Home / Romansa / Antara Dilema & Cinta / 1. Kecoa Terbang

Share

Antara Dilema & Cinta
Antara Dilema & Cinta
Author: Faver

1. Kecoa Terbang

Author: Faver
last update Last Updated: 2022-05-16 17:33:30

Teet...teet....teet....

Alarm digital terdengar menggema di kamar Gracia. Kamar besar yang bisa dibilang mewah.

Namun karena Gracia tidak pernah mau membersihkannya, apalagi setiap kali dia menghabiskan semangkok mie ayam Mang Parman, sebotol air soda, buku-buku romantis ala drakor yang baru ia baca semalam.

Kamarnya seperti layaknya sarang tikus.

Direntangkan tangannya, keluar dari selimut. Selimut tebal yang ia tutupi sampai wajahnya. Tangannya meraba-raba ke meja di sampingnya. Sampai ia menemukan target, dipencetnya kasar.

"Hoam..., Kenapa hari ini harus senin lagi? Tidak bisakah aku tidak harus bekerja di kantor sialan itu." gerutunya.

Matanya nampak seperti zombie pagi ini. Semalaman, setelah ia membaca buku novel, ia lanjutkan dengan menonton drama korea.

Apapun drama korea yang trending apalagi terbaru pasti masuk ke dalam daftarnya.

"Gracia, ayo makan! Sudah jam berapa ini?" teriak Ibu Gracia. Arahnya dari lantai bawah, lebih tepatnya di dapur.

"Iya. Setelah aku mandi ya!" teriaknya balik.

Pagi ini alarmnya berbunyi telat. Ia salah mengatur jamnya.

"Aaaa!" teriaknya sekali lagi. Ia melompat-lompat tak karuan di kamar mandi.

Ibunya yang di bawah, bergegas naik tangga, memastikan anaknya tidak menghancurkan barang lagi. Ibunya sudah terbiasa, jika barang milik Gracia rusak. Ceroboh.

"Barang apa lagi yang kau rusakkan, Gracia?"

"Ada kecoa lewat, ma!" Ia bergegas keluar dari kamar mandi. Berlompatan geli. Masih terbayang saat kecoa itu balik memandangnya sebelum kecoa itu pergi entah kemana, "Iih!!!"

"Makanya, Mama kan udah pernah bilang, rapikan barang-barang kamu. Atau setidaknya itu tuh...bekas makananmu taruh di dapur atau buang ke tong sampah. Ngeyel sih jadi anak." Ibunya memang cukup geram dengan anak gadis satu-satunya ini.

"Coba lihat abangmu itu loh...kamarnya rapi, bersih, wangi lagi..kok anak-anak mama semua kebalik. Haduhhh...bisa pusing Mama. Ayo, cepetan turun. Udah jam berapa tuh, "

"Lalu kecoanya?"

"Ajak sarapan bareng aja di bawah."

"Mama!!!"

Dua puluh menit kemudian. Gracia sudah rapi. Hari ini ia memakai setelan berwarna merah muda. Warna kesukannya. Baju putih dengan jas lengan panjang dan celana panjang berwarna merah muda.

Kemudian, mengambil tas jinjing kecil berwarna putih. Melempar HP, bedak, lipstik, tisu, kunci rumah dengan asal ke dalamnya.

"Ciee..yang habis dimarahin mama, hahahaha", olok Abang Gracia.

"Dasar, sok rapi. Anda cowok atau bukan?"

"Dasar, kotor. Anda cewek atau bukan?"

"Iih"

"Iih"

"Sekali lagi kau ngulang kalimatku. Kulempar kecoa ke mulutmu,"

"Coba aja. Mana kecoanya?"

"Belum ketemu. Tunggu kalau ketemu, kuminta dia mampir ke kamarmu." Gracia memakan sandwichnya dengan gusar. Sambil meminum segelas susu hangat.

Tiba-tiba Abang Gracia terdiam. Wajahnya mendekat ke arahnya. Berbisik. "Itu di belakangmu ada kecoa loh."

"Apa?" spontan ia teriak dan berdiri. Tangannya menyenggol segelas susu hangat. Isinya tertumpah ke meja, mengalir terus ke lantai.

"Hahahaha", gelak tawa abangnya menggelegar.

"Iiih, Eric!"

"Apa lagi ini? Astaga, Gracia! Kamu mau pecahkan gelas mama juga? Itu gelas mahal loh. Papa beli di Paris sana. Jauh-jauh naik turun pesawat. Kamu mau pecahkan begitu aja?" Ibu melipat kedua tangannya di dada, "Dan jangan panggil abangmu hanya dengan nama. Tidak sopan."

"Kami cuman beda setahun, Ma. Salahnya dia kenapa lahir duluan."

"Eh, Gracia..!"

"Aku pergi dulu. Bye-bye." Ia mengambil potongan terakhir sandwichnya. Lalu segera berlari. Mengambil skuternya. Lalu melaju ke jalanan.

'Sial, aku seharusnya tidak mempercayai keisengan Eric. Jadinya aku lagi yang kena marah, Sial'

Skuter hijaunya melaju ke jalanan besar. Lagi-lagi yang ia ketemu adalah kemacetan. Setiap mendekati jam delapan pagi, pasti ada aja kemacetan.

Ditambah truk-truk pengangkut bahan pokok serta bahan bangunan. Menambah ketakutan hakiki jika tertimpak olehnya.

"Kau telat lagi Gracia!" Seorang wanita berambut pendek berdiri di depan pintu. Di bagian depan pintu tertulis "Ruang editor".

"Maaf, bu! Tadi jalanan macet sekali. Aku sudah berusaha nyelip dari tadi," jawabnya ngos-ngosan. Ia hampir kehabisan napas.

Bagaimana tidak? Jarak antara parkiran dan mesin absen kira-kira sepuluh meter jauhnya. Belum lagi, mesin absen adalah langganan antrian setiap pagi. Gila.

"Rumah kita searah. Tapi saya tidak ada kemacetan apapun. Mulus-mulus saja. Kamunya saja yang bangunnya telat. Anak gadis kok kalah sama ibu-ibu. Cih." Ia membalikkan badannya. Masuk ke dalam kantor. Duduk di tempatnya.

'Yah gak macet lah, yang diantar jemput sama suami tercinta setiap hari. Belum lagi nyetirnya.. wuhuuu...pembalap kelas dunia aja kalah.'

Gracia memicingkan matanya, tajam ke arah wanita itu. Wanita itu sudah duduk dan kepalanya telah terbenam, ditutup oleh layar komputer.

"Sabar Gracia. Dia itu seniormu loh itu!" Kini seorang gadis berdiri di belakangnya. Ia baru saja keluar dari ruang editor. Namun, ada lain satu hal yang membuatnya harus kembali ke ruangan itu.

"Sabar kamu bilang? Aku telat ditegur, anak-anak lain telat ditegur. Kalau dia telat? Kenapa gak ada yang mau tegur?" Gracia geram. Ia menggigit bibir bagian bawahnya.

"Makanya jadi kepala dulu sana. Itu saatnya dirimu tegur yang lain. Gimana?"

"Tak lucu Ananta." Mukanya merengut. Ia menoleh sedikit ke arah tangan Ananta, melihat berkas-berkas yang digenggam sahabatnya ini. "Revisi lagi?"

"Iya. Ini udah yang ketujuh kali."

"Emang itu orang minta disambal otaknya. Tak tahu apa dirimu udah kerja barang itu terus menerus dari dua minggu yang lalu?"

"Sudah-sudah. Itu urat lehermu itu loh. Udah mau keluar kayaknya. Hahahaha."

"Oo..udah pandai nge-bully ya kamu."

"Piece. Udah-udah ayok. Bantu aku revisi ini yuk. Wahai, editorku!"

"Iya, iya. Wahai penulisku!"

Related chapters

  • Antara Dilema & Cinta   2. Dasar Siput

    Ananta, ialah namanya. Seorang penulis di sebuah perusahaan penerbit. Pagi ini, seperti biasa ia memencet setiap alarm yang dipasangnya sebanyak tiga kali."Ananta, ayo bangun! Alarm kamu udah bunyi entah berapa kali. Masih belum bangun juga?" Ibunya masuk ke dalam kamarnya. Menggeser tirai jendela sedikit, supaya cahaya matahari bisa masuk. Menghangatkan kamarnya."Iya, ma. Ini aku bangun." Ananta duduk di atas tempat tidurnya. Rambutnya yang lurus sebahu tergerai indah. Tak kusut sama sekali. Keturunan keluarga.Semua anggota keluarganya termasuk dirinya, mempunyai rambut lurus berwarna hitam legam. Bahkan hanya disapu dengan tangan saja, sudah rapi. Sisir saja tak ada gunanya di rumah mereka."Sarapan bentar lagi siap ya! Mama ke dapur dulu.""Iya."Berbeda dengan kamar Gracia. Kamarnya Ananta terbilang kecil. Hanya sebuah tempat tidur, lemari baju, meja rias, dan sebuah meja belajar. Namun, jika dibandingkan. Kamar Ananta jauh lebih rapi dan bersih.Walaupun ya memang, mereka memi

    Last Updated : 2022-05-16
  • Antara Dilema & Cinta   3. Irasshaimase

    "Gracia, habis ini kami mau nongkrong. Teman-teman dari divisi penulis juga ikut. Kamu ikut gak?""Nggak deh. Malas. Kalian aja.""Tak seru, iih. Ananta aja ikut loh!""Aku mau ketemu suamiku malam ini. Tak bisa!""Suami pula. Pasti artis K-drama. Memangnya ia kenal dirimu?""Sst...kalian gak tahu aja. Tiap malam kami teleponan." Ia mendekatkan jari telunjuknya ke bibirnya."Nampaknya pengen kupanggil Ananta nih! Aku minta dia bujuk kamu.""Ayolah, Gracia. Kita mau ke restoran sushi loh. Yang baru buka minggu kemarin itu loh.""Iya-iya. Aku ikut! Ngeselin emang kalian!"Ruangan riuh sesaat. Kemudian, diam seketika saat Bu Lina masuk ke dalam ruangan. Semuanya kurang suka padanya. Bossy, katanya.Seorang karyawan dari ruang editor, pergi ke ruang penulis. Memberitahu jika acara nongkrong malam ini akan diadakan di restoran sushi sekitar sini.Ananta mendengarnya, menatap sekilas. Lalu, melanjutkan kembali. Begitulah ia, tak banyak bicara saat bekerja. Nongkrong ya urusan nanti.Pukul l

    Last Updated : 2022-05-16
  • Antara Dilema & Cinta   4. Hujan Deras

    Kantor dengan empat lantai itu terlihat gelap dan sepi. Hanya ada satu satpam yang sedang duduk di pos, sedang satu satpam lainnya berpatroli di dalam kantor.Ananta mengetuk pagar besi dengan kunci motornya. Seorang satpam yang tadinya duduk di pos segera berlari menghampirinya, "Eh mbak Ananta. Malam-malam kesini ada apa ya? Ada barang ketinggalan?""Bukan. Barang saya aman kok. Aku mau lembur sebentar. Ada kerjaan yang harus diselesaikan malam ini.""Oo begitu ya mbak. Silakan masuk!""Ngg, bagaimana saya bisa masuk ya? Pagarnya masih digembok.""Oalah mbak. Maaf-maaf mbak. Saya lupa. Tunggu sebentar. Saya bukakan." Satpam itu segera mengambil kunci dari saku celananya. Segera ia menstarter skuternya, masuk ke dalam parkiran."Terima kasih pak!""Sama-sama mbak!"Ia berjalan masuk ke dalam kantor. Pintu depan tidak dikunci, karena masih ada satpam yang berpatroli di dalam.Dalam ruangan terbilang cukup gelap. Hanya ada beberapa kilasan lampu dari luar. Dari arah balkon dan parkira

    Last Updated : 2022-05-16
  • Antara Dilema & Cinta   5. Pria tak Dikenal

    Setelah dari restoran sushi, Gracia segera meluncur pulang ke rumah. Jalanan lengang. Mungkin karena jam pulang kantor sudah lewat, pikirnya. Udara kian menusuk. Salahnya juga tidak mengenakan jaket. Sangat risih soalnya.Ia lebih suka mengenakan cardigan, tidak berat dan lebih simpel. Lebih modis juga tentunya.Tak sukanya nongkrong ya begini. Pulang pasti malam. Belum lagi perjalanan ke rumahnya bisa memakan waktu tiga puluh menit dari arah restoran tadi. Belum ditambah macetnya. Dibilang dekat dari kantor dari mana. Itu ujung ke ujung kali.Wah, idolaku. Tunggu aku sampai rumah ya."Gracia, masih mau makan gak?" tanya ibunya."Nggak ma. Udah kenyang." teriaknya dari arah ruang tamu."Habis dari mana aja kamu? Tumben pulangnya agak malam.""Biasa, teman-teman kantor. Ajak makan tadi. Aku langsung ke kamar ya ma. Sekalian bersih-bersih.""Jadi mama gak perlu panasin sayur deh. Balik nonton ah."Ibu dan anak sama aja. Sama-sama suka nonton.Drrt...drrt...drrt...Gawainya bergetar. Dir

    Last Updated : 2022-05-16
  • Antara Dilema & Cinta   6. Sok Kepedean

    Semilir angin masuk melewati jendela yang tak tertutup rapat.Drrt..Sebuah chat masuk"Gracia, jika kamu sudah baca. Segera hubungi ibu kembali ya!"Namun, tentu saja gawainya masih ada di atas kasurnya."Memangnya kamu siapa?" Gracia balik bertanya."Gak mungkin dirimu akan kuingatkan dengan kejadian yang bisa malu-maluin aku. Jadi, mm ... apakah kau masih ingat dengan seorang anak laki-laki yang dengan sengaja kau ngompol di atas pangkuannya?"Gracia duduk kaku. Ia mencerna. Anak laki-laki itu adalah..."Nicholas?" tanyanya mengonfirmasi."Hahaha, akhirnya gadis kecilku mengingatnya." Pria berbadan kekar itu mengacak-acak rambut Gracia. Semakin kusut tentunya."Iih, apaan sih?" Cepat-cepat Gracia menyingkirkan lengan pria itu.Sebelum ia nantinya terlepas kendali. Apalagi baru saja ia mengecap bibir manis pria itu."Berarti kejadian barusan akan menjadi memori baru kita." Ia tersenyum, masih menatap Gracia dengan lembut.Balutan mukanya terlihat segar. Ia mengenakan baju kaos lenga

    Last Updated : 2022-05-16
  • Antara Dilema & Cinta   7. Jangan Pernah Pakai Baju itu Lagi

    Pukul 12 malam. Gracia mulai tidur dari pukul 10 malam. Setelah Nicho dan Eric mengacaukan isi dapur.Sementara, bibi yang biasa beres-beres rumah hanya akan kembali saat pagi hari. Jika dapur yang kotor ini dibiarkan sampai besok pagi. Sudah terbayang bagaimana raut wajah mamanya.Serpihan kentang goreng bertebaran dimana-mana. Kulit ayam goreng juga tak ketinggalan eksis. Ada di meja sampai lantai."Eh, Eric, Nicho. Kalian ya keterlaluan. Dapur dibiarkan acak gini." Gracia mengomel."Yah, emang napa sih. Kan baru makan, yah berantakan lah. Kalau mau rapi itu bukan makan. Tapi makanannya ditatap doang. Lagian situ juga makan kok. Tak perlu keluar uang lagi. Gratis." Eric masih fokus dengan permainan di gawainya.Adu perang dengan tim lain. Jangan sampai ia dan Nicho, defeat."Yah, habis makan bersihin kenapa sih?" Ia turun dari kursi makan. Berjalan cepat ke ruang tengah.Sayangnya, ia tidak memperhatikan bahwa celana pendeknya terangkat sam

    Last Updated : 2022-06-20
  • Antara Dilema & Cinta   8. CEO Baru

    "Selamat pagi semuanya! Saya Bu Lina, Senior Editor yang akan mengawali jalannya pertemuannya ini. Karena ada lain satu hal CEO akan sedikit terlambat karena ada hal darurat yang membuat beliau tidak bisa hadir tepat waktu. Mari kita mulai dengan presentasi dari Bu Ananta."Seluruh mata tertuju kepada Ananta. Ia duduk di barisan tengah di antara meja panjang itu. Sedangkan matanya sendiri kalang kabut. Bingung harus menatap siapa.Gracia yang duduk di sampingnya menyikut lengan kanan Ananta. "Ayo, maju!" bisiknya pelan.Tubuhnya kaku. Seperti pantatnya tertempel di kursi rapat yang dinginnya luar biasa. Ia harus bersusah payah beranjak berdiri. Air Conditioner (AC) di ruang rapat hari ini berfungsi sangat bagus hari ini."Bu Ananta, waktu dan tempat dipersilahkan." Bu Lina mengundang kembali. Ia mencuri pandang ke bangku Ananta. Takut-takut kalau Ananta tidak mendengarnya sedari tadi.Ananta menelan ludah untuk kesekian kalinya. Berjalan melewati bangku karyawan-karyawan lainnya.Seka

    Last Updated : 2022-06-22
  • Antara Dilema & Cinta   9. Bos Gila

    "Pak Nicho adalah pengganti saya. Beliau adalah CEO baru dan beliau juga memang sudah berkecimpung di dunia penerbitan. Ia adalah CEO dari PT. Nicho Jaya Prima. Pasti kalian tidak asing mendengar nama perusahaan tersebut. Perusahaan baru yang langsung masuk ke dalam daftar top ten. Pak Nicho, perusahaan kami akan banyak belajar darimu."Bu CEO menepuk tangannya terlebih dahulu. Lalu, diikuti dengan para karyawan lainnya, spontan bertepuk tangan dan berdiri."Bu Pramita, justru saya yang harus banyak belajar dari Anda. Perusahaan penerbitan Anda sudah lama eksis. Selalu dalam daftar top five dalam sepuluh tahun terakhir ini." Nicho mendongakkan kepalanya, memandang tampilan video call di dinding. Ditampilkan dengan proyektor."Semua itu berkat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai PT. Pramita dan kami juga memiliki para pegawai yang sungguh berdedikasi tinggi dengan PT. Pramita. Tanpa kalian semua, perusahaan penerbitan kita belum tentu bisa seprestasi saat ini.""Baiklah, saya har

    Last Updated : 2022-06-24

Latest chapter

  • Antara Dilema & Cinta   140. Baiklah, Mari Kita Coba Pacaran!

    "Saya mencintai Ananta. Tetapi, saya juga ada etikanya Stanley. Saya tidak akan merebut pacar orang." Nicho melepaskan genggaman eratnya. Menatap Ananta lamat-lamat."Namun, saya bisa pastikan, saya yang akan jadi orang pertama yang akan merebutnya jika kamu menyiakan-nyiakannya,"Nicho berbicara dengan lantang.Dari jauh, Violla mengintip. Ia tak mungkin akan melewatkan kejadian seru ini. Walaupun kehadirannya memang tidak berarti jika dia ada disana.Tentu saja Nicho akan mengusirnya."Apakah aku memang sudah tidak bisa kembali dengan Nicho?"Drrt. Gawainya bergetar."Hallo, baby! Kamu jadi datang ke pestaku?" Seorang pria meneleponnya."Iya. Aku datang." Violla dengan cepat menjawab. "Aku akan mencoba untuk mencintai pria lain. Selamat tinggal Nicho!""Ana, kamu tidak marah sama atasanmu ini? Lancang sekali dia ngomong begitu." cerca Stanley. Ia mendengus. Kakinya menendang sebuah kursi plastik sampa

  • Antara Dilema & Cinta   139. Hanya Sedikit Orang yang Bisa Menemukan Cinta Sejati

    Malam ini angin tak berhembus sama sekali. Walaupun Nicho, Stanley, Ananta, dan Gracia berada di tempat terbuka.Ananta masih menahan marah atas tuduhan Stanley yang tidak jelas. Yah, memang dia juga merasa bersalah. Ia mulai ragu dengan dirinya sendiri. Apakah memang harus putus?Stanley tak terima jika ia yang harus terus mengalah. Apalagi ia butuh dukungan emosi karena masih merintis usahanya. Usaha kedai kopi impiannya. Ia ingin segera mendapatkan uang yang banyak supaya bisa menghalalkan Ananta. Tapi, kenapa semakin hari hubungannya dengan Ananta semakin memburuk?Gracia gemas dengan dirinya sendiri. Kenapa tak seorang pun yang mengerti keadaannya. Semua terasa menjauh dan selalu saja membela Ananta. Padahal bukannya dia korban atas kejahatan Ananta?Nicho tak habis pikir, kenapa masalah simpel yang muncul ini bisa seruwet ini. Dari Gracia dan Ananta yang salah paham. Stanley yang protektif dengan Ananta.Padahal semua itu terjadi hanya karena kurang komunikasi. That's it."Nicho

  • Antara Dilema & Cinta   138. Masih Berani Kamu Menampakkan Diri di Hadapanku?

    Kantor sudah sepi. Ananta melirik jam tangan yang dikenakannya. Pukul 20.31.Sepanjang jalan ia hanya menemui rumput hijau taman kantor dan lampu kantor di sisi taman."Sepertinya aku tunggu di pos satpam saja." gumamnya.Ia merapatkan jaket yang ia kenakan. Menuju pos satpam yang hanya memerlukan sekitar sepuluh langkah.Sesampainya ia disana, ia tak menemukan seorang pun."Televisi masih nyala. Lampu di pos juga masih nyala. Kemana Bapak satpamnya? Apa mungkin pratoli?"Ananta adalah tipe orang yang positif. Bahkan dalam hal ini saja ia tidak berpikir negatif mengenai keberadaan satpam ada dimana.Ia tak ambil pusing. Menarik salah satu kursi bakso disana dan duduk."Apa Pak Nicho masih lama?" gumamnya."Ananta!" panggil seseorang dari belakang."Stanley? Kenapa kamu selalu muncul tiba-tiba?" Ia menoleh ke belakang. "Dan kamu mengagetkanku,""Yah, tentu saja bisa. Karena pesanku dari tadi saja belum dibaca. Kalau kamu nggak di hotel, yah pasti di kantor," lanjutnya sambil mengambil

  • Antara Dilema & Cinta   137. Kenapa Aku Selalu Kalah Debat darinya?

    Nicho kembali ke meja kerjanya. Setelah minum segelas air gula, ia merasa kondisinya mulai pulih kembali.Dengan langkah yang masih terasa berat dan kepalanya masih terasa sakit, ia bergerak. Berjalan beberapa sentimeter dan duduk dengan mantap di kursi kerjanya.Matanya langsung menangkap benda kecil berwarna merah yang diletakkan di atas laptopnya. Sebuah flashdisk."Ini bukannya flashdisk yang kupinjamkan kepada Ana? Apakah pekerjaannya sudah selesai?"Nicho membuka laptopnya dan memeriksa data yang berada di dalam flashdisk.Ia membaca dengan seksama setiap kata. Setiap kalimat. Setiap paragraf. Matanya berbinar.Ia menegakkan badannya."Ini baru naskah yang ingin kubaca. Tidak salah jika Ananta bisa dijadikan calon kepala divisi penulis. Tetapi sepertinya aku harus mempertimbangkannya lagi. Hubungan dia dan Gracia telah usai. Hal ini pasti akan menjadi hambatan dalam kinerja kerja. Apalagi gosip tidak sedap yang ter

  • Antara Dilema & Cinta   136. Aku tidak perlu Memberitahumu, Karena Tidak Ada Untungnya Bagiku

    "Aku tanya dan kalian malah bengong disini. Nicho yang kalian maksud itu Nicholas Alexus bukan?" Violla bertanya memastikan. Kini ia menggebu-gebu. Ia harus segera tahu jawabannya.Kali ini siapa lagi yang bisa ambil hati selain Gracia. Tetapi itu nggak mungkin. Jika iya, apakah wanita itu lebih baik daripada Violla?"Kamu seharusnya jawab dulu pertanyaanku," Stanley nggak mau kalah. Jika ia harus menjawab, setidaknya lawan bicaranya dulu yang harus menjawab. Itu yang namanya baru adil."Aku rasa, pertanyaanmu tidak penting. Aku itu punya kaki dan punya uang. Aku bisa kemana aja yang aku mau. Bahkan kalian bisa disini saja, aku tidak perlu harus bertanya panjang lebar, kenapa kalian ada di Jakarta,""Kamu membuntutiku ya? Dan kenapa kamu bisa kenal sama Nicho?" Stanley bertanya lagi. Otaknya kini haus akan jawaban."Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan yang tidak penting," geramnya.Ia menggeser pandangannya ke arah Gra

  • Antara Dilema & Cinta   135. Masih Gracia & Nicho Kecil part 3

    "Ini soal apaan sih? Matematika kok malah buat kepala jadi mumet. Nah gini nih, catatan diajarin gimana. Tugasnya kayak gimana. Ini sih Nicho harus kesini. Nggak mau tahu. Masa dia bisa tidur nyenyak dan aku begadang kayak gini,"Eric beranjak duduk ke tempat tidurnya. Duduk disana dan menyentuh layar gawainya. Mencari kontak Nicho."Apaan?" Nicho menjawab dari seberang."Eh, orang kalau angkat telepon itu bilang hallo. Bukan apaan?""Itu untuk orang lain bukan untukmu. Karena kalau kau telepon malam-malam pasti ada maunya,""Tahu aja,""Iya, adanya tahu aja, tempe lagi habis,""Sekarang ke rumah aku!""Nggak,""Cepat banget jawabnya. Sat set tanpa mikir. Mikir dulu kek. Yakin? Nggak mau pikir dua kali?""Kenapa harus pikir 2 kali?""Gracia belum tidur loh!"Nicho tersontak. Yang tadi posisi tidur di atas ranjangnya. Ia bangkit duduk."Lalu, apa. Kenapa. Apa hubungann

  • Antara Dilema & Cinta   134. Gracia & Nicho Kecil part 3

    Restoran makanan penutup sedang tidak ramai. Selain Gracia dan Stanley. Hanya ada 2 meja yang terisi.Mungkin sekarang kebanyakan orang mencari makanan berat setelah lelahnya bekerja seharian. Mencari rezeki untuk menikmati makanan enak setiap hari.Gracia menatap tajam ke arah Stanley. Tentu saja ia tak bisa menerima pria bucin di depannya ini menghina Nicho. Nicho yang adalah sahabatnya dari kecil dan sebenarnya juga cinta pertamanya.Cinta pertama yang ia sendiri kandaskan begitu saja.Masih ingat dengan kejadian bab 99?Inilah sambungannya.Setelah Eric meninggalkan Nicho dan Gracia di sekolah. Nicho tak langsung mengantar Gracia pulang. Ia mengajak Gracia untuk makan sore terlebih dahulu."Kamu ajak aku makan bakso? Aku nggak ada selera,""Hei, makan selagi kamu masih bisa makan. Kita hidupnya masih enak. Masih bisa makan apa yang kita mau,""Bukan itu maksudnya,""Atau kita makan es krim

  • Antara Dilema & Cinta   133. Ada yang Salah Sama Nicho, Apa Jangan-Jangan...

    "Ananta itu keterlaluan. Sok jodohin aku sama Nicho. Tanya-tanya ke aku, masa nggak cinta sama Nicho. Pret. Busuk itu semua," Gracia mengomel. Ia tak mau lebih lama disana. Sudah 10 menit yang lalu ia pergi dari kantor Nicho.Sekarang ia duduk di sebuah kedai kopi. Seperti biasa ia memilih kopi sebagai pendampingnya."Eh, ada Gracia disini. Aku boleh duduk disini?" Seorang pria mendekat."Stanley? Kok kamu bisa disini?" Gracia bertanya dengan bingung."Pertanyaanku dijawab dulu dong!""Nggak boleh. Duduk di kursi lain aja. Aku lagi pengen sendiri,""Tapi aku lagi mau ngobrol sama kamu. Gimana?""Kalau kamu nggak pergi. Aku yang pergi. Bye." Gracia turun dari kursi tinggi kedai. Mengambil gelas strerofoam yang masih berisikan dengan kopi panas."Hei!" panggil Stanley. Ia menyusul sampai ke luar kedai dan terus membuntuti Gracia.Gracia terus berjalan. Menyeberang di penyeberangan jalan, melewati taman ke

  • Antara Dilema & Cinta   132. Iya, Aku Mencintaimu

    Ananta melihat ke kiri dan ke kanan. Sepi. Di ruangan kerja sebesar itu hanya dia seorang."Kalau aku turun ke bawah, mungkin tidak apa-apa kali ya? Tapi kalau Pak Nicho memang butuh bantuan cepat gimana? Aku cek dulu aja deh."Ia berjongkok. Ini pertama kalinya ia melihat wajah Nicho sedekat itu. Wajahnya kalem dan tenang. Alisnya tebal dengan bulu mata yang melengkung indah di kedua mata. Bibir semerah buah delima dengan kulit berwarna kulit langsat."Ternyata jika dipandang dekat dan saat tidak sedang berekpresi, muka Pak Nicho lebih bersinar. Apa yang membuatnya memiliki beban sebesar ini?""Pak Nicho!" Ia memanggil dan mengguncangkan tubuh Nicho dengan pelan. Namun, Nicho tak ada pergerakan sama sekali."Maaf pak. Saya izin sentuh kening Bapak ya! Astaga, panas sekali. Ini sih demam. Sebentar pak! Saya panggil satpam untuk bantu ya!" pekiknya.Saat Ananta sudah akan berdiri, Nicho menarik pergelangan tangannya. "Jangan tinggalkan aku! Jangan! Saya mohon, Gracia."Ananta kembali b

DMCA.com Protection Status