Hari ini merupakan hari pertama untuk Caroline di Afford Company. Sedangkan Bianca, di sibukan dengan banyaknya perusahaan majalah dan fashion di New York yang memesan rancangannya.
"Kakak, aku pergi dulu yaa," pamit Caroline.
"Annabeth sayang, Mom pergi kerja dulu," kata Caroline sambil memeluk Annabeth.
"Mom, weekend ini kita pergi bersama dengan Mom Bianca kan?" suara Annabeth bertanya dengan polos. Bibirnya mengerucut menatap Caroline.
"Tentu sayang, weekend ini kita semua akan pergi bersama."
"Caroline, kau hati-hati. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau harus segera menghubungiku. Dan ini kunci mobilmu, kakak sudah membelikan mobil untukmu." Bianca menyerahkan kunci mobil pada Caroline.
"Astaga kakak, kenapa kau membelikanku mobil?" tanya Caroline yang terkejut karena Bianca membelikan mobil baru untuknya.
"Kau ini bagaimana! Aku tidak mungkin membiarkanmu naik taksi. Cepat ambil ini," Bianca memaksa Caroline menerima kunci mobil di tangannya.
Caroline tersenyum, dia langsung memeluk erat tubuh Bianca. "Terima kasih ka, kau memang yang terbaik."
"Sudah kau berangkat sekarang, minggu ini aku akan sangat sibuk," ujar Bianca.
Caroline mengangguk paham, dia mengambil kunci mobil itu kemudian berjalan menuju mobil.
***
Kini mobil Caroline sudah memasuki halaman parkir Afford Company. Setelah memarkiran, Caroline langsung turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam perusahaan. Caroline membuka kaca mata hitamnya, meletakan di atas kepala dan berjalan dengan anggun memasuki lobby perusahaan.
Saat tiba di ruang meeting. Caroline melangkah masuk ke dalam. Caroline menatap banyak para model yang sudah lebih dulu datang. Caroline memilih duduk di depan. Dia ingin langsung melihat wajah pemilik dari Afford Company dari jarak dekat.
Lima belas menit kemudian, ketika semua para model tengah menunggu pemilik dari Afford Company. Seketika tatapan mereka semua tertuju pada pria yang melangkah masuk ke dalam ruang meeting.
Caroline terus menatap pria itu. Tidak ada satu wanita pun yang berkedip menatap sosok pria itu. Tampan, rahang tegas, hidung mancung dengan tubuh yang tegap. Pria di hadapan Caroline ini benar-benar pria yang tidak mungkin di tolak oleh para wanita.
"Astaga, apa ini pemilik Afford Company? Dia sungguh tampan," batin Caroline. Tatapannya tidak henti menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya.
"Baiklah, Selamat pagi. perkenalkan saya Alvin, Assistant pribadi Tuan Arthur pemilik dari Afford Company. Hari ini saya dan Tuan Arthur khusus datang ke sini untuk menyapa para model baru yang telah kami pilih. Kami ucapkan selamat untuk para model yang terpilih. Kami memilih kalian dari sekian banyak model ditempat kalian dan kami yakin jika kalian adalah model terbaik," kata Alvin memberikan kata sambutan seraya memperkenalan Arthur yang tengah berdiri di sampingnya.
"Kami persilahkan untuk para model memperkenalkan diri kalian masing-masing." lanjut Alvin.
"Perkenalkan nama saya Alessa, saya model dari Italia."
"Perkenalkan nama saya Irish, saya model dari Germany."
"Perkenalkan nama saya Belinda, saya model dari Spain."
"Perkenalkan nama saya Caroline, saya model dari Paris."
Setelah perkenalan diri para model, Arthur mulai membahas rancangan busana yang akan mereka kenakan. Sebenarnya Arthur sudah memilih beberapa designer terkenal. Tapi dia tetap ingin mencari designer untuk majalah yang akan diterbitkan bulan depan. Dia ingin para modelnya tampil dengan sangat mempesona.
"Alvin, Kau harus temukan designer terbaik. Dan satu lagi rancangan yang dia buat haruslah rancangan yang terbaik untuk para modelku," tukas Arthur.
Alvin mengangguk patuh. "Baik tuan."
Caroline terus menatap Arthur yang mmebahas mencari seorang designer. Entah kenapa ada keyakinan dalam hati Caroline, jika Bianca akan terpilih. Alasannya karena memang Bianca terkenal sangat hebat. Bahkan saat di Paris, Bianca sering mendapatkan penghargaan atas prestasi yang telah dia raih.
Caroline memilih diam, tanpa harus Caroline merekomendasikan Bianca, dia sangat yakin kakakanya itu akan terpilih.
***
Bianca duduk di kursi kerjanya. Menatap setiap laporan masuk yang di belikan Lily. Belakangan ini Bianca akan di sibukan dengan banyaknya, penawaran kerja sama. Bukan tidak ingin tapi Bianca selalu berhati-hati dalam memilih rekan bisnisnya. Bianca menekan tombol interkom, dia meminta Lily untuk datang ke ruang kerjanya.
Tidak lama kemudian, Lily melangkah masuk ke dalam ruang kerja Bianca setelah tadi dia mengetuk pintu.
"Maaf nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Lily.
"Li, aku rasa kita butuh tambahan designer. Kau tolong carikan designer lulusan terbaik yag ingin bekerja. Pilih yang terbak, aku percaya pada mu," ujar Bainca.
Lily mengangguk patuh. "Baik nona."
"Kau boleh pergi sekarang. Selesaikan pekerjaan mu," tukas Bianca.
Lily menundukan kepalanya, lalu undur diri dari hadapan Bianca.
Bianca menyandarkan punggungnya di kursi, memejamkan mata lelah. Sejak dia pindah, dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk.
Suara ketukan pintu terdengar, Bianca membuka matanya. Dia langsung menginterupsi untuk masuk. Bianca tersenyum menatap Viola sahabatnya itu datang ke butiknya.
"Apa aku mengganggumu?" sapa Viola. Dia melangkah mendekat dan langsung duduk tepat di hadapan Bianca.
"Tidak," jawab Bianca. "Kau tidak ke perusahaan?"
Viola mendesah pelan. "Aku bosan, jika harus datang ke perusahaan. Kepala ku sakit memikirkan tentang perusahaan."
Bianca mengedikan bahunya. "Itu salah mu sendiri. Kau tidak mau meneruskan bisnis orang tuamu."
"Kau tahu alasannya," Viola mendengus kesal. "Ayahku itu terlalu banuak mengatur hidupku. Dan aku ingin bebas, tidak banyak larangan darinya. Itu hanya membuat ku jenuh, dan merasa seperti bonekanya."
"Aku yakin, ayahmu hanya menginginkan yang terbaik untukmu," balas Bianca.
"Sudahlah lupakan, ceritakan bagaimana dengan butikmu? Semuanya berjalan dengan lacar?" tanya Viola yang memilih untuk tidak lagi membahas tentang dirinya.
"Ya, semuanya baik. Belakangan aku di sibukan banyaknya perusahaan yang menawarkan kerja sama. Tapi aku tidak bisa langsung mengambilnya. Aku hanya memilih, karena aku tidak ingin terikat kontrak yang akan membebankan diri ku." ujar Bianca.
"Aku sangat yakin, kau akan sangat sukses di sini. Kau lihat saja di Paris, banyak orang yang mengenalmu. Bahkan aku pernah melihat, kau sering mendapatkan pengharagaan," kata Viola dengan tatapan bangga ke arah sahabatnya itu.
"Jangan berlebihan," balas Bianca. "Semua yang aku lakukan demi keluargaku."
"Aku tahu, sejak dulu kau memang sekalu bisa di andalkan," jawab Viola. "Tapi apa kau masih belum ingin memiliki kekasih?"
"Aku tidak ingin membahasanya Viola. Kau tahu, aku tidak memiliki waktu untuk seorang pria." tukas Bianca.
"Tapi-"
"Kau memberitahuku, tapi kau sendiri masih belum memiliki kekasih!" Bianca sudah lebih dulu memotong ucapan sahabatnya itu.
Viola mendengus tak suka. "Kau ini cerdas sekali! Ketika aku membahas tentang dirimu, kau membalikannya pada ku."
Binaca mengangkat bahunya acuh, dia mengambil cangkir teh di hadapannya dan mulai menyesapnya.
Hari ini Bianca sudah disibukan dengan banyaknya perusahaan fashion dan majalah yang menghubunginya untuk menjalin kontrak kerja sama. Tapi tidak semua perusahaan yang menawarkan kerjasama disetujui dengan mudah oleh Bianca.Bianca yang kewalahan belakangan ini dengan banyaknya pesananan membuatnya jarang memiliki waktu dirumah.Bianca banyak lembur menyelesaikan pekerjaannya. Ditambah dalam minggu ini sudah ada lima perusahaan yang memaksanya untuk menyelesaikan gaun rancangannya.Bianca pun sudah mendapatkan designer lulusan baru, Lily Asisstant Bianca sangat lah cerdas. Aapapun yang Bianca perintahkan, dengan sigap Lily angsung mengerjakannya.Lily tidak pernah menunda pekerjaan, itulah yang membuat Bianca sangat menyukai kinerja Lily selama menjadi Assistantnya.Sejak Butiknya pertama kali buka di New York, butik milik Bianca tidak pernah sepi dari pelanggan. Setiap harinya selalu ramai. Hal ini yang membuat Bianca selalu membuat rancangan baru setiap hari dengan jumlah yang cukup
Pagi hari Bianca sudah bersiap-siap menuju Afford Company. Sebelumnya ia sudah menanyakan mengenai Affod Company kepada Caroline. Tapi Caroline pun tidak begitu mengetahui tentang CEO dari Afford Company.Ketika Bianca bertanya tentang Afford Company kepada Caroline, Adiknya hanya menggambarkan sosok CEO yang dia bilang sangat tampan dan memiliki atletis. Ini benar-benar membuat Bianca malas mendengarkannya.Bianca hari ini berpenampilan sangat cantik. Ia mengenakan long dress berwarna tosca tanpa lengan dan dipadukan dengan perhiasan tidak berlebihan. Ini merupakan salah satu rancangannya. Ia memang pandai dalam merancang gaun.Bianca selalu membawa sang assistant dalam pertemuannya dengan perusahaan yang ingin menjalin kerja sama dengannya.Setibanya Bianca di Afford Company, Benar semua yang diceritakan Lily dan Caroline. Afford Company adalah perusahaan yang sangat besar. Bahkan Afford Company jauh lebih besar dari Lancaster Company."Hi saya Bianca, designer dari paris. saya suda
Setelah Bianca menandatangani kontrak kerjasamanya dengan Afford Company. Arthur meminta hasil rancangan Bianca dalam minggu ini dan Bianca pun berusaha untuk prefesional dalam pekerjaannya. Meskipun dia tidak menyukai CEO dari Afford Company, tapi ia tetap menyelesaikan permintaan dari Arthur.Hasil rancangan Bianca sudah siap untuk dikirim ke Afford Company. Tapi sesuai permintaan dari Arthur, dia menginginkan Binca langsung yang mengantarkannya. Sebenarnya Bianca ingin menolaknya, tapi percuma saja dia menolak. Arthur akan kembali mengancamnya. Hari ini Bianca mengenakan mini dress berwarna maroon, warna yang sangat pas dikulit Bianca yang putih dan mulus. Dulu ketika orang-orang belum mengetahui jika ia adalah seorang designer, banyak perusahaan majalah dan fashion memintanya untuk menjadikannya model. Bianca tidak pernah menyukai dunia model, ia sangat menyukai fashion tapi jika ia diminta untuk menjadi model. Ia akan menolak dengan keras. Menurut Bianca cukup Caroline saja ya
Arthur yang mulai merasakan jenuh dengan segala pekerjaannya, memutuskan untuk pergi ke club milik sahabatnya, Steven. Arthur mengambil ponsel miliknya dan mulai menghubungi Steven."Bastard, kenapa kau mengganggu ku?" seru Steven dengan emosi"Ck! Malam ini aku akan ke club mu. Siapkan aku jalang cantik dan sexy. Sudah lama aku tidak menyentuh wanita tapi ingat aku ingin yang bersih dan bukan bekas mu" sahut Arthur."Haha, Kau mau bersih? carilah gadis perawan kalau kau bisa menemukannya" ledek Steven sambil menertawakan Arthur"Shitt" umpat Arthur"Sudah jangan banyak komentar, cari saja jalang untuk menemani ku malam ini" seru Arthur."Ya, baiklah. Akan aku berikan kualitas yang memuaskan mu"Arthur memutuskan panggilannya. Dia mulai melihat hasil rancangan Bianca kemarin, Tidak bisa ia bohongi walaupun dia bekerja sama dengan gadis yang menyebalkan untuknya. Tapi Bianca layak menjadi seorang designer terkenal. "Gadis ini hebat juga, rancangannya sangat bagus" Gumam Arthur.***Bi
Bianca yang masih terus meminum winenya. Sedangkan Arthur masih terus berada di samping Bianca. Arthur tidak mungkin meninggalkan Bianca dalam keadaan mabuk. ia khawatir akan ada pria asing yang berusaha mengganggunya."Seharusnya aku sudah menikmati jalangku. Tapi gara-gara gadis ini semuanya berantakan." tukas Arthur, dingin."Gadis bodoh! jika kau tidak kuat minum, kenapa kau minum banyak!" seru Arthur menatap tajam ke arah Bianca."Arthur, kenapa Alex tidak melepas ku? Dia itu pria bajingan. Aku tidak sudi menjadi tunangannya." ucap Bianca sambil menempelkan kepalanya di lengan Arthur."Bianca, sudahlah. kau sudah mabuk. Berhenti minum." seru Arthur sambil mengambil gelas wine yang ada di tangan Bianca.Melihat Bianca yang mabuk, akhirnya Arthur meminta Alvin untuk memesan kamar hotel di dekat Ruby Club. Arthur berjalan meninggalkan rubby club sambil menggendong Bianca keluar. Semua gadis yang melihat Arthur menggendong seorang gadis, mereka menatap gadis yang digendong Arthur p
Bianca terbangun dari tidurnya, ketika ia mulai membuka matanya. Tiba-tiba matanya terbelalak kaget ketika melihat sebuah tangan kokoh melingkar di perutnya. Kini Bianca membuka lebar matanya, memastikan siapa yang pria yang berada di sampingnya."Aaaaaaaaaaaaaaa" teriak Bianca dengan keras hingga membuat Arthur terbangun."Kau ini kenapa! Pagi-pagi kau sudah berteriak. Telinga ku bisa pecah mendengar suara teriakan mu" seru Arthur dengan menatap tajam ke arah Bianca."A-Apa yang kau lakukan pada ku?hah?" sentak Bianca sambil melihat pakaian yang masih menempel di badannya.Arthur membuang napas kasar. "Kau mabuk semalam, aku tidak tahu rumah mu. Jadi aku membawa mu ke hotel." jawab Arthur."Bajingann, kau apakan aku semalam hah? kau mencuri kesempatan saat ku mabuk?" seru Bianca yang menatap tajam ke arah Arthur"Ck. Aku tidak melakukan apapun. Kau lihat saja, tubuh mu masih memakai baju yang tadi malam kau pakai. Singkirkan pikiran kotor mu." balas Artur.Bianca memincingkan matanya
Setelah kejadian Bianca mabuk, ia memutuskan untuk berusaha menghindar dari Arthur. Meskipun sulit untuk menghindar dari Arthur, tapi ia mencoba berbagai alasan. Jika Arthur meminta untuk dirinya sendiri mengantarkan hasil rancangannya. Ia akan beralasan jika ia harus bertemu dengan client. "Untuk sementara aku harus menghindar dari pria brengsekk itu" batin Bianca.Setelah Bianca menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Bianca menepati janjinya dengan keponakan kesayangannya Annabeth untuk jalan-jalan bertiga dengan Caroline.Bianca yang sudah siap untuk pergi ke Time Square New York bersama adik dan keponakannya. Hari ini Bianca tidak mengenakan heels yang selalu ia kenakan setiap harinya. Ia lebih memilih mini dress simple dengan sepatu kets. Membuat Bianca terlihat jauh lebih muda saat mengenakan pakaian yang ia pakai hari ini.Bella pengasuh Annabeth yang selalu menemani Annabeth hari ini tidak bisa ikut, ia mengajukan cuti karena ia ingin pergi menemui ke dua orang tuanya, "Mom Bia
Bianca melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia mulai memasuki mansion mewah miliknya. Dan kemudian mereka turun dari mobil berjalan masuk ke dalam mansion."Kakak, kenapa kakak berbicara seperti itu kepada Tuan Arthur?" tanya Caroline yang sudah berada di dalam mansionnya."Bicara apa?" tanya Bianca balik pada Caroline. "Kakak tidak sopan dengannya ka. Dia itu Tuan Arthur pemilik Afford Company, dimana tempat aku bekerja," ujar Caroline yang kesal melihat sikap kakaknya tadi."Tidak sopan bagaimana, aku hanya berbicara apa adanya," jawab Bianca santai.Caroline hanya menghela nafasnya, ia tidak mengerti kenapa kakaknya tidak menyukai pemilik dari Affor Company. "Mom Bianca, kenal dengan paman yang tampan tadi?" tanya Annabeth ke arah Bianca."Annabeth sayang, dia adalah bos dari Mom Caroline. Sekarang kamu istirahat ya sayang. Tadi Mom banyak beli boneka untuk mu. Kamu bisa meletakannya di kamar," ujar Bianca sambil membelai rambut Annabeth.Caroline beranjak meninggalkan Bia
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant