Bianca mencoba merayu Annabeth.
Annabethb mencebik, "Tapi benar kan mom? mom tidak bohong kan?"
"Tidak sayang, Mom Bianca dan Mom Caroline akan membawa mu jalan-jalan weekend ini."
"Baiklah mom, aku mengijinkan mom untuk pergi bekerja" Annabeth tersenyum manis kepada Bianca
"Sayang, percayalah. Mom Bianca dan Mom Caroline bekerja untuk masa depan mu. Dimasa depan kamu akan menjadi orang yang sangat hebat" Bianca mengelus rambut Annabeth
"Iya mom, aku tahu pasti aku jadi orang hebat, karena aku memiliki Mom Bianca dan Mom Caroline. Tapi mom kenapa aku tidak memiliki Dady? teman-teman ku dulu di paris mereka memiliki Daddy" Annabeth dengan wajah muram membuat Bianca bersedih.
"Sayang, kamu tidak membutuhkan daddy. Bukankah Mom Bianca dan Mom Caroline sudah cukup untuk mu? Jangan bersedih, Aunty Bella pun menyayangi mu"
Annabeth pun mengangguk.
"Entah dimana ayah mu berada, tapi jika suatu hari aku bertemu dengannya. Aku pastikan aku akan membunuh pria yang menghancurkan hidup adikku" batin Bianca.
***Bianca berjalan kearah mobilnya, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari ini Bianca tidak membawa Lily karena Bianca meminta Lily untuk melihat perkembangan designer baru yang bekerja di butik miliknya. Tidak lama kemudian terdengar dering ponsel milknya, ia mengambil ponselnya dan melihat ke layar ternyata Viola yang menghubunginya.
"Ya, vi?" sapa Bianca saat panggilannya terhubung.
"Bi, lagi dimana?" Tanya Viola
"Lagi dijalan vi, kenapa"
"Lusa ulang tahun aku, kamu lupa ya?"
"Astaga sorry vi, lupa banget. Maklum minggu ini sibuk banget tapi tenang saja, pasti aku akan memberi mu hadiah"
"Haha, aku bukan Annabeth yang meminta hadiah karena ulang tahun. Aku mau mengundang mu datang ke pesta ulang tahunku"
"Iya aku usahakan datang, tempatnya dimana?"
"Rubby Club"
"Kenapa kau mengadakan pesta ulang tahun di club malam?"
"Ayolah bi, kita bersenang-senang. Kamu bisa membawa Caroline juga ya."
"Aku usahakan untuk datang"
"Oke, see you"
"See you"
Bianca menutup teleponnya.
"Kenapa gadis itu suka sekali ke club malam, kepala ku pusing dengan musik yang berisik," gumam Bianca.
*** Mobil Bianca sudah tiba di Afford Company, ia langsung memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju lantai 58. Bianca telah memiliki akses gedung milik Affod Company. Karena ia telah dikontrak selama satu tahun jadi ia tidak perlu setiap datang harus melapor pada receptionist. Kemudian Bianca berjalan masuk ke dalam lift.Ting
Pintu lift terbuka, Bianca berjalan menuju ruang kerja Arthur."Hi, apa Tuan Arthur ada di ruangan?" tanya Bianca pada secretary Arthur.
"Nona Bianca, Tuan Arthur sedang ada meeting. Mohon ditunggu didalam nona." jawab Angel dengan senyuman ramah.
"Baiklah" Bianca hanya bisa menghela nafas. Kalau boleh memilih, ia ingin sekali meninggalkan Arthur, karena menunggu adalah hal yang paling menyebalkan untuknya.
Tiga puluh menit sudah Bianca menunggu, lalu Bianca melihat sosok tampan yang berjalan mendekat kearahnya. Tidak bisa dibohongi, Arthur memang sangat tampan tapi mengingat dia adalah pria yang suka bermain dengan jalangg membuat Bianca merasa jijik ketika melihatnya.
"Sudah lama menunggu?" tanya Arthur dengan nada datar dan dingin.
"Sudah Tuan Arthur."
"Memang kau tidak ada pilihan lain selain menunggu sampai aku selesai meeting." tukas Arthur.
"Pria ini sungguh gila." batin Bianca.
"Tuan ini hasil rancangan untuk keempat model anda." kata Bianca sambil menyerahkan hasil rancangannya.
"Gaun yang sangat indah, pantas saja dia bisa terkenal." gumam Arthur dalam hati.
"Not Bad" tukas Arthur, dingin.
"What? Not bad? dia sungguh gila. Aku ini perancang ternama, kenapa dia hanya mengatakan not bad. Sepertinya dia memang sudah tidak waras" gumam Bianca dalam hati.
"Oke, Nona Bianca aku mau memperkenalkan mu dengan model-model terbaik ku. Jadi rancangan gaun selanjutnya kamu bisa menyesuaikan dengan karakter wajah yang mereka miliki"
Bianca pun mengangguk dan mengikuti Arthur menuju ruangan para model. Bianca dengan jelas melihat adiknya menatapnya. Ketika Caroline ingin menyapanya, Bianca langsung menatap tajam Caroline.
Bianca masih belum menginginkan orang-orang dari Afford Company mengetahui jika Caroline adalah adiknya. Bianca tidak ingin Arthur menyusahkan Caroline jika Arthur tahu Caroline adalah adiknya.
Binca pun mulai mengambil foto setiap model, dan mengukur badan setiap model. Sedikit canggung ketika Bianca harus mengukur tubuh adiknya. Tapi Bianca ingin menjalankan pekerjaannya dengan profesional.
Bianca telah selesai mengambil foto dan mengukur ukuran badan para model. Kemudian Arthur meminta Bianca menemani makan siangnya, Sebenarnya Bianca ingin sekali menolak. Tapi seperti biasa, ketika ia ingin menolak Arthur langsung menatap tajam matanya. Akhirnya Bianca pun menyetujuinya.
"Kau ingin makan apa?" tanya Arthur
"Pasta saja."
"Baiklah."
"Nona Bianca, Saya ingin bertanya pada mu?"
"Silahkan Tuan Arthur."
"Apakah anda sudah menikah?"
"Kenapa anda bertanya tentang itu?"
"Tidak apa, saya hanya bertanya"
"Belum tuan."
"Lalu saat di Club milik Steven, apa kau mengenalnya?"
"Steven? Siapa Steven?"
"Pria yang bersama mu di Club yang kau tampar"
"Ck! bahkan aku saja baru tahu namanya dari mu. Aku tidak mengenalnya. Dia mengusir jalangnya pergi lalu meminta berkenalan dengan ku"
"Lalu kau bekenalan dengannya?"
"Untuk apa aku berkenalan dengan pria macam seperti itu?"
"Maksudmu?" Arthur mengeritkan dahinya
"Aku tidak pernah mau berkenalan dengan seorang pria yang suka memainkan wanita"
Arthur terdiam mendengar ucapan Bainca. Arthur bahkan tidak tahu harus menjawab apa. Karena tujuan dia hanya memastikan jika Bianca tidak pernah berkenalan dengan temannya yang sama brengseknya dengan dirinya. Tapi jawaban Bianca benar-benar membuat Arthur tersindir.
Arthur yang mulai merasakan jenuh dengan segala pekerjaannya, memutuskan untuk pergi ke club milik sahabatnya, Steven. Arthur mengambil ponsel miliknya dan mulai menghubungi Steven."Bastard, kenapa kau mengganggu ku?" seru Steven dengan emosi"Ck! Malam ini aku akan ke club mu. Siapkan aku jalang cantik dan sexy. Sudah lama aku tidak menyentuh wanita tapi ingat aku ingin yang bersih dan bukan bekas mu" sahut Arthur."Haha, Kau mau bersih? carilah gadis perawan kalau kau bisa menemukannya" ledek Steven sambil menertawakan Arthur"Shitt" umpat Arthur"Sudah jangan banyak komentar, cari saja jalang untuk menemani ku malam ini" seru Arthur."Ya, baiklah. Akan aku berikan kualitas yang memuaskan mu"Arthur memutuskan panggilannya. Dia mulai melihat hasil rancangan Bianca kemarin, Tidak bisa ia bohongi walaupun dia bekerja sama dengan gadis yang menyebalkan untuknya. Tapi Bianca layak menjadi seorang designer terkenal. "Gadis ini hebat juga, rancangannya sangat bagus" Gumam Arthur.***Bi
Bianca yang masih terus meminum winenya. Sedangkan Arthur masih terus berada di samping Bianca. Arthur tidak mungkin meninggalkan Bianca dalam keadaan mabuk. ia khawatir akan ada pria asing yang berusaha mengganggunya."Seharusnya aku sudah menikmati jalangku. Tapi gara-gara gadis ini semuanya berantakan." tukas Arthur, dingin."Gadis bodoh! jika kau tidak kuat minum, kenapa kau minum banyak!" seru Arthur menatap tajam ke arah Bianca."Arthur, kenapa Alex tidak melepas ku? Dia itu pria bajingan. Aku tidak sudi menjadi tunangannya." ucap Bianca sambil menempelkan kepalanya di lengan Arthur."Bianca, sudahlah. kau sudah mabuk. Berhenti minum." seru Arthur sambil mengambil gelas wine yang ada di tangan Bianca.Melihat Bianca yang mabuk, akhirnya Arthur meminta Alvin untuk memesan kamar hotel di dekat Ruby Club. Arthur berjalan meninggalkan rubby club sambil menggendong Bianca keluar. Semua gadis yang melihat Arthur menggendong seorang gadis, mereka menatap gadis yang digendong Arthur p
Bianca terbangun dari tidurnya, ketika ia mulai membuka matanya. Tiba-tiba matanya terbelalak kaget ketika melihat sebuah tangan kokoh melingkar di perutnya. Kini Bianca membuka lebar matanya, memastikan siapa yang pria yang berada di sampingnya."Aaaaaaaaaaaaaaa" teriak Bianca dengan keras hingga membuat Arthur terbangun."Kau ini kenapa! Pagi-pagi kau sudah berteriak. Telinga ku bisa pecah mendengar suara teriakan mu" seru Arthur dengan menatap tajam ke arah Bianca."A-Apa yang kau lakukan pada ku?hah?" sentak Bianca sambil melihat pakaian yang masih menempel di badannya.Arthur membuang napas kasar. "Kau mabuk semalam, aku tidak tahu rumah mu. Jadi aku membawa mu ke hotel." jawab Arthur."Bajingann, kau apakan aku semalam hah? kau mencuri kesempatan saat ku mabuk?" seru Bianca yang menatap tajam ke arah Arthur"Ck. Aku tidak melakukan apapun. Kau lihat saja, tubuh mu masih memakai baju yang tadi malam kau pakai. Singkirkan pikiran kotor mu." balas Artur.Bianca memincingkan matanya
Setelah kejadian Bianca mabuk, ia memutuskan untuk berusaha menghindar dari Arthur. Meskipun sulit untuk menghindar dari Arthur, tapi ia mencoba berbagai alasan. Jika Arthur meminta untuk dirinya sendiri mengantarkan hasil rancangannya. Ia akan beralasan jika ia harus bertemu dengan client. "Untuk sementara aku harus menghindar dari pria brengsekk itu" batin Bianca.Setelah Bianca menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Bianca menepati janjinya dengan keponakan kesayangannya Annabeth untuk jalan-jalan bertiga dengan Caroline.Bianca yang sudah siap untuk pergi ke Time Square New York bersama adik dan keponakannya. Hari ini Bianca tidak mengenakan heels yang selalu ia kenakan setiap harinya. Ia lebih memilih mini dress simple dengan sepatu kets. Membuat Bianca terlihat jauh lebih muda saat mengenakan pakaian yang ia pakai hari ini.Bella pengasuh Annabeth yang selalu menemani Annabeth hari ini tidak bisa ikut, ia mengajukan cuti karena ia ingin pergi menemui ke dua orang tuanya, "Mom Bia
Bianca melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia mulai memasuki mansion mewah miliknya. Dan kemudian mereka turun dari mobil berjalan masuk ke dalam mansion."Kakak, kenapa kakak berbicara seperti itu kepada Tuan Arthur?" tanya Caroline yang sudah berada di dalam mansionnya."Bicara apa?" tanya Bianca balik pada Caroline. "Kakak tidak sopan dengannya ka. Dia itu Tuan Arthur pemilik Afford Company, dimana tempat aku bekerja," ujar Caroline yang kesal melihat sikap kakaknya tadi."Tidak sopan bagaimana, aku hanya berbicara apa adanya," jawab Bianca santai.Caroline hanya menghela nafasnya, ia tidak mengerti kenapa kakaknya tidak menyukai pemilik dari Affor Company. "Mom Bianca, kenal dengan paman yang tampan tadi?" tanya Annabeth ke arah Bianca."Annabeth sayang, dia adalah bos dari Mom Caroline. Sekarang kamu istirahat ya sayang. Tadi Mom banyak beli boneka untuk mu. Kamu bisa meletakannya di kamar," ujar Bianca sambil membelai rambut Annabeth.Caroline beranjak meninggalkan Bia
Pagi hari, Bianca sudah membereskan barang-barang yang akan ia bawa ke Los Angeles. Ia ingin sekali menemui ayah dan ibunya bersama dengan Caroline dan Annabeth, tapi ini bukanlah waktu yang tepat. Ia harus menyelesaikan masalah yang terjadi di keluarganya terlebih dahulu.Bianca berjalan keluar dari kamarnya sambil membawa koper yang sudah ia siapkan. Ia tidak terlalu membawa banyak baju, karena saat ia dan Caroline meninggalkan rumah, mereka tidak membawa semua baju yang mereka miliki.Bianca kini tengah menikmat sarapan paginya dengan Caroline, Sedangkan Annabeth masih tertidur di kamarnya."Caroline, kakak harus pergi sekarang. Tolong kamu jaga diri mu baik-baik dan juga Annabeth," ucap Bianca."Kakak tidak pamitan ke Annabeth?" Tanya Caroline."Tidak, kakak yakin dia akan menangis. Nanti ketika kakak sudah sampai kakak akan menelpon Annabeth," jawab Bianca."Ka, jika terjadi sesuatu. Kakak harus mengabari ku yaa. Aku sedikit khawatir kakak pulang sendiri""Tenanglah, kakak bukan
Los Angeles International AirportKini pesawat Bianca telah sampai di bandara internasional Los Angeles - California. Jarak tempuh dari bandara internasional Jhon F Kennedy New York menuju Los Angeles membutuhkan waktu sekitar 6 jam.Bianca yang telah sampai di bandara Los Angeles, ia terus menatap sekeliling bandara. Sudah lama ia tidak datang ke kota kelahirannya."Welcome to Los Angeles" gumam Bianca saat tiba di bandara.Bianca berjalan keluar bandara, lalu ia memesan taxi untuk pulang ke mansion mewah milik keluarganya. Di sepanjang perjalanan, Bianca terus melihat kota kelahirannya. Tidak bisa di pungkiri, Bianca sangat merindukan kota kelahiranya. Kota yang memiliki banyak kenangan masa kecil Bianca.Setibanya Bianca di mansion mewah milik keluarganya, taxi bianca berhenti tepat di mansion mewah milik keluarganya. Bianca berjalan memasuki mansion, tidak ada yang berubah dari mansion milik keluarganya. Tetap sangat besar dan mewah, serta masih berderet koleksi mobil sport milik
Kini Bianca tengah bersiap untuk pergi ke Lancaster Company. Bianca mengenakan mini dress berwarna navy yang di padukan dengan blazer, membuat penampilan Bianca sangat cantik dan menawan. Sesuai dengan janji Bianca, mulai sekarang ia akan mencari cara untuk menyelesaikan masalah keluarganya. Terlebih kesehatan ayahnya menurun, itulah yang membuatnya untuk memimpin perusahaan milik ayahnya ini. Bianca mengambil kunci mobil di atas nakas, lalu ia mengendarai mobil ferrari merah milik ayahnya menuju Lancaster Company.Sesampainya di Lancaster Company, Bianca memarkirkaan mobilnya di gedung mewah milik keluarganya.Bianca mulai berjalan memasuki lobby perusahaan. Tanpa Bianca sadari, banyak orang yang menatap kagum dengan sosok yang cantik memasuki lobby perusahaan Lancaster. Para pria yang berada di lobby perusahaan pun terus memandang Bianca tanpa henti."Selamat pagi Nona Bianca, perkenalkan saya Amanda. Secretary dari Tuan Adam." sapa Amanda, secretary dari ayahnya."Ya pagi Amanda.
Satu minggu kemudian...Bianca tengah duduk di sofa sembari menyusui Nathan. Bianca tersenyum melihat bayi mungilnya. Wajahnya sungguh mirip dengan Justin saat Justin masih bayi. Bianca mengusap pelan pipi Nathan. Kini hidupanya benar-benar sempurna. Memiliki suami yang mencintainya dan memiliki dua putra yang sangat tampan. Suara dering ponsel terdengar, Bianca mengambil ponselnya dengan tangan kanannya. Tangan Kiri Bianca tengah menopang kepala Nathan yang masih menyusu padanya. Bianca menatap ke layar ponsel, tertera nama Irina di layar ponselnya. Kening Bianca berkerut dalam ketika melihat nama Irina. Tidak biasanya Irina menghubungi dirinya. Tanpa menunggu lama, Bianca mengusap tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian, Bianca meletakan ponselnya di telinganya. "Irina?" sapa Bianca saat panggilan terhubung. "Bianca? Kau masih menyimpan nomorku?" tanya Irina dari seberang line. "Tentu Irina, aku masih menyimpannya. Apa kabar Irina?" "Aku baik, bagaimana denganmu
Beberapa bulan kemudian.. Di ruang operasi, Arthur terus berada di samping Bianca. Bayi dalam kandungan Bianca, tidak dalam posisi yang tepat. Hingga akhirnya dokter menyarankan untuk Bianca kembali operasi caesar. Arthur terus mengecupi kening Bianca saat dokter melakukan proses operasi. Sudut mata Bianca mengeluarkan air mata haru, dia kembali bisa melahirkan buah cintanya dengan Arthur. Oeee...Oee.... Sura tangis bayi pecah di ruang operasi. Air mata Bianca menetes ketika mendengar bayinya menangis. Arthur mengecup kening istrinya. Mata Arthur tidak mampu lagi menahan, air matanya menetes saat mendengar suara bayi. "Terima kasih sayang," bisik Arhur. "Bayi laki-laki," ucap sang dokter. Tidak perduli apa jenis kelaminya, terpenting bagi Bianca dan Arthur anaknya lahir dengan selamat. Kehamilan yang kedua ini, Bianca memang sengaja tidak memeriksa jenis kelamin bayinya. "Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Me
Viola duduk di tepi ranjang, menatap Richo yang masih terus menutup matanya. Dokter memang mengatakan peluru tidak mengenai jantung Richo, tapi hingga detik ini Richo masih juga belum sadar. Beberapa hari ini, Viola menjalani harinya begitu berat. Viola merasa kehilangan sosok Richo yang setiap hari selalu mengganggunya. Viola menyentuh tangan Richo, mengelus pelan."Richo, kapan kau bangun? Aku merindukan mu Richo..." air mata Viola tidak mampu lagi tertahan. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu. Rasanya beberapa hari tanpa Richo dia benar-benar merasakan tidak lagi bernyawa. "Selama ini aku selalu menutupi perasaan ku. Aku menyukai cara mu yang tidak pernah menyerah mendapatkan ku. Aku sungguh menyukai setiap cara mu Richo. Kau tidak pernah lelah mengejar ku. Bahkan berkali-kali aku mengusir mu dari kehidupan ku, kau tetap meminta ku menjadi wanita mu. Andai waktu bisa di putar, sudah sejak awal aku menerima mu." "Masa lalu mu memang membuat ku ragu menerima mu. Tapi percayalah,
Beberapa hari kemudian... Altov turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah tempat dimana dia menyembunyikan Clarissa. Altov masih mengurung Clarissa sebelum menjebloskannya ke dalam penjara. Sebenarnya Arthur tidak setuju dengan apa yang di rencanakan Altov, tapi Altov memiliki alasan tersendiri mengurung Clarissa. Tidak hanya Clarissa, tapi Jesslyn yang turut membantu Clarissa juga di kurung oleh Altov. Alasannya karena permintaan dari Viola. Saat itu ketika Viola mendengar Jesslyn sudah berhasil di tangkap oleh Altov, Viola meminta waktu sebentar sebelum menjebloskan Jesslyn ke penjara. "Tuan," sapa Christian saat Altov melangkah masuk ke dalam. "Dimana Clarissa?" tanya Altov dingin. "Masih berada di kamarnya tuan," jawab Christin. Altov mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Tempat dimana Clarissa di kurung. Setiap kali Altov bertemu dengan Clarissa, dia merasa dirinya tidak berguna. Harusnya sejak awal Altov menyeret paksa Clarissa meningg
Arthur dan Drake kini pergi ke tempat persembunyian Clarissa. Alvin sudah memberikan informasi saat ini Clarissa dan Jessly dalam perlindungan Jasson Steele. Itu artinya Arthur sendiri yang harus turun tangan. Tidak hanya Arthur, tapi Drake juga turun tangan. Drake ingin langsung berhadapan dengan Jasson. Jika sampai Jasson mempersulit, maka tidak ada pilihan lain bagi Drake untuk melakukan tindakan kekerasan. Mobil Arthur telah tiba di sebuah rumah yang jauh dari Manhattan. Arthur tahu, Jasson memang sengaja menyembunyikan Clarissa di tempat ini. Arthur dan Drake turun dari mobil. Beberapa pengawal Arthur dan Drake berada di belakang. Arthur tersenyum melihat penjagaan ketat demi menyelamatkan Clarissa. Tapi Arthur tidak perduli sedikit pun. Arthur dan Drake tetap melangkah masuk ke dalam. Langkah Arthu terhenti ketika pengawal Jasson menghadang dirnya. Alrthur tersenyum sinis menatap para pengawal Jasson yang menghalanginya. Rupanya Jasson memang berniat untuk melawan dirinya. Sun
Perlahan Bianca mulai membuka matanya, dia menatap ruangan putih. Bianca menoleh dan melihat ada Arthur dan Paula yang berjaga di sisinya. Mereka sama-sama tersenyum saat Bianca sudah membuka matanya. "Bianca? Kau mendengar ku?" Arthur mengelus dengan lembut pipi Bianca. "Arthur kenapa aku di sini?" Bianca mengerutkan keningnya. Dia berusaha mengingat kenapa dirinya berada di rumah sakit. Namun, ketika Bianca mengingat sesuatu. Ingatan di kepalanya begitu jelas tentang Tasya, Richo dan Ella yang tergeletak dengan berlumuran darah. Wajah Bianca langsung memucat, saat dia mengingat semuanya. "Arthur? Bagaimana keadaan Tasya? Richo dan Ella bagaimana?" Bianca semakin panik, kepalanya semakin sakit dan memberat."Ssst, jangan pikirkan itu Bianca. Aku yakin mereka akan selamat," Arthur membawa tangannya mengusap lembut perut istrinya. "Aku minta pada mu, jangan memikirkan hal berat, Dokter mengatakan kandungan mu lemah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anak kita." Sebelumnya dokter
Bianca menatap cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna gold dengan model atas kemben. Hari ini adalah ulang tahun putranya, Justin. Bianca masih tidak menyangka usia Justin sudah satu tahun. Perjuangan yang Bianca hadapi dulu saat melahirkan putranya itu, tidak pernah bisa terlupakan. Beruntung Tuhan masih melindungi dirinya dan putra kesayangannya. Arthur yang melangkah masuk ke dalam kamar, dia menatap istrinya sudah terbalut dengan gaun yang membuat istrinya terlihat sangat cantik dan seksi. Arthur mendekat, dia langsung memeluk Bianca dari belakang. Memberikan kecupan di tenguk leher. hingga ke pundak mulus milik istrinya itu. "Kenapa kau selalu cantik hem?" bisik Arthur di sela-sela kecupannya. Bianca tersenyum, lalu membalikan tubuhnya menatap lekat wajah suaminya. Bianca mengelus lembut rahang Arthur. "Dan kau selalu tampan."Arthur mengeratkan pelukannya. "Aku rasanya tidak ingin keluar kamar. Aku ingin terus di sini bersama mu." "Kau ini bagaimana! Putra
Viola menyandarkan punggungnya di sofa. Sejak kejadian dirinya bertengkar dengan ayahnya, Viola lebih menyendiri. Daisy ibunya kini sudah mengetahui semuanya. Viola sengaja mengatakan langsung pada Daisy. Viola tidak ingin Daisy terus tertipu pada Carlos yang memberikan sebuah cinta palsu. Selama ini Carlos selalu menunjukan peran ayah yang terlihat begitu sempurna. Tapi kenyataan yang Viola dapatkan ayahnya sendiri berusaha mengahancurkan kehidupannya. Richo melangkah masuk ke dalam rumah, dia menatap Viola tengah melamun. Richo langsung berjalan mendekat ke arah Viola, dan langsung duduk di samping kekasihnya itu. "Kau sedang memikirkan apa?" tegur Richo yang membuat Viola menghentikan lamunannya. Viola mengalihkan pandangannya dan menatap Richo yang duduk di sampingnya. "Kau sudah pulang? Maaf aku tidak menyadari kau datang." "Ada yang kau pikirkan?" Richo kembali bertanya, dia menatap wajah kekasihnya terlihat begitu muram. "Tidak ada," jawab Viola yang berbohong. Dia tidak i
Hari ini hari dimana Viola meminta Richo menemani dirinya untuk bertemu dengan ayahnya. Viola sengaja meminta Richo untuk menemani dirinya. Viola ingin tahu apa reaksi dari ayahnya setelah dia mengetahui semuanya. "Apa kau yakin ingin bertemu dengan ayah mu?" tanya Richo yang kini berada di depan mobil. Sebelum masuk, dia kembali memastikan pada Viola. Viola mengangguk. "Kita harus menemuinya. Aku ingin langsung melihat tindakan apa yang dia ambil setelah melihat kita berdua." "Allright, dengan senang hari aku bertemu dengan calon mertua ku." Richo masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan Viola. Kemudian Richo mulai melanjukan mobilnya meninggalkan halaman parkir mansionnya. "Apa kau sudah tahu dimana rumah ayah ku yang baru?" Viola membuka suara ketika Richo tengah fokus melajukan mobil. "Lebih tepatnya itu adalah rumah lama ayah mu. Rumah itu tempat tinggal ayah mu dan Aria. Aku rasa Jesslyn juga berada di sana. Karena tadi aku meminta assistant ku dan melihat apartemen Jesslyn