Setelah mengonsumsi obat, Kakek merasa jantungnya tidak berdebar lagi. Dia tahu bahwa Harvey tidak bodoh dan selalu berpengalaman. Dia yakin bahwa Harvey pasti akan selamat.Namun ....Kakek bisa membayangkan pemandangan kobaran api yang besar ketika dia menutup matanya. Manusia sangat tidak berdaya di hadapan bencana besar seperti itu.Sama seperti keahlian bela dirimu tidak akan berguna ketika bertemu dengan longsor salju.Melihat wajah Kakek yang lelah, kepala pelayan segera menasihatinya, "Tuan, jangan terlalu khawatir. Api di tempat kejadian masih belum padam. Udara di sekitar penuh dengan gas berbahaya. Orang-orang kita sudah pergi mencari Tuan Muda Harvey dan segera akan ada hasilnya."Kakek yang bersandar di kursi rotan itu mendongak, kedua tangannya berada di dahinya. "Kalau anak nakal itu benar-benar meninggal di sana, bagaimana aku akan menjelaskan kepada neneknya saat aku pergi ke dunia sana."Kepala pelayan berdiri di samping. Saat dia menatap rambut putih tuannya, dia bar
Di bawah cahaya api, laut terlihat seperti monster yang sedang mengaum.Eri menjelaskan apa yang sudah terjadi, "Nyonya, sebelum orang-orang kita mendekat, sudah terdengar suara ledakan dari arah Tuan Muda Harvey berada. Saat kami tiba, situasinya sudah nggak terkendali dan kami nggak membawa masker gas. Selain itu, kobaran apinya terlalu besar dan ada penembak jitu di kejauhan, jadi ...."Eri terlihat sangat menyesal. Dia sungguh tidak menyangka bahwa musuh akan begitu kejam sampai membuat rentetan jebakan. Sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk hidup.Mereka memanfaatkan Harvey yang ingin menangkap mereka hidup-hidup dan membuat rencana besar untuk menjebak Harvey.Ellia terlihat masam dan berkata, "Kudengar beberapa bulan lalu, orang itu mengirim ratusan tentara bayaran elit untuk membunuh Selena. Sekarang Selena sudah berada di luar negeri, tetapi bagaimana dia bisa langsung tahu keberadaannya begitu cepat? Dia juga mempersiapkan semua ini dalam waktu sangat singkat. Siapa s
"Yah, mendengar suaramu masih begitu keras, aku merasa lega." Suara Naufan yang tenang itu terdengar dari ruang tamu.Dalam beberapa tahun ini, Naufan sudah beberapa kali mengunjungi ayahnya, Leo Irwin, tetapi selalu diusir oleh orang.Setelah itu, dia tidak pernah datang lagi karena merasa dipermalukan. Namun berbeda dengan hari ini, dia bersikeras untuk masuk sampai membuat satpam tidak berani menghalanginya.Mereka tahu Naufan merupakan putra semata wayang Leo dan tidak ada yang berani menyinggungnya karena kelak mungkin saja dia akan kembali ke rumah ini.Kali ini, Naufan tidak hanya datang sendiri, tetapi juga bersama Jesika dan William.Selena meletakkan sendoknya dan menatap ketiga orang itu. Untuk sesaat, dia tidak tahu apakah dirinya dan Ellia adalah lelucon atau Naufan sekeluarga adalah lelucon.Melihat Selena berhenti makan, Ellia mengingatkannya, "Lanjutlah makan, jangan biarkan sampah memengaruhi suasana hatimu."Rival cinta datang untuk membuat masalah, tetapi Ellia masih
William pura-pura tidak terjadi apa-apa, menopang Kakek dengan ekspresi penuh perhatian sambil berkata, "Kek, apa yang dibilang Ayah benar. Walaupun Kakek nggak mengakui aku sebagai cucumu, hal ini nggak dapat mengubah fakta bahwa kita adalah sekeluarga.""Benar, Yah. Dulu Naufan memang terlalu impulsif. Dia sudah menyadari kesalahannya selama beberapa tahun ini. Hari ini, dia datang khusus untuk meminta maaf kepada Ayah. Ayah, tolong maafkanlah dia," ujar Jesika.Lihatlah kerja sama antara ibu dan anak ini, mereka jelas-jelas datang ke sini dengan persiapan yang matang.Selena akhirnya kembali tenang. Setelah Harvey dalam bahaya, mereka pun datang. Apakah ini hanya kebetulan?Saat ini, Leo jelas-jelas merasa tidak enak badan, dia ingin marah tetapi tidak ada tenaga untuk melakukannya.Ellia yang tadinya masih diam berkata dengan dingin, "Kalian tuli atau bodoh? Nggak mengerti apa yang dikatakan Ayah? Naufan, kalau aku nggak salah ingat, kamu pernah bilang kamu nggak akan pernah mengin
Mendengar perkataan Ellia, Naufan sangat marah. Ellia yang dulu selalu berbicara dengan hati-hati dengannya, tidak seperti sekarang, setiap kata yang keluar dari mulut Ellia sangat menusuk.Hal yang paling menyakitkan bagi Naufan adalah masa kecil Jesika yang penuh penderitaan. Namun ketika mendengar Ellia mengungkit hal itu begitu rinci, Naufan merasa sedikit tidak nyaman saat memeluk pinggang Jesika.Sedangkan Jesika sudah menangis tersedu-sedu. Kali ini mungkin dia benar-benar merasa sedih karena dia paling takut ada orang yang membicarakan masa lalunya dan Ellia melakukan hal tersebut."Ellia, lihatlah dirimu sendiri, apa itu sikap sebagai orang tua? Sungguh wanita nggak beradab dan nggak tahu malu!" Umpatan Naufan selalu itu-itu saja.Naufan paling sering mengatai Ellia dengan kata-kata "wanita tidak beradab". Kali ini, Selena mendahului Ellia berinisiatif berbicara."Tuan Naufan, nggak seharusnya kamu menggunakan kata-kata seperti itu untuk mencela Ibu meski kalian sudah bercerai
Leo langsung menatap William dengan tatapan yang kejam dan berseru, "Apa kamu bilang? Apa kamu tahu sesuatu?"William masih tersenyum polos dan berkata, "Kek, ada yang ingin kubicarakan dengan Kakek. Berdua saja, bisa?"Meskipun William tersenyum, sorot matanya terlihat dingin dan jahat seperti ular yang berbisa. Orang seperti ini akan membuat orang lain merinding.Leo menatapnya dengan tajam dan berkata, "Ikut aku ke ruang baca."Selena mengantar Leo sampai di depan pintu. Leo kemudian hanya membiarkan William dan Wandi masuk ke dalam dan yang lain menunggu di luar.Selena merasa sedikit cemas. Dia tahu saat ini kondisi Kakek sedang tidak stabil dan ditambah dengan usia Kakek yang sudah tua. Selena takut Kakek akan kenapa-kenapa.Ellia menepuk-nepuk tangan Selena sambil menenangkannya, "Jangan takut. Kakek pasti ada pertimbangan sendiri."Setelah mengatakan itu, Ellia menggandeng Selena pergi duduk di dekat teras. Kemudian, dia meminta pelayan untuk membawakan pencuci mulut. Dia sama
Kepala pelayan, Wandi, yang berdiri di samping melirik sejenak anak haram arogan itu.Tanpa menunggu Leo berbicara, William langsung berkata, "Sebenarnya, Kakek sungguh nggak adil. Padahal yang disukai Ayah adalah ibuku. Kamu menghalangi Ibu untuk masuk ke keluarga ini bisa aku maklumi, tapi kenapa kamu nggak mau mengakuiku? Sekarang aku dicap sebagai anak haram dan dihina orang-orang. Sedangkan kakakku yang seharusnya nggak lahir di dunia ini malah mendapat semua kasih sayangmu dan kekayaan Keluarga Irwin. Bukankah hal ini nggak adil untukku?"Leo membanting sebuah pajangan meja di dekatnya dengan keras dan berteriak, "Anak haram yang terlahir dari pernikahan nggak direstui sepertimu, beraninya kamu berlagak di depanku? Kuberi tahu, aku nggak akan pernah mengakui ibumu baik dulu maupun sekarang. Hal ini juga berlaku padamu! Jadi jangan bermimpi untuk mendapatkan hak waris!William hanya tersenyum dingin dan berkata, "Oh ya? Kalau orang kesayanganmu mati, kamu akan menyerahkan Keluarga
Mendengar pertanyaan Selena, William tersenyum puas. Seakan-akan dia akhirnya menang dari kekalahan sebelumnya."Kak Selena, jangan khawatir. Aku dan Kak Harvey mengalir darah yang sama, jadi bagaimana mungkin aku mencelakainya, 'kan? Aku secara khusus pergi menyelamatkannya. Hanya saja, dia mengalami luka serius dan sedang diselamatkan.""Apa yang terjadi padanya? Sekarang di mana?"Leo tiba-tiba menyela, "Kamu bilang dia ada di tanganmu, mana buktinya?"William menunjukkan video yang hanya berdurasi beberapa detik di ponselnya. Ada seorang pria terbaring di ranjang rumah sakit dengan memakai masker oksigen dan di sekitarnya ada dokter-dokter yang sedang melakukan penyelamatan. Namun, hanya samar-samar dapat melihat wajah pria itu adalah Harvey."Bagaimana keadaannya sekarang?""Setelah diselamatkan oleh para dokter, nyawanya sudah tidak dalam bahaya. Kalian nggak perlu khawatir, Kakak adalah pion pentingku, jadi mana mungkin aku membiarkan sesuatu terjadi padanya, 'kan?"Merasa dirin