Share

Pelayan bar

Penulis: Ayun_8947
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-01 22:38:05

Seperti hari hari lainnya, Lexi pulang sangat terlambat malam ini. Sudah hampir tengah malam. Lia bersandar pada palang pintu menahan kantuk, dan tangan terlipat di dada. Saat Lexi mendekat bau alkohol menyeruak membuat Lia mual. Tatapan gadis itu penuh kemarahan.

"Hallo cantik!" Goda Lexi seperti biasanya, dia menggamit dagu Lia dan melengos masuk. Lia memutar badannya menatap punggung Lexi yang bidang.

"Lexi, apa kau tidak lelah!" Gusar Lia kesal.

"Apa!" Lexi mengangkat bahu mendengar nada sumbang sepupunya.

"Ayolah Lexi, carilah pekerjaan dan cukup bersenang senangnya!" Suara Lia berubah lirih seperti memohon.

"Maaf sayang. Rumah ini terlalu sempit dan bau. Mama terlalu ringkih dan lelah. Papa tak kunjung pulang. Lalu bagaimana aku mau bahagia?" 

Lia menggeleng

"Kau harus menikmati masa mudaku Lia! Cukuplah mencari uang dan bersenang senanglah! Kau bukan robot!" Kalimat Lexi ketus tapi ada benarnya.

"Kau bekerja di minimarket, kau mencari sambilan kesana kesini" Lexi mulai mengoceh dengan nafas bau alkohol.

"Kau pikir dengan kau pergi ke kampus akan memperbaiki nasib kita!" Tatapan Lexi berubah sendu. Lia mengambil duduk di sebelah Lexi, diatas sofa butut mereka.

"Lex, setidaknya bersenang senanglah dengan jalan yang baik." Lia menepuk paha Lexi, celana jeans kumalnya seakan menghempaskan debu jalanan.

"Eh, aku dapat banyak uang hari ini! Apa kau mau membeli sedikit kosmetik?" Lexi menatap wajah sepupunya. "Kau membutuhkan pulasan makeup" mata Lexi seakan membujuk "setidaknya belilah pencuci wajah yang cukup terkenal!" Lia menghela nafas berat.

"Kau dapat uang darimana?" Lexi hanya menjawab dengan wajah penuh misteri.

"Kalau begitu belilah obat untuk bibi, dan bawa dia kontrol ke rumah sakit!" Lia bangkit dari sofa, dia meraih buku dan meninggalkan Lexi. Pria itu mengangkat bahu.

"Baiklah Lia sayang!" Ujarnya menurut lalu merebahkan punggung. Tangannya meraba meja, mengharap ada air minum sisa dia kemarin malam. Tapi apa ini?

Lexi menangkap sebuah name tag, dan mengerutkan dahi ketika tulisannya jelas terbaca.

"Lia!" Lexi menyusul langkah Lia ke kamarnya.

"Apa?" Cemberut Lia. "Suaramu bisa membuat tetangga marah" bisik Lia mengingatkan.

"Apa ini?" Lexi mengangkat name tag milik Lia, gadis itu segera menyambar cepat.

"Hampir saja, aku lupa!" Lia menyimpan name tag nya. Lexi mendorong pelan bahu Lia.

"Apa maksudnya itu?" Mata Lexi mencari jawaban.ia melangkah tak peduli

"Kenapa?-- bukankah kau selalu memaksaku ke pub itu!" Lexi bingung harus mengangguk atau menggeleng, masalahnya tidak untuk kali ini

"Apa maksud name tag itu?" Lexi menginginkan jawaban jelas.

"Kau harusnya senang dong! Kenapa wajahmu begitu!"

"Jelaskan saja!" Potong Lexi tak sabar

"Aku bekerja disana!"

"APA!!" Lia menghela nafas lagi

"Sudah kubilang pelankan suaramu!"

"Apa maksudnya kau bekerja disana!" Lexi mendorong lagi pundak Lia.

"Kau kenapa sih!" Lia menjadi kesal.

"Kau kan anti ke pub, bagaimana mungkin kau bekerja disana!" Lia mengangkat bahu

"Aku butuh uang Lexi! Dan mereka butuh pelayan tambahan!" 

"Kau--" Lexi kehabisan kata kata.

"Sudah malam, aku harus menghafal dan tidur. Kau juga!" Lexi memijat lehernya yang tidak pegal. Dia berusaha berpikir dengan bertaruh pada efek alkohol

Lia menutup pintu kamarnya. Lexi kembali ke sofa dengan wajah bingung.

"Pria yang memberiku uang pasti akan protes melihat Lia di pub!" Lexi tak habis pikir "akan gawat kalau dia meminta uangnya kembali!" Lexi menggigit ujung kuku jempolnya dan mulai berbaring dengan tatapan penuh beban.

"Bahkan aku sudah menghabiskan separuh uangnya!" Lexi mengganti posisi tapi pikirannya tetap sama.

"Ayo pikirkan sesuatu Lexi!!"

***

Sarapan mewah keluarga Edwardo, pelayan berbaris rapi dengan pakaian maid berenda. Hidangan di atas meja berukuran lebar dua meter dengan panjang tiga kali lebarnya.

Tuan Edwardo memimpin di posisi depan

Max meraih kursinya dan bergabung, Mariah melebarkan senyum melihat wajah cerah keponakannya.

"Hay Maxi, sesuatu terjadi padamu!" Goda Mariah 

"Apa!" Max menaikkan alis

"Apa apaan senyum yang kau sembunyikan itu, apa kau sedang jatuh cinta?" Godaan Mariah membuat max menggeleng, dia tersenyum kecil.

"Ehm!" Edward berdem mengejutkan Mariah dan max, keduanya segera duduk tenang dan mulai menikmati santapan.

"Mariah, bagaimana dengan bisnismu?" Tanya Edward dengan suara beratnya. Mariah hanya membalas dengan senyum kecil.

"Tak begitu baik kakak ipar. Aku rasa ekonomi dunia memang sedang buruk!" Mariah mengangkat tangannya tak percaya dengan perkembangan buruk usaha yang dia jalani.

"Katakan jika kau butuh bantuan atau apapu itu!" Edward menyapu bibirnya dengan sudut jempol, tatapannya menggerayangi tubuh iparnya yang hari jni mengenakan tanktop crop top dan celana pendek dengan sayatan kasar di paha.

"Terima kasih kak, aku pasti akan mengatakan jika aku butuh bantuan. Tapi kali ini aku butuh bantuanmu!" Maria menatap max penuh harap. Ponakannya itu mengangkat bahu tak mengerti.

"Apa!" Tuding max tak mengerti arti tatapan Mariah.

"Bisa kita bicara sesaat setelah sarapan!" Max mengangguk. Mariah menunggu max menyelesaikan santapannya. Edward tak sekalipun berpaling dari wajah Mariah, hatinya terus saja berbisik dan membujuk tapi Edward hanya bisa menahan semua gejolak di dadanya.

Tiga orang pelayan keluarga melirik wajah Edward, dan merasa kesal. Tapi mereka menyimpannya.

Max akhirnya selesai juga, dia dan Mariah pergi ke ruangan lain meninggalkan Edward, mata tajam Edward terus mengikuti gerakan belakang Mariah, dia menelan ludah terus menerus, sangat menikmati pentas paginya.

Matanya beralih pada tiga orang pelayan muda yang dari tadi memperhatikannya.

"Kau, segera ke ruang kerjaku!" Edward menunjuk salah satunya. Senyumannya mengembang meninggalkan dua orang lain yang masih merengut. Edward melangkah meninggalkan meja makan. Dia bersiap untuk bekerja, ya bekerja!

Di ruangan keluarga Edwardo

Mariah mendekatkan bibirnya pada telinga max, dengan berjinjit.

"Maxi, akhir pekan kau harus menemani bibimu ini ke pub Merci ya!" Max menjauhkan kepala.

"Kenapa? Bibi bisa pergi dengan Daniel kan!"

"Ssst!!" Sergah mariah dengan wajah kesal "kecilkan suaramu!"

"Kau tahu kakakku akan pulang weekend ini! Dia mana mungkin akan mengijinkan aku kencan dengan daniel!"max mengangkat bahu.

"Kau harus putus dengan pria itu!"

"Enak saja!" Protes Mariah.

"Kau harus membantuku!" 

"Caranya?" Seperti dugaan, max memang ponakan terbaik di dunia ini. Pria ini memiliki hati yang hangat dan suka membantu siapapun.

"Katakan pada ibumu, kau membutuhkan aku untuk acara kursusmu!" Max memasang senyum sinis.

"Kau tak mau!" Protes Mariah. Max melebarkan senyum

"Baiklah!" Ujarnya sedikit terpaksa. Mariah melangkah riang meninggalkan max yang bersiap ke kampus dengan setelan ala bangsawannya. Gucci man!

Max menggelengkan kepala pelan. Bibinya itu masih saja sama, berapa sih usianya! Mereka seakan teman sebaya saja.

"Tunggu, pub Merci?" Max mengingat sesuatu, dia mentautkan alis.

"Ah, dia tidak akan datang!" Gumam max dengan wajah kecewa.

"Setidaknya aku akan menemani bibi dan menikmati malam panjang disana!" 

****

Di ruang kerja Edwardo

"Tuan Edward!" Suaranya lirih

"Tolong tuan, aku butuh dirimu, lakukan semuanya padaku, lakukanlah!" Rengek si pelayan dengan borgol di tangannya. Dia seakan sedang memohon di ujung kaki Edward. Pria itu menyeringai.

Bab terkait

  • Antara cinta atau uang   Pelayan terbaik

    Lexi mondar mandir panik di depan kampus ternama kota ini. Gedung dengan arsitektur tinggi berbentuk huruf u dengan kolam dan taman pada bagian depan, sementara gerbang tinggi tertutup sempurna tak bisa dimasuki sembarang orang, termasuk.lexi, pria itu hanya bisa mondar mandir memperhatikan tiap wajah yang membuka pintu mobil untuk men tap kartu mereka di monitor gerbang. Belum juga menemukan wajah yang dia tunggu. Sudah hampir satu jam Lexi gelisah.Max menurunkan kaca jendela, dia melihat wajah Lexi di depan sana"Hey! Kau mencari siapa!" Teriak max dari dalam mobil. Lexi segera berlari menghampiri mobil sport max. Wah gila, mata Lexi melotot tak percaya dengan tunggangan mewah max, impiannya! Hanya sebatas impian saja."Emh!" Lexi menggaruk.leher belakang, dia ragu ragu."Ada apa?" Tanya max heran dengan tingkah Lexi. Pria kemaren ini, apa bu

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-01
  • Antara cinta atau uang   Dua pria

    "Ah, sial!" Lia mencoba menyalakan scooternya dan tak bisa. Dia terlihat kesal dan melepaskan helm. Lia menepikan scooternya dan menyetop taksi."Uang ekstra tak terduga lagi!" kesal Lia.Baru Hari pertama kerja tapi sepertinya Lia akan terlambat."Aku harus buru-buru atau pekerjaanku akan gagal!" Rok yang dikenakan Lia cukup mengganggu penampilannya. Sialan seragam ini! Belum lagi heel, oh Tuhan semua serasa menyiksa. Lia mencoba menenangkan diriLia tinggal di pinggiran kota dan lumayan cukup jauh, akan memakan waktu untuk menjangkau lokasi pub di pusat kota"Bagaimanapun juga, aku harus bekerja dan aku tidak boleh kehilangan pekerjaan ku! aku membutuhkan banyak uang. Aku ingin kuliah, mengobati bibi, menjenguk mama dan melakukan banyak hal!" Lia mengepalkan tangan, mengumpulkan semangatnya. Untuk perta

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-01
  • Antara cinta atau uang   Cara menyelamatkan diri

    "Kenapa juga aku harus menemani tamu ini?" Gerutu Lia kesal. Dia menghentak hentakkan kaki menaiki anak tangga. Tentu sjaa dia mengeluh, bukankah bukan tugas dia melayani kamar VVIP?Lia membawa sebotol wine mahal di tangannya. Naik ke lantai atas. Bukan lagi ruangan kaca seperti VIP sebelumnya. Ruangan ini sedikit lebih privasi. Lia menekan bel dan seseorang dari dalam membukakan pintu. Gadis itu melangkah ragu-ragu sambil menundukkan kepala sopanSebuah ruangan yang dilengkapi oleh sofa lengkap, kamar tidur berukuran king size, di atasnya menggantung lampu kristal. Meja kecil dengan lampu hias. Lukisan abstrak di dinding. Lia menyapu tatap keadaan sekitar. cahaya temaram membuat Gadis itu seakan merinding ketika kakinya menginjak pertama kali ke ruangan ini."Apakah kau yang bernama Lia?" Gadis itu mengangguk dan menyerahkan wine, dua orang staf berpakaian serba hitam len

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-01
  • Antara cinta atau uang   Rasanya berbeda

    Max membawa Lia ke pekarangan samping club'. Sebuah bangku dengan rimbun bunga warna warni dan cahaya lampu hias."Kenapa semua ini bisa terjadi sih!" Gerutu Lia kesal pada diri sendiri, max hanya tersenyum tipis dan mempersilahkan Lia duduk lebih dulu, gadis itu masih terlihat tegang dan kesal."Kau tunggu disini dulu, aku akan beli minuman" ujar max, Lia tak menoleh lagi. Dia langsung mengangguk saja. Kedua tangannya menyeka kasar pangkal rambut panjangnya yang bergelombang.Lia duduk sendirian di kursi kayu di taman, tak jauh dari hingar bingar suasana di dalam. Mengharap max cepat kembali karena tenggorokannya sangat haus.Lia berdiri dengan kesal, seakan gejolak di dada membuatnya merasa kecewa menyadari apa yang max katakan memang masuk akal. Jadi manager, supervisor, mereka biasa menjual pelayan pelayan mereka? Lia sulit percaya. Dia mera

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-01
  • Antara cinta atau uang   Malam yang panjang

    Edward merapikan piyama sutranya dan merebahkan diri di kursi besar seperti singgasana kerajaan, pada sisi kiri kanan dua gadis dengan pakaian minim memijit pundaknya. Seorang lagi mengulurkan cerutu dan menyalakan korek pada tobacco yang dijepit bibir Edward."Maaf tuan, anak mu mengacaukan rencana"Fiuuh.. asap mengepul di antara temaram ruangan, Edward tertawa sinis."Maksudmu Maximilian?" Pria itu mengangguk"Apa mereka berhubungan?" Pria di hadapan Edward kali ini ragu harus mengangguk atau menggeleng."Kenapa kau bilang dia masih murni dan polos tapi ternyata putraku malah sudah merasakannya" tatapan tajam Edward membuat pria yang berdiri di hadapan itu menelan ludah pahit. Dia terjebak dengan rencana dan kalimatnya sendiri."Sudahlah, lupakan gadis itu jika max me

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-01
  • Antara cinta atau uang   Jangan salah faham

    Lexi mendorong pintu hingga dia bisa masuk menerobos tubuh Max."Lia!!" Teriak Lexi tak percaya mendapati tubuh Lia yang terbaring di ranjang. Mariah dan Max ikut bergabung masuk.Berbeda dengan wajah Max yang datar. Lexi tampak menatap wajah pria itu dengan sorot tajam begitupun bibinya Mariah."Apa, kenapa kalian melihatku seperti tertuduh!" Ujar Max tak terima. Lexi bangkit dari posisi berjongkok di bawah ranjang dan menyeka rambut panjang Lia yang terurai jatuh hingga hampir menyentuh lantai. Shit posisi apa ini!. Sebelum dia membuat perhitungan pada teman barunya, si Maxi. Terlebih dahulu Lexi membetulkan posisi Lia di ranjang. Ya ampun. Bahkan dia memakai pakaian tanpa mengancing penuh pada bagian dadanya. Dengan ragu Lexi menoleh dan membuang wajah. Lexi tak sanggup melihat bagian dada sepupunya yang terbuka itu."Aku tahu itu!" Uja

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-01
  • Antara cinta atau uang   Obrolan yang salah

    Jalanan Ohio yang kosong di pagi buta, mobil mewah dengan atap terbuka membuat angin menghembuskan rambut pirang mereka"Apa kau tahu Sekarang pukul berapa?" Mariah menoleh pada Max"Sekarang pukul empat pagi.""Bersyukur sekali kakak belum pulang, kalau tidak habislah kita!""Apa Mama mengatakan sesuatu padamu bi? kenapa dia tidak pulang akhir minggu ini?" Max melepaskan stir sebentar dan menoleh pada bibinya yang duduk santai dengan jok rendah di sebelahnya, Mariah melirik sekilas sambil memijat dahinya, nampaknya dia masih pengar karena alkohol. Wanita itu mengangkat bahu membalas tatapan penuh tanya Max"Aku pikir kau tahu kenapa kakak tidak pulang?" Selidik Mariah"Aku malah tidak tahu" Max memberi tatapan tak mengetahui apapun.Mariah m

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-01
  • Antara cinta atau uang   Pelampiasan

    Lexi memacu kecepatan motor matic di tangannya, Lia mengeratkan pegangan di pinggang Lexi, seperti keduanya akan terbang tertiup angin. Lexi melaju dengan kecepatan sepeda motornya semaksimal mungkin"Lexi!! Apa kau sudah gila! "Teriak Lia dibalik punggung bidang Lexi"Berpegangan yang eeeeraaattt!!"teriak Lexi semakin memacu kecepatan skuter mereka. pukulan di punggungnya tak dipedulikan, yang Lexi ingat hanyalah wajah ibunya ketika nanti dia akan kecewa karena Lia pulang terlambat malam ini, bukan terlambat! Tepatnya tidak pulang.Setelah memacu kecepatan di jalanan yang lengang akhirnya Lexi menyandarkan skuter di antara tembok sempit antara rumah, di mana mereka tinggal, keduanya mengendap-endap membuka pintu pagar besi yang sudah berkarat."Lexi, pelankan suara derap kaki mu!" Lia memperingatkan sepupunya. Lexi mengangkat bahu, dia sudah be

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-03

Bab terbaru

  • Antara cinta atau uang   Beban

    Max segera memasuki kediaman keluarganya yang super mewah, matanya menyorot ruangan yang temaram, dia menuju ke kamar Pauline, baru saja lampu dimatikan. Max tak mau mengganggu, dia membalik badan, besok dia harus bangun pagi untuk bisa bicara dengan Pauline. Max kembali ke ruang depan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Baru saja pria itu hendak membuka pintu kamarnya, Mariah muncul dan sedikit mengejutkan max. Wanita itu mengenakan sheet silk sepaha dengan tali kecil transparan sebagai penahan di bahu, dia menggaruk leher yang tak gatal. Max memicingkan mata heran, sudah pukul segini, kenapa Mariah belum tidur."Kau baru pulang?""Ya, kau belum tidur?" Mariah mengangguk dengan wajahnya yang ragu. Max ingin bertanya tapi dia mengurungkan diri melihat wajah bibinya itu juga terlihat ragu. Max menautkan alis heran, ada apa dengan Mariah."Sudah malam, pergilah tidur!" Ujar max kemudian. Mariah mengangguk kecil.&n

  • Antara cinta atau uang   Masa lalu

    Max menepikan mobil, untuk kali ini Lia yang meminta, gadis itu menunjuk sebuah gang yang tak sepi, beberapa orang terlihat berkumpul dan berbicara kurang jelas. Lia membuka pintu mobil, dia turun dari mobil mewah max. Gadis itu tak menoleh lagi, dia terperangah heran dengan beberapa wanita juga masih terlibat berkumpul di depan gang, biasanya mereka sudah terlelap, ini pukul tiga dini hari. Lia setengah berlari menyebrangi jalan. Entah kenapa dadanya tiba tiba bergetar, perasaannya tak enak.Max menatap punggung Lia, pria itu ikut menuruni mobil, dan memastikan Lia menyeberang dengan aman. Dia sedikit ingin tahu, entah itu rumah Lia, kawasan gadis itu tinggal atau wajah Lia yang tiba tiba lain. Dengan penasaran max menyusul langkah Lia."Ah itu Lia!" Tunjuk Elle menantu ibu kos yang tinggal bersebelahan dengan rumah bibi."Ada apa ka?""Kau dari mana saja! Kau membiarkan bibimu sendirian, kau

  • Antara cinta atau uang   Malam yang aneh

    Max memacu kecepatan mobilnya. Dia sedang mengantar lia pulang malam ini. Pria itu mengangkat tangan dan menyeka rambut lia yang tertiup angin malam, ya mobil itu sengaja di buka, hingga mereka bisa leluasa menikmati suasana malam. Lia tersenyum tipis mendapat perlakuan lembut max."Apa kau pernah jatuh cinta?" tanya max kemudian. Lia menaikkan alis dan menjawab dengan gerakan bahu."Entahlah.""Apa belum pernah?" max penasaran."Entahlah, aku tak begitu yakin. Aku terlalu sibuk dengan kehidupanku, hingga tak memikirkan masalah cinta" pria itu tersenyum lalu menepikan mobil hingga lia protes."Kenapa berhenti?" max tak mendengarkan ucapan lia, dia membuka pintu nya, berjalan cepat dan membuka pintu lia, gadis itu mengerutkan dahi tak mengerti "kau mau apa max?" pria itu hanya menoleh dan tersenyum sambil menarik pergelangan tangan lia."Bohong!" ujarnya.Lia semakin bingung. Max meraih pinggang ramping lia dan menaikkan gadis itu ke a

  • Antara cinta atau uang   Masa lalu

    Max menepikan mobil, untuk kali ini Lia yang meminta, gadis itu menunjuk sebuah gang yang tak sepi, beberapa orang terlihat berkumpul dan berbicara kurang jelas. Lia membuka pintu mobil, dia turun dari mobil mewah max. Gadis itu tak menoleh lagi, dia terperangah heran dengan beberapa wanita juga masih terlibat berkumpul di depan gang, biasanya mereka sudah terlelap, ini pukul tiga dini hari. Lia setengah berlari menyebrangi jalan. Entah kenapa dadanya tiba tiba bergetar, perasaannya tak enak.Max menatap punggung Lia, pria itu ikut menuruni mobil, dan memastikan Lia menyeberang dengan aman. Dia sedikit ingin tahu, entah itu rumah Lia, kawasan gadis itu tinggal atau wajah Lia yang tiba tiba lain. Dengan penasaran max menyusul langkah Lia."Ah itu Lia!" Tunjuk Elle menantu ibu kos yang tinggal bersebelahan dengan rumah bibi."Ada apa ka?""Kau dari mana saja! Kau membiarkan bibimu sendirian, kau

  • Antara cinta atau uang   Malam yang aneh

    Max memacu kecepatan mobilnya. Dia sedang mengantar lia pulang malam ini. Pria itu mengangkat tangan dan menyeka rambut lia yang tertiup angin malam, ya mobil itu sengaja di buka, hingga mereka bisa leluasa menikmati suasana malam. Lia tersenyum tipis mendapat perlakuan lembut max."Apa kau pernah jatuh cinta?" tanya max kemudian. Lia menaikkan alis dan menjawab dengan gerakan bahu."Entahlah.""Apa belum pernah?" max penasaran."Entahlah, aku tak begitu yakin. Aku terlalu sibuk dengan kehidupanku, hingga tak memikirkan masalah cinta" pria itu tersenyum lalu menepikan mobil hingga lia protes."Kenapa berhenti?" max tak mendengarkan ucapan lia, dia membuka pintu nya, berjalan cepat dan membuka pintu lia, gadis itu mengerutkan dahi tak mengerti "kau mau apa max?" pria itu hanya menoleh dan tersenyum sambil menarik pergelangan tangan lia."Bohong!" ujarnya.Lia semakin bingung. Max meraih pinggang ramping lia dan menaikkan gadis itu ke a

  • Antara cinta atau uang   Ancaman

    Mariah sedang menonton acara televisi saat ini pukul tujuh malam. Edward merapatkan piyamanya, dia menghampiri Mariah yang fokus pada layar televisi. Pria itu berdiri di belakang Maria dengan kedua telapak tangan bertumpu pada sandaran sofa. Edward meletakkan kepalanya berjarak hanya sepuluh Senti saja dari kepala Mariah."Kau sedang menonton apa?" Sontak suara Edward mengejutkan Mariah. Gadis itu segera menengadahkan kepala dan mendapati dagu Edward, tatapan pria itu terlihat lain dengan senyuman melengkung sempurna. Mariah sedikit menggeser posisi. Dia merasa jengah."Kakak ipar.." gumam Mariah segan. Edward mendaratkan bokong tepat di sebelah Mariah. Sudah bukan waktunya dia berpura pura lagi.Edward menoleh pada Mariah, sementara wanita itu memainkan remote di tangannya, dia seakan ingin fokus pada layar di depan sana. Tapi tak bisa. Edward mendaratkan telapak tangannya di atas paha Mariah, membuat mata wanita

  • Antara cinta atau uang   Tidak sengaja

    Kedua pemuda mengendap endap dengan mata berjaga. Mereka membuka ruang instalasi kelistrikan di belakang gedung, sebuah kamar dengan pintu baja. Keduanya cukup kesulitan sampai akhirnya pintu itu bisa terbuka. Dan ada banyak benda asing di dalam sana."Apa yang akan kita lakukan?""Sssrtt.. kecilkan suaramu, ini adalah hal paling bagus untuk pertunjukan kita!" Keduanya terdengar berunding dengan wajah siaga."Kau tahu, anak seni akan menggelar pagelaran, dan mereka menghabiskan waktu di ruang praktek. Tugas tak akan selesai jika listrik mati!""Kau gila ya! Bagaimana mungkin kita menyabotase listrik!" Temannya menepis tangan yang satu lagi, jelas mereka punya ekspresi wajah kontras."Kau ingin lihat mantanmu menceritakan!" Dia mengangguk pasrah dengan kalimat rekannya."Ya, tapi--" bukan hanya ragu dengan perbuatan mereka, dia juga ragu dengan banyak tu

  • Antara cinta atau uang   Tanpa U

    Sudah pukul sebelas malam. Max masih berkutat dengan kunci di tangannya."Kenapa Bellen menyimpan semua kunci menjadi satu seperti ini!" Kesal Max mendumal dengan diri sendiri."Lia! Apa kau baik baik saja di sana?""Ya, aku baik"Suara Lia sudah terdengar tenang. Max cukup mencekam keadaan Lia. Dia saja sudah tak sabar lagi, apalagi Lia di dalam sana."Lia, apa kau ingin mendengar tebak tebakan?" Max mencari topik pembicaraan, sambil menyelesaikan sisa anak kunci."Ya" jawab Lia singkat."Dari a, b, c, d sampai z huruf apa yang tak ada?""Huruf yang tak ada?""Iya" Lia diam sejenak. Mungkin sedang berpikir, atau sedang malas berpikir."Huruf E?""Bukan""Huruf Y?""Tidak.." hening lagi. Max menanti jawaban Lia, se

  • Antara cinta atau uang   Stok sabar

    "Kenapa tak ada satupun yang mendengarku.." lirih Lia dengan sisa perjuangannya. Dia terduduk lemas dengan kemeja basah. Beberapa kali Lia berusaha melompat yang ada dia menimpa keran dan air keran membasahi dirinya.Lia sudah putus asa, dia mengacak ngacak rambutnya yang basah. Basah karena keringat dan air bercampur jadi satu, sudah tak jelas seperti apa penampilannya. Dia hanya ingin keluar dari sini. Tapi bagaimana caranya. Tak ada yang berubah, kawat penutup ventilasi seakan tak bergerak meski Lia sudah memukul berkali kali.Klik!!Lampu menyala, membuat Lia melonjak bangun.Paaakk!! PAKK!!Lia menggedor pintu sekuat tenaga."Siapapun di sana!! Tolong buka pintunya!!" Teriak Lia lirih."TOLOOONG BUKA PINTUU INII!!" Teriak Lia lirih sekali lagi.----Max melirik jam tangan sudah pukul se

DMCA.com Protection Status