Share

Bagian 6

Penulis: Zizizaq
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-11 17:17:06

Di rapat kali ini, Evan selaku investor utama yang memimpin. Rapat tiba-tiba diadakan karena ada perubahan besar-besaran. Evan menjelaskan, letak bangunan itu sangat strategis jika dijadikan sebagai hotel bintang lima, alih-alih menjadi pusat perbelanjaan dan sebagainya. Ia berbicara hingga akhir, setelah itu semua orang diminta mengeluarkan pendapatnya.

Celin mengacungkan tangannya,

"Ya, silahkan, Nona Celin!" Panitia rapat memberinya kesempatan.

"Terima kasih atas waktunya," ucap Celin berbasa-basi.

"Lahan di sekitar lokasi gedung masih sangat luas, bagaimana kalau rencana awal tetap diadakan dan mendirikan lagi sebuah bangunan, sepertinya hotel dan pusat perbelanjaan cukup baik jika disandingkan,"

"Ide yang bagus," sambut Evan, sepertinya ia cukup puas dengan ide Celin. Tampak Dev sangat tertarik dengan celin, ia tidak lepas memperhatikannya.

"Ada lagi?" Ucap panitia rapat.

Selain Celin ada beberapa orang lagi yang bersuara, poin akhirnya, semua setuju untuk mengadakan keduanya, Perhotelan dan pusat perbelanjaan.

Ditengah rapat, tiba-tiba ponsel Evan berdering, ia langsung berpamitan setelah menjawab telepon.

"Mohon maaf, saya harus pulang, sesuatu terjadi pada istri saya," ucapnya buru-buru dan sedikit panik.

Celin langsung melihat kearahnya seolah berkata di sini ada istrimu juga, dan Evan juga melihat ke arahnya, ia tidak bisa nembaca ekspresi Evan, apa laki-laki itu sedang mempertimbangkan perasaannya atau malah tidak peduli sama sekali, ia lalu menunduk sebelum orang lain memergoki, Evan juga langsung keluar dari ruangan, sementara panitia rapat menutup rapatnya.

"Dia memang sangat setia," puji Pak Yanto, disela prosesi penutupan rapat.

Celin diam saja, setelah rapat dibubarkan, Celin menjadi tidak mood untuk berada di kantor, jadi ia berbuat makan siang di luar.

"Kau tampak lesu sekali, kemana Celin yang bersemangat tadi?" Dev tiba-tiba berada di sampingnya, berhasil membuat Celin kaget.

"Pak Dev!"

"Telingaku sangat tidak nyaman kalau kau memanggilku seperti itu," protes Dev.

"Dan mulutku terasa sangat kurang ajar kalau hanya menyebut namamu," balas Celin, lalu keduanya tertawa.

"Apa kamu dekat dengan Evan?" Tanya Dev, Celin langsung berhenti.

"Kami cukup dekat semasa kuliah dulu," Celin merasa beruntung karena mengingat alasan itu, ia pun kembali melangkah.

"Oh, dia pasti populer, jangan-janga kamu termasuk mahasiswi yang tergila-gila padanya," tebak Dev.

"Benar lagi, tapi itu dulu," ucap Celin membuat Dev tertawa.

"Tadi aku sempat berpikir, kalau Evan mungkin menyukaimu,"

"Ah, mana mungkin, dulu dia menolakku secara terang-terangan di depan umum, sangat memalukan untuk mengingatnya, jadi jangan membahasnya lagi, "

"Baiklah," Dev menurut.

"Kamu punya rencana siang ini?" Tanya Dev.

"Aku berniat makan siang di luar,"

"Kalau begitu ayo makan siang bersama," tawar Dev.

"Sepertinya menyenangkan," Celin tidak menolak.

Dev tersenyum mendengarnya.

****

Saat jam kerja berakhir, Celin sengaja pulang larut malam, seandainya Evan peduli dengan itu, ia sudah menyiapkan alasannya. Tapi ketika memasuki rumah keadaan sangat sepi, bahkan pekerja rumah tangga juga tidak terlihat. Ia tidak keberatan, justru ia bisa bebas melenggang dengan santai.

Saat pagi mulai menampakkan diri, Celin terbangun dan merasakan sesuatu di atas perutnya. Ia segera mengerjap-ngerjapkan matanya untuk melihat.

"Evan?" Gumamnya pelan, ia takut membangunkan Evan. Ia bangkit dengan sangat pelan sambil menggeser tangan Evan, ternyata Evan terbangun dan menariknya kembali.

"Apa mungkin kau salah mengira, aku adalah Jeni?" Tanya Celin yang tiba-tiba mendapatkan perlakuan hangat.

"Kau adalah Celin." Ternyata Evan membalas dengan nada seperti sedang mengigau. Celin terdiam dibuatnya.

"Aku harus bekerja," Celin tidak bisa terus berada di posisi ini, jantungnya bisa meledak kapan saja, meskipun sering berhubungan badan, ia belum pernah diperlakukan hangat seperti ini.

Evan tidak memberi respon.

"Kalau kau seperti ini, aku mungkin akan berpikir kau mencintaiku, Evan," Celin mengibaskan tangan Evan yang bertengger di tubuhnya. Ia bangun dan bersiap turun dari tempat tidur tapi Evan kembali menahannya.

"Tunggu dulu, hadiah apa yang cocok untuk wanita yang sedang koma? Hari ini Jeni ulang tahun,"

"Berikan saja sesuatu yang paling ingin kau berikan padanya, selesai. Kenapa kau bertanya padaku yang sudah dua kali berturut-turut tidak mendapatkan hadiah ulang tahun, " Celin terdengat mengomel, ia mengatakan itu secara naluriah. Evan tertegun mendengarnya ia sampai mengangkat kepalanya untuk melihat ekspresi Celin. Ia ingat semenjak menikahi Celin memang tidak pernah ada kejutan ulang tahun untuknya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Aku sendiri yang tidak mengharapkannya," jelas Celin tidak ingin disalah pahami.

"Saat kamu ulang tahun, kamu tidak mengharapkan apapun dariku?"

"Tidak pernah," ucapnya sinis, Celin jelas berbohong, di hari ulang tahun pertamanya setelah menikah, ia menunggu Evan hingga larut malam, ketika Evan datang ia dengan antusias membukakan pintu untuknya, berharap Evan memberi kejuatan, nyatanya Evan langsung masuk kamar dan tidur. Keesokan harinya ia bertanya pada Evan tentang tanggal lahir untuk memancing, tapi Evan malah menjawab dengan sinis,

'Aku tidak tahu, pertanyaan yang sangat tidak penting,"

Ia sangat kecewa, dan sejak saat ia tidak pernah mengharapkan apapun, ia juga berubah bersifat lebih tenang setelahnya, saat itu ia pergi ke kantor membawa serta rasa kecewanya untuk merayakan sendiri ulang tahunnya.

"Kalau begitu, apa yang paling diinginkan wanita saat ulang tahun?"

"Kalau melihat karakter Jeni, sepertinya ia suka kemewahan, seperti tas branded, baju yang di desain khusus, atau sepatu kulit edisi terbatas," Celin asal menebak. Tapi semua itu benar.

"Kamu sebagai perempuan, akan meminta apa saat ulang tahun?"

"Aku? Mungkin perhiasan sudah cukup, tapi yang terpenting adalah ucapan selamat yang mengharukan dan kehadiran orang-orang terdekatku."

"Kapan ulang tahunmu?"

"Pertanyaan yang sangat tidak penting," Celin meniru gaya Evan waktu itu, Evan sepertinya mengingat itu, karena ia tiba-tiba membuang muka.

"Memangnya kamu mau memberiku hadiah? Sepertinya aku harus bangun dari mimpi," lanjut Celin. Ia berniat beranjak dari tempat tidur tapi Evan kembali menariknya, kali ini ia menindihnya.

'Oh, Tuhan apalagi ini? Aku sedang tidak mood,' ucap Celin dalam hati.

"Jauhi Dev!" Ucap Evan tiba-tiba.

"Kenapa tiba-tiba membahas Pak Dev?"

"Cukup jauhi saja, kulihat kamu selalu menempel padanya,"

"Kapan kau melihatki menempel pada Pak Dev, kami selalu bergaul sewajarnya dan hanya membahas pekerjaan, Apa kau melihat kami kemarin siang?"

Evan tidak bisa menjawab, ia malah mengulum bibir Celin dengan lembut, Celin hanya bisa pasrah di bawah kungkungannya. Tentu saja disertai dengan sentuhan-sentuhan tangan nakal Evan yang berakhir dengan penuh gairah.

Bab terkait

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 7

    Dua minggu telah berlalu. Hari spesial Celin masih sama seperti tahun sebelumnya, ia menginap di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tersisa sambil menunggu jam dua belas malam untuk merayakan hari ulang tahunnya sendiri, ia sudah menyiapkan cupcake dan lilin, sama seperti yang ia lakukan tahun lalu. Ia berdoa yang terbaik untuk dirinya sendiri, ia juga akan memberikan hadiah untuk dirinya sendiri. Tepat sepuluh menit sebelum jam dua belas, Celin sudah mempersiapkan semuanya, ia sudah menyalakan lilin di atas cup cake kecil yang tadi dibelinya. Ia sangat fokus memperhatikan api lilin yang sedang meliuk-liuk seolah menertawakan kesendiriannya, saat tinggal hitungan detik, air matanya tidak terasa luruh begitu saja, ada banyak hal yang berseliweran di kepalanya, ia mengasihani dirinya yang mampu bertahan di pernikahannya selama dua tahun, ia juga mengingat bagaiman Evan menanyakan hadiah untuk Jeni yang berulang tahun dua minggu yang lalu ia tidak pernah merasa sesedih ini s

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 8

    sepulang kerja, Celin mendapati mertuanya sedang berada di rumah, ia dan mertuanya cukup akur, mertuanya tipe orang yang tidak perduli dengan kehidupan putranya tapi kali ini ia datang, pasti karena ada sesuatu. "Hai, Celin!" Sapa Bu Veron. Tidak heran kalau Evan sangat tampan jika terlahir dari rahim Bu Veron yang sangat cantik dan menawan meski usianya sudah tidak muda lagi. "Mamah, apa kabar? Kenapa tidak mengabari Celin?" Tanya Celin sambil menyalami mertuanya. "Mamah baik, Mamah baru saja tiba, mamah takut kalian sibuk," Bu Veron tersenyum hangat pada menantunya. "Kudengar kamu dan Evan menangani proyek yang sama," lanjutnya "Celin hanya mengurus bagian desain grafisnya saja, Mah. Bos saya dan Evan yang bertanggung jawab secara keseluruhan," "Begitu juga sudah bagus. Bagaimana kabar kalian?" "Kami baik, Mah." "Kalau cucu Mamah?" "Cucu?" Celin tidak pernah memikirkan tentang anak, ia sendiri tidak tau kenapa sudah dua tahun pernikahan tapi belum hamil, pad

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 9

    Beberapa waktu terlewati, para pekerja sedang mendirikan tiang untuk pijakan, semua tampak baik-baik saja sampai ada satu tiang yang berukuran besar dan panjang sepertinya akan jatuh, para pekerja tidak bisa mengendalikan tiang itu dan akhirnya roboh. "Awas... Awas...!" Teriak para pekerja serempak, Celin menjadi sasaran paling empuk, walaupun posisinya agak jauh, tiang panjang itu masih akan menjangkaunya. Celin yang kaget spontan memegangi kepalanya sambil berdiri untuk kabur. Semua orang juga kaget dan panik, tapi lebih kaget lagi saat melihat Evan berlari untuk menyelamatkan Celin sambil meneriakkan namanya, "Celin...! Awas....!" Teriakan Evan dan dorongannya pada Celin serta jatuhnya tiang terjadi secara bersamaan dan sangat cepat. Semua orang segera berlari mendekatinya. "Evan, kau baik-baik saja?" Tanya Celin, sangat khawatir tanpa memperhatikan sekitar, ia memeriksa tubuh Evan. "Pipimu berdarah, Evan!" "Aku tak apa, orang-orang sedang melihat kita," bisik Evan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 10

    Ternyata setelah kejadian di taman waktu itu, hari-hari Celin menjadi berat, di kantornya ia sering mendengar perkataan tidak menyenangkan dari karyawan, bukan hanya tentang Evan, mereka juga membawa-bawa nama menejernya. "Hei, kau Celin 'kan?" Gadis centil itu tiba-tiba duduk di hadapan Celin sambil berkata dengan arogan. "Iya, kenapa?" Tantang Celin. "Ku dengar kau menggoda Pak Evan, kasi tau tipsnya dong!" "Aku tidak melakukan apa-apa," "Tampangnya saja yang polos, apa Pak Evan masih merasa kesepian setelah kamu menemaninya? Aku mau kok gantian sama kamu, " "Kalian ngomongin apa sih? Udah sok kenal, ngomongnya sembarangan lagi, kalau kamu memang ingin sekali menjual diri, sana cari gigolo, jangan mencemari nama baik Pak Evan," "Kurang ajar sekali," ucap gadis centil itu, ia sangat emosi dan ingin menampar Celin, untungnya ada Pak Yanto. "Apa-apaan kalian ini? Kalau mau melacurkan diri bukan di sini tempatnya," Ternyata Pak Yanto tidak kalah sengitnya. "Apa Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 11

    Celin terbangun tengah malam, Evan tidak ada di sampingnya, mungkin sedang menemani Jeni lagi, Celin berpikir, 'Memangnya untuk apa Evan tidur di sini dengannya? paling kalau ada maunya saja baru dia di sini." Dari pada pusing dengan pikirannya sendiri, ia segera membawa dirinya ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu kembali tidur. keesokannya, ia terbangun lagi dan langsung ditodong oleh Evan. "Pagi ini ikut aku ke perusahaan Mahendra, ada pekerjaan yang harus kamu lakukan," Suara Evan memembuat Celin yang baru saja keluar dari kamar mandi, kaget. "Aku bukan karyawan Mahendra, Pak Evan." Celin terdengar malas. "Ingat tentang kerja sama kita? " "Aku belum mendapat perintah dari atasan." "Saya adalah atasan dari atasanmu, jadi menurutmu siapa yang paling berhak kamu taati." "Iya, baiklah," Celin lebih baik mengalah dari pada harus mendengar kesombongannya. Mereka tiba di kantor perusahaan Mahendra, Celin dibuat terkagum-kagum, gedung milik Mahendra berkali-kali li

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 12

    Evan benar-benar menepati janjinya, setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, ia datang ke kantor Celin. Malah Celin yang menjadi ragu dan ingin membatalkannya, tapi Evan tidak akan pernah menarik kembali perkataannya. Ketika mereka tiba di kantor Celin, mereka menjadi pusat perhatian, dari pintu masuk bangunan tujuh tingkat itu orang-orang sudah langsung sigap berdiri menghentikan aktifitasnya demi memberi sambutan penghormatan begitu melihat Evan. Mereka tetap melakukannya walaupun dengan ekspresi terheran-heran, ada apa sampai Pak Evan Mahendra datang ke kantornya, ditambah lagi ada Celin yang sedang mengekor seperti anak kucing yang berlindung di belakang induknya. Celin buru-buru menyeimbangkan langkahnya dengan Evan lalu berbisik "Evan, sebaiknya kita hentikan ini. Sebenarnya aku tidak terlalu serius." "Tidak apa-apa, aku harus bertanggung jawab atas janji yang sudah kubuat," ucap Evan tidak ingin dibantah. Celin membawa Evan ke lobi kantor yang disiapkan untuk VIP. Evan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 13

    Ketika Celin kembali dari bekerja, ia menemukan Evan di ruang tamu sedang bersandar di sofa tampak memikirkan sesuatu. Sepertinya ia pun baru tiba. Ia tidak peduli dengan kehadiran Celin, Celin pun tidak berminat mau tahu, jadi Celin langsung berlalu ke kamarnya. Ternyata Evan mengikutinya. "Ada apa? Apa kau menyesal dengan apa yang yang kamu lakukan hari ini? Sepertinya kamu memikirkannya." Celin asal menebak. Evan tampaknya tidak tertarik. Ia malah mendekati Celin dan memeluknya dari belakang. "Layani aku, buat aku jatuh cinta," "Aku sudah dua tahun melayanimu, tapi kau tidak jatuh cinta sama sekali, apa kali ini akan berbeda hanya karena kamu berkata seperti itu? Kalau kamu menginginkan tubuhku lagi katakan saja tidak perlu berbelit-belit," "Aku akan mencoba, alasan aku mengatakan hubungan kita hari ini, karena aku ingin tahu seberapa ikhlas aku menerimamu sebagai istriku, ternyata tidak sesulit itu, hanya saja menumbuhkan cinta, kenapa begitu sulit." "Jadi selama dua t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 14

    Celin tidak berani bertemu Evan, ia berharap kesalahpahaman ini segera berakhir dan Jeni baik-baik saja. Jadi ia tinggal di mess perusahaan dekat kantornya, ia benar-benar wanita yang sangat rajin dan pekerja keras, ia masih bisa datang ke kantor untuk bekerja walapun keadaannya sedang carut marut, lehernya yang membiru akibat ulah Evan ia tutupi dengan syal. Orang-orang juga tidak memperhatikan, mereka pikir itu adalah bagian dari outfit yang dikenakan Celin. Di siang hari, Evan tiba-tiba hadir di kantor Celin, ia langsung ke ruangan CEO, Celin hanya menatap kepergiannya sambil menerka-nerka, ia berharap semoga bukan sesuatu yang buruk. "Itu suamimu 'kan? Samperin sana!" Ucap Piya. "Dia pasti ada urusan dengan bos, bukan denganku," "Meskipun begitu dia suamimu, Celin." "Aku tidak berpikir begitu, pekerjaan adalah pekerjaan, urusan pribadi adalah urusan pribadi, kalau dia datang untukku aku akan menyambutnya kalau dia datang untuk pekerjaan aku akan membiarkannya," "Per

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21

Bab terbaru

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 74

    Evan sangat senang bisa mendampingi Celine pergi ke rumah sakit, berbanding terbalik dengan sebelumnya, kali ini ia tidak ingin melewatkan waktu sedetik pun, ia menanti di depan pintu kamar rumah sakit karena Celin melarangnya ikut masuk, reflek mendekati Celine saat melihatnya keluar bersama seorang dokter obgyn. "Bagaimana hasilnya?" Evan bertanya penuh harap. Celine diam saja dengan wajah tanpa ekspresi. "Bu Celine hanya masuk angin, Pak Evan." Evan tampak kecewa, ia lalu berkata, "Yakin sudah memeriksanya dengan baik, Dok?" "Sudah, Pak. Yang sabar ya, Pak. Masih banyak kesempatan kok, kebetulan Bu Celine sedang di masa suburnya, semangat Pak Evan!" ucap dokter. Celine tampak santai sementara Evan diam saja, ia tahu kesempatan itu pasti akan sulit ia dapatkan. "Mohon maaf masih ada pasien, saya lanjut bekerja dulu," "Silahkan, Bu." ucap Celine lalu pergi mendahului Evan. Evan hanya memandangi punggung Celine yang semakin menjauh tapi ia segera menyusul dengan lang

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 73

    Evan terbangun karena merasakan pegal di punggungnya, ia mencoba membuka pintu kamar Celine yang ternyata tidak di kunci, ia memandang punggung istrinya beberapa saat, ia melangkah begitu saja seolah suasana di dalam kamar itu mengundangnya untuk masuk. Ia naik ke tempat tidur lalu meringkuk di atasnya tanpa berani menyentuh Celine. Ia selalu berhati-hati semenjak menyukai Celine, tapi Celine bergerak dan membalikkan badan ke arahnya, Evan secara tiba-tiba meluruskan tubuhnya untuk menyambut uluran tangan Celine yang akan memeluknya, selain tangan, kakinya juga bertengger nyaman di atas paha Evan, seluruh tubuh mereka menempel satu sama lain. Celine membuka mata sambil mengigau, "Kamu tampan sekali, Evan," ia menatap wajah Evan sebentar lalu menutup matanya kembali. "Kalau kamu begini, aku bisa memangsamu kapan saja," gumam Evan yang merasakan sensasi aneh di tubuhnya dan ia sangat mengerti apa itu. Ia mencoba menarik tubuhnya untuk melepaskan diri, untungnya ia berhasil. Ia m

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 72

    Evan menghampiri Celine setelah semua tamu penting itu pergi, dari tadi ia mengawasi Celine, seandainya istrinya itu meninggalkan acara, ia tidak segang meninggalkan semua tamu pentingnya untuk mengejar Celine, untungnya saat ia melihat gerak-gerik Celine akan kabur, ibunya datang. Ia benar-benar bernafas lega. "Ayo pulang bersama," ucap Evan setelah bergabung dengan ibu dan istrinya. "Iya, sebaiknya begitu," sahut Bu Mery tampak bersemangat. Celine mau tidak mau harus ikut dengan Evan, ia tidak tega merusak wajah bahagia ibu mertuanya. "Sampaikan salam Evan pada papah, papah masih sibuk dengan koleganya," ucap Evan. "Siap," sambut Bu Mery. "Kami pergi dulu, Mah," ucap Celine. "Iya, Sayang," Saat berada di dalam mobil, Evan tidak berani bersuara, Celine juga tampak sangat tenang. "Antarkan aku ke kosan," ucap Celine seadanya. "Baik," Evan hanya bisa menurutinya untuk sementara, tadinya ia sudah membayangkan kehidupan bahagia di rumahnya, tapi karena masalah dengan M

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 71

    Evan benar-benar hebat, ia sangat mendominasi, Celine masih belum terlalu yakin bahwa ia menikahi laki-laki tampan yang sedang berbicara dan dikagumi oleh semua orang saat ini, ia belum percaya bahwa ia telah dicintai oleh orang yang tidak pernah membalas perasaannya saat kuliah dulu, ia tidak percaya diri bahwa laki-laki itu sudah mengatakan 'aku mencintaimu' beberapa hari terakhir ini, ia masih ingin percaya kalau tadi pagi laki-laki itu mengatakan dirinya cantik untuk pertama kalinya, ia menangis dengan bingung, Evan melihatnya dari atas podium, membuat suaranya sedikit merendah. "Istriku, Celine!" suaranya menggema di seluruh ruangan. Celine dibuat kaget, ia pun buru-buru menyeka air matanya lalu menatap Evan sambil berbisik di dalam hati, 'Kamu belum berhenti juga, Evan, mau sejauh apa kamu membuatku terjebak dalam hidupmu?' "Dia wanita yang tidak pernah sekalipun kusadari ternyata ikut andil dalam berjuang membangun perusahaan ini, saat aku lelah dengan semua keadaan yang

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 70

    Evan baru saja keluar dari toilet, ia melambat saat melihat Mita tampak menunggunya. Keduanya terlibat saling menatap satu sama lain, Evan menatap dingin sementara Mita tampak menantang untuk berperang. "Aku ingin bicara," ucap Mita. "Silahkan," "Ayo cari tempat sepi," "Baik," Evan berjalan mendahului Mita, karena ia tahu Mita tidak tau tempat itu, ia membawa Mita ke sebuah taman sepi yang baru saja ditanami pohon. "Ada apa?" tanya Evan santai. Mita tidak langsung menjawab, ia mengamati wajah Evan yang tampak datar. "Ternyata semua memang sudah berubah, aku datang terlambat," ujar Mita. "Maksudnya," "Aku datang karenamu, Evan, Maafkan aku karena pergi seperti itu," "Kau memang sangat terlambat, aku sudah menikahi dan mencintai dua wanita di belakangmu, apa kamu pikir masih ada rasa yang tersisa untukmu?" "Evan, aku rela menjadi yang kedua bahkan ketiga, aku masih seperti dulu, aku masih mencintaimu," "Maaf, buang saja rasa cintamu itu, aku sudah melalui bany

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 69

    Acara ulang tahun Evan dimulai saat malam hari tiba, tamu-tamu penting sudah berdatangan, acara ini dibuat bukan semata-mata untuk ulang tahun, ada maksud tertentu yang dapat menguntungkan dunia bisnis keluarga mereka, selain itu, Evan ingin memperkenalkan Celine kepada dunia. Melihat suasana itu membuat Celine menjadi gugup. Evan dapat merasakannya. "Kenapa? Apa kamu gugup?" "Sedikit," "Santai saja, status mereka semua berada di bawah suamimu ini," ucap Evan berlagak angkuh sambil tersenyum manis pada Celine. Jantung Celine dibuat begitu berdebar, seperti saat pertama kali jatuh cinta pada Evan. Ia bahkan merasa apakah ini mimpi? "Aku takut mengacaukan semuanya," "Selama ada aku semua aman," "Ngomong-ngomong, aku ingin memberimu hadiah tapi aku lupa membawanya masuk, masih tertinggal di dalam mobil," "Tidak apa-apa, kamu adalah hadiah untukku," ucap Evan. 'Kenapa semudah ini jantungku berdebar," sesal Celine di dalam hatinya, ia merasa kesal karena tidak bisa mengend

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 68

    Evan keluar dari kamar mandi dan mendapati Celine yang sudah rapi dengan penampilannya, Evan terkesima untuk ke sekian kalinya, Celine benar-benar cantik, tapi ia masih canggung untuk memujinya secara terang-terangan, ternyata Celine juga sedang terpesona pada Evan untuk yang kesekian kalinya, dulu ia selalu menantikan penampilan Evan saat keluar dari kamar mandi dengan dada telanjang dan rambut basah yang meneteskan air ke bahunya yang kokoh, pesona Evan tidak pernah pudar dan selalu membuatnya melongo. Mereka menjadi canggung satu sama lain saat menyadari keheningan masing-masing, layaknya remaja yang saling jatuh cinta. "Aku sudah selesai," ucap Celine memecah keheningan. "Oh, oke," balas Evan sambil mengusap tengkuknya karena canggung. "Ini milikmu," Celine menyerahkan paper bag milik Evan. "Terimakasih," ucap Evan. Baru kali ini Celine melihat Evan tampak malu-malu, dahulu Evan adalah manusia egois dan dingin. "Aku akan menunggu di ruang tamu," Celine gegas meninggalkan

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 67

    Evan menatap Celine sangat dalam dan hangat, Celine begitu salah tingkah karenanya, apa begini rasanya dicintai? Meski cukup terlambat ia menghargainya, ia bahagia, kesalahan selama dua tahun dan perjuangan semasa kuliah terbayarkan tapi ia masih bersikap hati-hati. "Sekarang apa?" ucap Celine tiba-tiba saking gugupnya. Alis Evan terangkat sambil tersenyum penuh makna lalu berkata, "Aku bisa salah paham kalau kamu bertanya seperti itu," goda Evan, biasanya ia akan langsung mengerjai Celine tanpa rasa canggung, sekarang ia begitu berhati-hati dan menghargai perasaan Celine. "Tidak, bukan itu maksudku. Ah, kenapa jadi gugup begini?" Celine menjadi sangat bingung. "Nggak usah khawatir, aku tidak akan melakukan apa-apa tanpa persetujuan kamu, tapi izinkan aku melakukan sesuatu," ucap Evan. "Ah iya," Celine menjawab secara asal membuat Evan tersenyum dan mendekatinya. Ia mengecup kening Celine cukup lama, membuat aliran darah di tubuh Celine bekerja lebih cepat. "Anggap saja in

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 66

    Tiga jam kemudian Celine kembali ke ruang tamu untuk mengecek keberadaan Evan, ternyata Evan masih ada dan sedang tidur di atas sofa. Celine mendekat dengan hati-hati, ia berlutut di depan Evan lalu berbisik, "Selamat ulang tahun, Evan!" Evan tiba-tiba membuka matanya, ia memandang tepat ke dalam mata Celine lalu bergumam, "Terimakasih, Celine." Celine sedikit terhenyak karena merasa terpergok mengamati Evan yang sedang tidur. "Akhirnya aku mendengar ucapan yang paling ingin ku dengar, meskipun terlambat dari perkiraanku," Evan berusaha bangun sambil tersenyum simpul. Celine sedikit bingung mendengarnya. "Apakah itu penting?" "Sangat penting, aku belum pernah seantusias ini di hari ulang tahunku, semua berkat kamu, ini sedikit melukai harga diriku tapi kamu harus tau agar kamu sedikit menghargai perasaanku, aku sengaja datang lebih pagi agar mendengar itu pertama kali dari mulutmu," "Terus kalau aku mengatakan itu sejak awal apa manfaatnya untukku, sekarang saja aku s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status