Beranda / Romansa / Antara cinta atau uang / Cara menyelamatkan diri

Share

Cara menyelamatkan diri

"Kenapa juga aku harus menemani tamu ini?" Gerutu Lia kesal. Dia menghentak hentakkan kaki menaiki anak tangga. Tentu sjaa dia mengeluh, bukankah bukan tugas dia melayani kamar VVIP?

Lia membawa sebotol wine mahal di tangannya. Naik ke lantai atas. Bukan lagi ruangan kaca seperti VIP sebelumnya. Ruangan ini sedikit lebih privasi. Lia menekan bel dan seseorang dari dalam membukakan pintu. Gadis itu melangkah ragu-ragu sambil menundukkan kepala sopan

Sebuah ruangan yang dilengkapi oleh sofa lengkap, kamar tidur berukuran king size, di atasnya menggantung lampu kristal. Meja kecil dengan lampu hias. Lukisan abstrak di dinding. Lia menyapu tatap keadaan sekitar. cahaya temaram membuat Gadis itu seakan merinding ketika kakinya menginjak pertama kali ke ruangan ini. 

"Apakah kau yang bernama Lia?" Gadis itu mengangguk dan menyerahkan wine, dua orang staf berpakaian serba hitam lengkap dengan earphone menerima botol minuman.

Di antara staf dengan pakaian lengkap itu, sekilas Lia bisa melihat ada pria yang terbaring di kasur, entahlah dia sedikit ragu karena tak begitu jelas karena dijaga bodyguard berbadan besar tak jauh dari tempat tidurnya. Sepertinya pria itu ditemani beberapa orang wanita seksi. Mungkin seorang pria paruh baya

Gadis itu menggeleng, kenapa.dia harus peduli, dia segera undur diri dan meninggalkan ruang temaram itu. Lia merasa ada pasang mata yang menatap dirinya lekat, tapi dia tidak bisa melihat jelas, kalah karena cahaya lampu yang temaram. Dan suara musik yang mengganggu pendengaran. Lia segera undur diri. Pria di dalam kamar itu tersenyum. Seorang staf membawakan telepon untuknya, 

"Jadi Gadis itu yang kau maksud, Aku menyukai tubuhnya! Apakah dia masih murni? Hahahaaa!!" Suara beratnya memecah kebisingan di kamar itu

"Kau memang yang terbaik!!" Suara serak dan berat milik Edward membuat siapa saja yang mendengarnya merinding, entah takut, takjub atau entah lah pokoknya perasaan yang tidak menyenangkan. Suara berat itu seakan penuh dengan keserakahan.

Di lantai bawah, pria dengan jas abu-abu, melonggarkan sedikit kerah leher nya, sepertinya dia cukup tercekik dengan kaos ketat turtleneck yang dia kenakan. Dia mengakhiri panggilan telepon sambil tersenyum, senyuman sinis. Tangannya seakan menggenggam sesuatu sekuat tenaga. Dia memiliki wajah antagonis yang merasa menang.

***

Supervisor menghampiri Lia

"Apa kau sudah mengantar minumannya?" Lia tersenyum sambil mengangguk

"Kau kenakan ini!" Supervisor itu melempar sebuah dress mini, dan Lia sigap menangkapnya.

"Apa ini?" Gadis itu tak mengerti

"Seragammu, kenakanlah!" Lia semakin tak paham. Tapi percuma, tatapan tajam supervisor membuat Lia harus pasrah, Lia melirik sekitar, dan beberapa rekannya. 

"Tapi yang lain tidak menggunakannya?" Protes Lia.

"Karena kau akan melayani tamu VVIP kita!" Tegas supervisor tak bisa lagi di bantah.

Lia menghela nafas pasrah, Dia menuju ke kamar mandi. Dan sial sekali ternyata penuh. Gadis itu mendongak, berharap tidak ada seorang pria yang memperhatikan kalau dia berganti pakaian di lorong ini. Sekat antara kamar mandi pria dan wanita. Sialnya setelah dia memakai dress itu, terlalu ketat mungkin, dah dia kesulitan menarik resleting di belakang punggung. Lia sudah berusaha menariknya ke atas namun sia-sia.

"Akkh, Kenapa semuanya menjengkelkan sih malam ini!" Gusar Lia kehabisan kesabaran, dia berusaha sekali lagi. Sepertinya memang kancing belakang itu mengajak perang. Membuat Lia semakin kesal

Tepat saat Lia akan menyerah, sebuah tangan dengan lembut menelusuri punggungnya dan menarik resleting yang macet itu.

"Kau!!" Lia setengah berteriak dan membalik badannya seketika

"Untunglah itu aku. Kalau tidak kau akan membutuhkan banyak waktu untuk menarik kancing pakaian ini" Lia tak merasa senang mendapat bantuan dari sukarelawan tampan di hadapannya.

"Aku bisa melakukannya tanpa mu. Kau seharusnya tidak melakukan itu kepada wanita, bukankah itu bentuk dari pelecehan!" Hardik Lia tak mau menyerah. Dia merasa tak membutuhkan bantuan kecil Max

Max tertawa.

"Ayolah Kau pikir dimana kita sekarang, kalau bukan karena tubuhku memblok posisimu, pasti pria-pria di depan sana sudah menikmati tubuhmu!" Lia menggabungkan alisnya. Menyorot kesal wajah max yang tertawa. Tapi sepertinya max tidak sedang membual.

Lia menyapu pemandangan sekitar, benar saja, beberapa pasang mata segera berpaling ketika Lia bertemu tatap dengan mereka. Jadi banyak yang menatap kearahnya saat tadi mengganti pakaian? Lia seakan mati kutu dengan ucapan max.

"Baiklah kalau begitu aku ucapkan terima kasih" Lia sepertinya terpaksa mengucapkan terima kasih, atau dia hanya terlanjur malu saja.

Maxi mendekat dan berbisik dengan suara seksi di telinga Lia.

"Kenapa kau mengganti pakaian mu, bukankah itu terlalu kecil untuk mu?" Lia sedikit menghindar memberi sedikit jarak di antara tubuh mereka.

"Ya aku setuju dengan ucapanmu kali ini. Tapi supervisor ku menyuruh memakai pakaian ini dan menemani tamu spesial mereka, entahlah!" Jawab Lia bingung.

Max berdecak kesal. Dia sepertinya mengerti siasat apa yang sedang direncanakan pada gadis polos ini.

"Sudahlah lupakan itu!" Ujar max m mbuat Lia tak mengerti.

"Apa maksudmu?" 

"Kau akan dijual oleh bosmu!"

"Apa!!"

"Pakaian itu hanya untuk hostes, untuk yang melayani tamu-tamu penting di sini. Masa kau tidak tahu?" Kesekian kalinya Lia melongo dan terkejut

Lia tak bisa berkata-kata mulutnya menganga besar, matanya melotot. Sekali lagi dia menatap pakaian yang dia kenakan. Benar saja pakaian ketat ini membuat dadanya terangkat dan hampir menyembul. bawahnya berkibar pendek l, memamerkan pahanya yang mulus.

"Lalu apa yang harus aku lakukan. Kau tahu aku bekerja di sini!" Suara Lia terdengar putus asa. Ternyata memang sulit bekerja di bar, pantas saja mereka berani bayar cukup mahal.

"Kau ikuti saja permainan ku!" Pinta max dengan kedipan mata. Lia hanya memasang wajah melongo tak mengerti.

Max menggoda tulang belikat Lia dengan ciuman lembut

"Hei apa yang kau lakukan!" Suara Lia setengah berteriak

"Sudah kukatakan kau ikuti saja permainan ku. Kalau kau ingin selamat!" Max meletakkan jarinya di bibir Lia dan berbisik dengan suara serak menggoda

"Kau sangat cantik dan dirimu sangat menggoda.." bisikan itu membuat Lia melotot marah, hentakan tangan gadis itu jelas protes, dan Max sadar betul itu.

"Aku mengatakannya hanya untuk membantumu!" bisik Max di daun telinga Lia yang seketika merah

'Oh jadi dia melakukan ini hanya untuk membantuku. Apa ini hanya pura-pura? Baiklah. tapi kenapa jantung ini ikut ambil andil, kenapa aku berdebar debar dan semakin kencang saat pria ini semakin mendekat?' batin Lia protes

"Aku mohon jangan terlalu dekat.." sekarang suara Lia terdengar lirih dan memohon, hingga wajahnya terlihat merah dan semakin sensual. Max menelan ludah. Ah, sialan! Max mencoba menguatkan diri

"Kita harus melakukannya agar cara ini akan berhasil, sudah lah Kau pasrah saja!" Pinta max berbisik sekali lagi

"Kau sedang mengerjai ku ya!" Geram Lia tak tahan dengan tatapan tajam nan sensual dari mata gelap max. Max menggeleng

"Tidak, aku serius!" Suara beratnya membuat jantung Lia kian berdebar kencang

Max membelai rambut Lia dengan penuh perasaan. Pria itu membalik tubuh Lia, hingga Gadis itu mepet ke dinding. Mex berdiri tepat di belakang Lia dan mencium belakang leher gadis itu. Benar dugaan Max, pria berjas abu itu tak sedetikpun memalingkan perhatiannya dari Lia

Max dengan lembut menyentuh leher dan rambut Lia, pria itu terus menggoda.

Oh shit! Sentuhan apa ini? Darah Lia seakan mendidih. Membuat dia pasrah, apakah dia sudah mulai menikmati permainan Max. Ah rasanya dia kesulitan menahan nafas dan desahan. Begini saja membuat suhu tubuh Lia naik drastis.

Max membalikkan Lia sekali lagi hingga mereka saling berhadapan. Pria itu mengangkat Lia dalam pelukannya

"Sepertinya kita butuh tempat yang lebih privacy" bisik Max di telinga Lia. Pria itu menarik lengan gadis itu masih dengan tatapan penuh gairah. Mereka keluar dari ruang hingar bingar itu. Tapi sebelumnya, Max melirik sinis ke arah pria yang terus memperhatikan Lia. Dia menang malam ini.

Jelas saja pria itu terlihat kesal dan marah

"SIAAL!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status